Makalah teknologi dan formulasi sediaan steril....
Ampul merupakan wadah takaran tunggal sehingga
penggunaannya untuk satu kali injeksi. Ampul dibuat dari bahan gelas tidak
berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka terhadap cahaya, dapat
digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas berwarna coklat tua.
2.3
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk Sediaan Steril
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sediaan parental yang diberikan secara
penyuntikan intravena, subkutan, dan intramuscular merupakan rute pemberian
obat yang kritis jika dibandingkan dengan pemberian obat-obatan secara oral.
Semakin meningkatnya perkembangan ilmu bioteknologi telah meningkat pula jumlah
yang diproduksi secara bioteknologi seperti obat peptide dan atau produk gen.
pada abad mendatang (sekarang sudah mulai) beberapa obat peptide dan obat
lainnya akan dihasilkan menurut prinsip bioteknologi.
Penyuntikan yang diperlukan, baik
untuk respon terapeutik yang cepat maupun untuk obat yang tidak tersedia untuk rute non-injeksi.
Penggunaan awal sediaan parental menimbulkan banyak masalah dan berkembang
relative lambat. Padahal Pasteur dan Lister telah mengetahui pentingnya melakukan
sterilisasi untuk mengeliminasi mikroorganisme pathogen sejak tahun 1860-an. Tetapi,
teknologi sterilisasi tidak berkembang secara signifikan. Sebagai contoh,
autoklaf sudah ditemukan sejak tahun 1884, filtrasi membrane pada tahun 1918,
etilenoksida pada tahun 1944, penyaring udara berefisiensi tinggi ( HEPA, high
effiency particulate air ) pada tahun 1952, dan sungkup aliran udara laminar (
LAF ) pada tahun 1961.
Peningkatan suhu tubuh dan dingin
menggigil pada pasien yang menerima penyuntikan obat sudah teramati sejak tahun
1911, dan pada tahun 1923 diketahui penyebabnya yaitu pirogen yang dihasilkan
bakteri.
Produksi injeksi mempunyai beberapa
karakteristik khusus, seperti :
Ø Aman secara toksikologi
:
·
tetapi beberapa bahan tambahan formulasi
tidak cukup aman jika diberikan dengan cara penyuntikan
Ø Steril
:
·
bebas dari kontaminasi bahan pirogen (
termasuk endotoksin )
·
bebas dari partikel partikulat asing
Ø Stabil
:
·
tidak hanya secara fisika dan kimia
tetapi juga secara mikrobiologi
·
dapat dicampur (kompatibel) dengan obat
lain jika diberikan dalam bentuk campuran (admikur) untuk pemberian obat secara
intravena (jika diindikasikan dan diperlukan
Ø Isotonis
Setiap
karakteristik menimbulkan tantangan unik selama proses pengembangan,
manufaktur, pengujian, dan penggunaan sediaan steril ini.
Adapun
beberapa tantangan yang akan muncul di antaranya sebagai berikut :
Ø Tantangan
umum
Ø Petimbangan
keamanan
Ø Tantangan
mikroba dan kontaminasi lain
Ø Tantangan
stabilitas
Ø Tantangan
kelarutan
Ø Tantangan
kemasan
Ø Tantangan
manufacturing
Ø Tantangan
pemberian injeksi
1.2 Permasalahan
Ø Apa
yang dimaksud dengan sterilisasi ?
Ø Bagaimana
bentuk dan jenis sediaan steril ?
Ø Factor-faktor
apa saja yang akan mempengaruhi sediaan steril ?
Ø Apa
syarat-syarat pembuatan sediaan steril ?
Ø Bagaimana
rute/jalannya pemberian sediaan steril berdasarkan tempat pemberiaannya ?
·
Intravena
·
Subkutis
(Subkutan)
·
Intramuskuler
·
intrathekal-intraspinal
·
Intraperitoneal
·
Intradermal
·
Intratekal
Ø Bagaimana
proses sterilisasi sediaan steril ?
1.3
Tujuan
Ø Untuk
mengetahui definisi sterilisasi.
Ø Untuk
mengetahui bentuk dan jenis sediaan steril.
Ø Untuk
mengetahui factor-faktor yang akan
mempengaruhi sediaan steril.
Ø Untuk
mengetahui syarat-syarat pembuatan sediaan steril.
Ø Untuk
mengetahui rute/jalannya pemberian sediaan steril berdasarkan tempat
pemberiaannya :
·
Intravena
·
Subkutis
(Subkutan)
·
Intramuskuler
·
intrathekal-intraspinal
·
Intraperitoneal
·
Intradermal
·
Intratekal
Ø Untuk
mengetahui proses sterilisasi sediaan
steril.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Sterilisasi adalah proses yang
dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional keadaan steril
adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan
penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan bahwa steril adalah
istilah yang mempunyai kondisi konotasi relatif, dan kemungkinan menciptakan
kondisi mutlak bebas dari mikrorganisme hanya dapat diduga atas dapat proyeksi
kinetis angka kematian mikroba.
Produk
steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik
diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit
atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis
pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni membran kulit dan
mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen
toksik dan harus mempunyai tingkat kemurniaan tinggi dan luar biasa. Semua
komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan produk ini harus dipilih dan
dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik, kimia atau
mikrobiologi.
Produk
steril termasuk sediaan parentral, mata dan irigasi. Preparat parental bisa
diberikan dengan berbagai rute. Lima yang paling umum adalah intravena,
intramuskular, subkutan, intrakutan dan intraspinal. Pada umumnya pemberian
secara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat yang lebih cepat,
seperti pada keadaan gawat, bila penderita tidak dapat diajak bekerjasama
dengan baik, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan
secara oral atau bila obat tersebut tidak efektif dengan cara pemberian yang
lain. Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan, atau mensuspensikan
sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut, atau dengan mengisikan sejumlah obat
ke dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda.
Sediaan steril
dapat berwujud:
1. Padat
steril : merupakan obat untuk injeksi, yaitu obat kering yang disuspensikan
bila akan digunakan. Contoh: sodium ampisilin. Karena ampisilin tidak stabil
dalam cairan, maka dibuat padat. Cara pembuatannya yaitu dengaa liofilisasi
pada suhu rendah dengan pengeringan steril, kemudian didinginkan sampai -60oC
untuk pembekuan. Selanutnya dilakukan sublimasi (dengan pengurangan tekanan
secra bertahap), cairan menguap, sodium ampisilin padat tertinggal.
2. Semi
padat, misal salep mata.
3. Cair,
misal injeksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas sediaan:
1. Terapi,
meliputi:
·
Dosis efektif obat. Obat dibuat dalam dosiss
yang disesuaikan dengan dosis terapi efektif obat tersebut.
·
Lama penggunaan obat. Hal ni juga berpengaruh
pada penentuan bentuk sediaan obat yang akan dibuat dan besarnya dosis obat,
sehingga pasien tetap merasa nyaman selama terapi.
2. Farmakokinetka
obat. Meliputi waktu paruh, absorpsi, t ½ eliminasi, Vd, Cl, dan lain-lain.
3. Sifat
fisika-kimia meliputi:
·
Ukuran partikel
·
Sifat alir
·
Kompaktibilitas
·
Ketahanan terhadap kelembapan
Sifat fisika
kimia inilah yang menetukan formulasi dan pemilihan metode pembuatan sediaan obat.
2.2 Syarat Sediaan Steril
1. Efikasi
mencakup kemanjuran suatu obat yang dalam terapi termasuk efektivitas obat
dalam terapi.
2. Safety
: keamanan ini antara lain meliputi: eamanan dosis obat dalam terapi,
memberikan efek terapi sesuai dengan yang diinginkan dan tidak memberikan efek
toksik atau efek samping yang tidak diinginkan.
3. Aceeptable
: maksudnya disukai oleh pasien. Jadi obat perlu dibuat sedemikian menarik dan
mudah dipakai konsumen.
- Sediaan obat harus
jernih. Jernih maksudnya tidak ada partikel yang tidak larut dalam sediaan
tersebut. Jadi, meskipun sediaan berearna, tetap terlihat jernih (tidak
keruh).
- Tidak berwarna.
Maksudnya sediaan larutan bisa saja berwarna, namun warna larutan sama
dengan warna zat aktifnya sehingga tidak ada campuran warna lain dalam
sediaan itu.
- Bebas dari
partikel asing. Partikel asing; partikel yang bukan penyusun obat. Sumber
partikel bisa berasal dari: air, bahan kimia, personil yang bekerja,
seratr dari alat/pakaian personil, alat-alat, lingkungan, pengemas (gelas,
plastik).
- Keseragaman
volume/berat. Terutama untuk sediaan solid steril.
- Memenuhi uji
kebocoran. Terutama untuk injeksi yang dikemas dalam ampul. Uji kebocoran
dapat dilakukan dengan:
·
Uji dengan larutan warna (dye bath
test)
·
Metode penarikan vakum ganda (the
double vacuum pull method)
9. Stabil.
Artinya sediaan tidak mengalami degradasi fisika. Misal jika bentuk sediaan
larutan maka sediaan tersebut tetap berada dalam bentuk larutan (bukan
suspensi). Sifat stabil ini berkaitan dengan formulasi. Ketidakstabilan dapat
dilihat dari:
·
Terjadi perubahan warna. Contoh: larutan
adrenalin yang awalnya berwarna jernih karena teroksidasi akan menjadi merah
karena terbentuk adenokrom.
·
Terjadi pengendapan. Contoh: injeksi
aminophilin dibuat dengan air bebas CO2, karena jika tidak bebas CO2
maka akan terbewntuk theopilin yang kelarutannya kecil dalam air sehingga
kanmengendap. Akibatnya dosis menjadi berkurang.
.Persyaratan
dalam larutan injeksi :
1. Kerja optimal dan sifat tersatukan
dari larutan obat yang diberikan secara parenteral hanya akan diperoleh jika persyaratan
berikut terpenuhi
2. Sesuainya kandungan bahan obat yang
dinyatakan di dalam etiket dan yang ada dalam sediaan, tidak terjadi penggunaan
efek selama penyimpanan akibat perusakan obat secara kimia dan sebagainya.
3. Penggunaan wadah yang cocok, yang
tidak hanya memungkinkan sediaan tetap steril tetapi juga mencegah terjadinya
antaraksi antarbahan obat dan material dinding wadah.
4. Tersatukan tanpa terjadinya reaksi.
Untuk beberapa faktor yang paling menentukan: bebas kuman, bebas pirogen, bebas
pelarut yang secara fisiologis, isotonis , isohidris, bebas bahan melayang.
2.2 Rute Pemberian
1.
Intravena
Merupakan
larutan yang dapat mengandung cairan yang tidak menimbulkan iritasi yang dapat
bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml. Larutan ini biasanya isotonis
dan hipertonis. Bila larutan hipertonis maka disuntikkan perlahan-lahan.
Larutan injeksi intravena harus jernih betul, bebas dari endapan atau partikel
padat, karena dapat menyumbat kapiler dan menyebabkan kematian. Penggunaan
injeksi intravena tidak boleh mengandung bakterisida dan jika lebih dari 10 ml
harus bebas pirogen.
Pemberian
obat intramuscular menghasilkan efek obat yang kurang cepat, tetapi biasanya
efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan oleh pemerian lewat IV.
Syarat
pemerian obat secara IM :
·
Dapat
berupa larutan, air, minyak, atau suspensi. Biasanya dalam bentuk air lebih
cepat diabsorbsi dari pada bentuk suspensi dan minyak.
·
Dilakukan
dengan cara memasukkan ke dalam otot rangka
·
Tempat
penyuntikan sebaiknya sejauh mungkin dari syaraf- syaraf utama dan pembuluh-pembuluh
darah utama.
·
Pada
orang dewasa, tempat yang paling sering digunakan utnuk suntik IM, adalah
seperempat bagian atas luar otot gluteus max. pada bayi, daerah glutel sempit
dan komponen utama adalah lemak, Bukan otot
·
Tempat
suntikan lebih baik dibagian atas atau bawah deltoid, karena lebih jauh dari
syaraf radial.
·
Volume
yang umum diberikan IM, sebaiknya dibatasi maximal 5 mili, bila disuntuikan
didaerah glutel dan 2 ml bila di deltoid.
Beberapa
contoh Injeksi:
·
Injeksi
Antibiotik untuk Meningitis
Meningitis
merupakan peradangan meningen biasanya disebabkan bakteri atau virus.Bakteri
yang dapat menimbulkan penyakit ini adalah antara lain : Haemophilus
influenzae, Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumoniae, Mycobacterium
tuberculosis. Sedangkan virus yang dapat menyebabkan meningitis antara lain:
virus coxsackie, virus gondongan dan virus koriomeningitis limfositik.
Ampisilin
merupakan salah satu antibiotik yang dapat digunakan untuk mengobati
meningitis. Penggunaanya biasa dikombinasi dengan sulbaktam untuk meningkatkan
aktivitas nya. Dosis lazim yang digunakan adalah: 1,5 gr – 3gr kombinasi antara
ampisilin dengan sulbaktam dengan perbandingan 2:1. berdasarkan literatur 375
mg kombinasi tersebut larut dalam 1 ml air. Sehingga bentuk sediaan yang
dipakai adalah ampul rekonstitusi karena ampisilin tidak stabil pada air pada
waktu yang lama.
·
Injeksi
Antibiotik Golongan Beta Laktam
Suspensi
kering adalah sediaan khusus dengan preparat berbentuk serbuk kering yang baru
dirubah menjadi suspensi dengan penambahan airr sesaat sebelum digunakan.
Kebanyakan dari obat-obat yang dibuat dari campuran kering untuk suspensi oral adalah obat-obat anatibiotik karena obat-obat seperti antibiotik tidak stabil untuk disimpan dalam periode tertentu dengan adanya cairan pembawa air maka lebih sering diberikan sebagai campuran serbuk keringuntuk dibuat suspensi pada waktu pada waktu akan diberikan. Alasan pembuatan suspensi kering salah satunya adalah karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi stabil bila disuspensi.
Kebanyakan dari obat-obat yang dibuat dari campuran kering untuk suspensi oral adalah obat-obat anatibiotik karena obat-obat seperti antibiotik tidak stabil untuk disimpan dalam periode tertentu dengan adanya cairan pembawa air maka lebih sering diberikan sebagai campuran serbuk keringuntuk dibuat suspensi pada waktu pada waktu akan diberikan. Alasan pembuatan suspensi kering salah satunya adalah karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi stabil bila disuspensi.
Suspensi
kering dibuat dengan granulasi maupun tanpa granukasi. Granulasi adalah suatu
metode yang memperbesar ukuran partikel serbuk guna memperbaiki sifat alir
serbuk.
Persyaratan
pada sebuah granulat sebaiknya :
·
Dalam
bentuk dan warana yang sedapat mungkin teratur
·
Memiliki
sifat alir yang baik
·
Tidak
terlalu kering
·
Hancur
baik dalam air
·
Menunjukkan
kekompakan mekanis yang memuaskan
·
Injeksi
Oxytocin (Intramuskular)
Oksitosin
(ŏk'sĭ-tō'sĭn) (bahasa Yunani: "kelahiran cepat") adalah hormon pada
manusia yang berfungsi untuk merangsang kontraksi yang kuat pada dinding
rahim/uterus sehingga mempermudah dalam membantu proses kelahiran.
Injeksi
oksitosin adalah larutan steril dalam pelarut yang sesuai, bahan yang
mengandung hormon polipeptida yang mempunyai sifat yang menyebabkan kontraksi
otot rahim, otot vaskular, dan otot halus lain, yang dibuat dengan sintesis
atau diperoleh dari globus posterior kelenjar pituitaria hewan peliharaan sehat
yang biasa dimakan.
·
Injeksi
Vitamin C
Vitamin
C tidak boleh diberikan secara oral kepada pasien dalam kondisi tertentu
seperti pasien penderita maag. Namun pada keaadaan defisiensi vitamin C pasien
tersebut harus segera diberikan suplemen vitamin C. Oleh sebab itu vitamin c
dibuat dalam bentuk sediaan injeksi. Injeksi intravena vitamin C dapat
menyebabkan pusing dan pingsan, oleh sebab itu vitamin C dibuat dalam bentuk
injeksi intra muscular, walaupun pemmberian secara IM akan meninggalkan rasa
sakit ditempat suntikan. Pemerian obat IM memberikan efek obat yang kurang
tepat, tetapi biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan
Injeksi intravena memberikan beberapa keuntungan :
·
Efek
terapi lebih cepat didapat.
·
Dapat
memastikan obat sampai pada tempat yang diinginkan .
·
Cocok
untuk keadaan darurat
·
Untuk
obat-obat yang rusak oleh cairan lambung.
2.
Pemberian Subkutis (Subkutan)
Lapisan
ini letaknya persis dibawah kulit, yaitu lapisan lemak (lipoid) yang dapat
digunakan untuk pemberian obat antara lain vaksin, insulin, skopolamin, dan
epinefrin atau obat lainnya. Injeksi subkutis biasanya diberikan dengan volume
samapi 2 ml (PTM membatasi tak boleh lebih dari 1 ml) jarum suntik yang
digunakan yang panjangnya samapi ½ sampai 1 inci (1 inchi = 2,35 cm)
Cara
formulasinya harus hati-hati untuk meyakinkan bahwa sediaan (produk) mendekati
kondisi faal dalam hal pH dan isotonis. FN (1978) mensyaratkan larutannya
isotoni dan dapat ditambahkan bahan vasokontriktor seperti Epinefrin untuk
molekulisasi obat (efek obat)
Cara
pemberian subkutis lebih lambat apabila dibandingkan cara intramuskuler atau
intravena. Namun apabila cara intravena volume besar tidak dimungkinkan cara
ini seringkali digunakan untuk pemberian elektrolit atau larutan infuse i.v
sejenisnya. Cara ini disebut hipodermoklisis, dalam hal ini vena
sulit ditemukan. Karena pasti terjadi iritasi maka pemberiannya harus
hati-hati. Cara ini dpata dimanfaatkan untuk pemberian dalam jumlah 250 ml
sampai 1 liter.
3.
Pemberian Intramuskuler
Intramuskuler artinya diantara jaringan
otot. Cara ini keceparan absorbsinya terhitung nomor 2 sesudah intravena. Jarum
suntik ditusukkan langsung pada serabut otot yang letaknya dibawah lapisan
subkutis. Penyuntikan dapat di pinggul, lengan bagian atas. Volume injeksi 1
samapi 3 ml dengan batas sampai 10 ml (PTM—volume injeksi tetap dijaga kecil,
biasanya tidak lebih dari 2 ml, jarum suntik digunakan 1 samai 1 ½ inci.
Problem klinik yang biasa terjadi adalah kerusakan otot atau syaraf, terutama
apabila ada kesalahan dalam teknik pemberian (ini penting bagi praktisi yang
berhak menyuntik). Yang perlu diperhatikan bagi Farmasis anatara lain bentuk
sediaan yang dapat diberikan intramuskuler, yaitu bentuk larutan emulsi tipe
m/a atau a/m, suspensi dalam minyak atau suspensi baru dari puder steril.
Pemberian intramuskuler memberikan efek “depot” (lepas lambat), puncak
konsentrasi dalam darah dicapai setelah 1-2 jam. Faktor yang mempengaruhi
pelepasan obat dari jaringan otot (im) anatar lain : rheologi produk,
konsentrasi dan ukuran partikel obat dalam pembawa, bahan pembawa, volume
injeksi, tonisitas produk dan bentuk fisik dari produk. Persyaratan pH
sebaiknya diperhatikan, karena masalah iritasi, tetapi dapat dibuat pH antara
3-5 kalau bentuk suspensi ukuran partikel kurang
4.
Pemberian intrathekal-intraspinal
Penyuntikan
langsung ke dalam cairan serebrospinal pada beberapa temapt. Cara ini berbeda
dengan cara spinal anastesi. Kedua pemberian ini mensyaratkan sediaan dengan
kemurniaannya yang sangat tinggi, karena dearah ini ada barier (sawar) darah
sehingga daerahnya tertutup.
Sediaan intraspinal anastesi
biasanya dibuat hiperbarik yaitu cairannya mempunyai tekanan barik lebih tinggi
dari tekanan barometer. Cairan sediaan akan bergerak turun
karena gravitasi, oleh sebab itu harus pada posisi pasien tegak.
5.
Intraperitoneal
Penyuntikan
langsung ke dalam rongga perut, dimana obat secara cepat diabsorbsi. Sediaan
intraperitoneal dapat juga diberikan secara intraspinal, im,sc, dan intradermal
6.
Intradermal
Cara
penyuntikan melalui lapisan kulit superficial, tetapi volume pemberian lebih
kecil dan sc, absorbsinya sangat lambat sehingga onset yang dapat dicapai
sangat lambat.
7.
Intratekal
Digunakan
khusus untuk bahan obat yang akan berefek pada cairan serebrospinal. Digunakan
untuk infeksi ssp seperti meningitis, juga untuk anestesi spinal. Intratekal
umumnya diinjeksikan secara langsung pada lumbar spinal atau ventrikel sehingga
sediaan dapat berpenetrasi masuk ke dalam daerah yang berkenaan langsung pada
SSP.
2.2
Wadah
2.2.1 Vial
Vial
adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada
dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml. Vial dapat berupa takaran tunggal atau ganda. Digunakan
untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak
5 mL atau lebih besar. Bila diperdagangan, botol ini ditutup dengan sejenis
logam yang dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap
cairan injeksi. (R. Voight hal 464).
Hal yang perlu
diperhatikan untuk sediaan injeksi dalam wadah vial (takaran ganda):
1. Perlu pengawet karena digunakan berulang kali sehingga
kemungkinan adanya kontak dengan lingkungan luar yang ada mikroorganismenya
2.
Tidak perlu isotonis, kecuali untuk subkutan dan intravena harus dihitung
isotonis (0,6% – 0,2%) (FI IV hal. 13)
3.
Perlu dapar sesuai pH stabilitasnya
4.
Zat pengawet (FI IV hal 17) keculai dinyatakan lain, adalah zat pengawet yang
cocok yang dapat ditambahkan ke dalam injeksi yang diisikan dalam wadah
ganda/injeksi yang dibuat secara aseptik, dan untuk zat yang mepunyai
bakterisida tidak perlu ditambahkan pengawet.
2.2.2
Ampul
Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang
terbuat dari gelas yang memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar.
Ukuran nominalnya adalah 1, 2, 5, 10, 20 kadang-kadang juga 25 atau 30 ml.
Ampul adalah wadah takaran tunggal, oleh karena total jumlah cairannya
ditentukan pemakaian dalam satu kali pemakaiannya untuk satu kali injeksi.
Menurut peraturan ampul dibuat dari gelas tidak berwarna, akan tetapi untuk
bahan obat peka cahaya dapat dibuat dari bahan gelas berwarna coklat tua. Ampul
gelas berleher dua ini sangat berkembang pesat sebagai ampul minum untuk pemakaian peroralia
Ampul merupakan wadah takaran tunggal sehingga
penggunaannya untuk satu kali injeksi. Ampul dibuat dari bahan gelas tidak
berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka terhadap cahaya, dapat
digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas berwarna coklat tua.
2.3
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk Sediaan Steril
Prinsip dari CPOB adalah memperkecil
pencemaran mikroba, partikulat, dan pirogen. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
·
Keberadaan
ruang penyangga untuk personil dan /atau peralatan dan bahan
·
Pembuatan produk dan proses pengisian dilakukan
pada ruangan terpisah
·
Kondisi “operasional dan non operasional”
hendaklah ditetapkan untuk tiap ruang bersih.
4 kelas kebersihan pada
pembuatan produk steril:
- Kelas
A. Untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misalnya pengisian wadah tutup
karet, ampul, dan vial terbuka, penyambungan secara aseptik. Umumnya
kondisi ini dicapai dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar air
flow) dengan kecpatan 0,36-0,54 m/detik. Contoh kegiatan: pembuatan dan
pengisian aseptik
- Kelas
B. Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptik, kelas ini adalah lingkungan
latar belakang untuk zona kelas A
- Kelas
C .Untuk melakukan tahap pembuatan produk steril dengan tingkat risiko
lebih rendah.Contoh kegiatan: Pembuatan larutan
- Kelas
D. Untuk melakukan tahap pembuatan produk steril dengan tingkat risiko
lebih rendah. Contoh kegiatan: penanganan komponen setelah pencucian
2.4
Sterilisasi
Sterilisasi adalah menghilangkan
semua bentuk kehidupan, baik bentuk patogen, nonpatogen, vegetative,
nonvegetativ dari suatu objek atau material.. Suatu bahan dinyatakan steril
bila sama sekali bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun yang
tidak, baik dalam bentuk vegetatip maupun dalam bentuk tidak vegetatip (spora).
Ada 3 alasan utama untuk melakukan sterilisasi dan
desinfeksi.
- Untuk
mencegah transmisi penyakit
- Untuk
mencegah pembusukan material oleh mikroorganisme
- Untuk
mencegah kompetisi nutrien dalam media pertumbuhan sehingga memungkinkan
kultur organisme spesifik berbiak untuk keperluan sendiri (seperti
produksi ragi) atau untuk metabolitnya (seperti untuk memproduksi minuman
dan antibiotika).
Lima metode yang umum digunakan untuk mensterilkan produk
farmasi :
1.
Sterilisasi uap (lembab panas) :
Sterilisasi uap dilakukan dalam
autoklaf dan menggunakan uap air dengan tekanan. Cara ini dilakukan sebagai
cara yang terpillih pada hampir semua keadaan di mana produk mampu diperlakukan
seperti itu.
Tekanan uap air
yang lazim, temperatur yang dapat dicapai dengan tekanan tersebut, dan
penetapan waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi sesudah sistem mencapai
temperatur yang ditentukan, adalah sebagai berikut :
- Tekanan 10 pound (115,5oC), untuk 30
menit
- Tekanan 15 pound (121,5oC), untuk 20
menit
- Tekanan 20 pound (126,5oC), untuk 15
menit
Dapat dilihat, makin besar tekanan yang
dipergunakan makin tinggi temperatur yang dicapa dan makin pendek waktu yang
diutuhkan untuk sterilisasi. Suatu siklus otoklaf yang ditetapkan dalam
farmakope untuk media atau pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu 121oC
kecuali dinyatakan lain.
Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap
air panas adalah kerena terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein
esensial organisme tersebut.
- Pada umumnya metode sterilisasi ini digunakan untuk
sediaan farmasi dan bahan – bahan yang dapat tahan terhadap temperatur
yang dipergunakan dan penembusan uap air, tetapi tidak timbul efek yang
tidak dikehendaki akibat uap air tersebut.metode ini juga dipergunakan
untuk larutan dalam jumlah besar, alat – alat gelas, pembalut operasi dan
instrumen. Tidak digunakan untuk mensterilkan minyak – minyak, minyak
lemak, dan sediaan – sediaan lain yang tidak dapat ditembus oleh uap air
atau pensterilan serbuk terbuka yang mungkin rusak oleh uap air jenuh.
2. Sterilisasi
panas kering:
Sterilisasi
panas kering biasanya dilakukan dengan oven pensteril yang dirancang khusus
untuk tujuan itu. Sterilisasi panas kering, biasanya ditetapkan pada temperatur
160o – 170oC dengan waktu tidak kurang dari 2 jam. Rentang
suhu khas yang dapat diterima di dalam bejan sterilisasi kosong adalah lebih
kurang 15oC, jika alat strilisasi beroperasi pada suhu tidak kurang
dari 250oC. (Anonim, 1995).
Sterilisasi
panas kering umumnya digunakan untuk senyawa – senyawa yang tidak efektif
disterilkan dengan uap air panas. Senyawa – senyawa tersebut meliputi minyak
lemak, gliserin, berbagai produk minyak tanah seperti petrolatum, petrolatum
cair (minyak mineral), paraffin dan berbagai serbuk yang stabil oleh pemanasan
seperti ZnO.(Ansel, 1989).
- Sterilisasi dengan penyaringan
Sterilisasi
dengan penyaringan tergantung pada penghilangan mikroba secara fisik dengan
adsorbsi pada media penyaring atau dengan makanisme penyaringan, digunakan
untuk sterilisasi larutan yang tidak tahan panas.
Penyaringan – penyaringan yang ada
meliputi :
- Penyaring berbentuk tabung reaksi disebut sebagai
”lilin penyaring” yang dibuat dari tanah infusoria yang dikempa (penyaring
Berkefeld dan Mandler).
- Lilin penyaring dibuat dari porselen yang tidak
dilapisi (penyaring Pasteur Chamberland, Doulton, dan Selas).
- Piringan asbes yang dikempa dipasang ditempat khusus
dalam peralatan saringan (penyaring Seitz dan Swinney).
- GelasBuchner-jenis corong dengan pegangan gelas yang
menjadi satu.
Ukuran
penyaring. Pengukuran porositas membran penyaring dilakukan dengan
pengukuran nominal yang menggambarkan kemampuan membran penyaring untuk menahan
mikroba dari galur tertentu dengan ukuran yang sesuai, bukan dengan penetapan
suatu ukuran rata – rata pori dan pernyataan tentang distribusi ukuran.
(Anonim, 1995).
- Sterilisasi gas
Beberapa
senyawa yang tidak tahan terhadap panas dan uap dapat disterilkan dengan baik
dengan memaparkan gas etilen oksida tau propilen oksida bila dibandingkan
dengan cara – cara lain. Keburukan dari etilen oksida adalah sifatnya yang sangat
mudah terbakar, walaupun sudah dicampur dengan gas inert yang sesuai, bersifat
mutagenik, dan kemungkinan adanya residu toksik di dalam bahan yang
disterilkan, terutama yang mengandung ion klorida.
- Sterilisasi dengan radiasi
pengionan
Teknik – teknik
yang disediakan untuk sterilisasi beberapa jenis sediaan – sediaan farmasi
dengan sinar gama dan sinar – sinar katoda, tetap penggunaan tehnik – tehnik
ini terbatas karena memerlukan peralatan yang sangat khusus dan pengaruh –
pengaruh radiasi pada produk – produk dan wadah – wadah. Keunggulan
sterilisasi iradiasi meliputi reaktivitas kimia rendah, residu rendah yang
dapat diukur, dan kenyataan yang membuktikan bahwa variabel yang dikendalikan
lebih sedikit. Ada 2 jenis radiasi ion yang digunakan, yaitu disintegrasi
radioaktif dari radioisotop (radiasi gamma) dan radiasi berkas elektron.
(Anonim, 1995).
2.3.1 Proses aseptik
Tidak termasuk
salah satu cara penyeterilan secara mutlak, merupakan cara penanganan bahan
steril dengan tehnik yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya cemaran
bakteri ( kontaminsi bakteri ) hingga seminimum mungkin.
Persyaratan
untuk fasilitas pengisian atau proses aseptik lainnya yang didesain, divalidasi
dan dipelihara dengan benar, terutama ditunjukan pada :
- Lingkungan udaran yang bebas dari mikroba viabel
yang dirancang dengan benar untuk memungkinkan pemeliharaan yang efektif
dari unit alat pemasok udara.
- Tersedianya tenaga pekerja terlatih, yang dilengkapi
dan mengenakan pakaian kerja yang memadai.
2.3.2 Metode Sterilisasi
Sumber
pencemaran produk adalah
1. Manusia
2. Bahan
awal. Untuk masuk ruangan steril harus dibungkus rangkap tiga:
·
Lapisan 1 (terluar): dilepas sebelum masuk
ruangan penyangga
·
Lapisan 2: dilepas diruang penyangga
·
Lapisan 3: masuk ruangan steril
3.
Produk sendiri (pencemaran sendiri). Untuk kontrol
kebersihan, kotoran maksimal 10 ppm.
4.
Air di pabrik
5.
Udara atau lingkungan pabrik
6.
Makanan dan minuman
7.
Sisa bahan pembersih
8.
Limbah pabrik (harus diproses dengan baik)
9.
Instalasi pembuangan
10. Serangga
dan hewan lain (pengerat), atau hewan percobaan.
11. Macam
limbah: cair, padat, cair semipadat, suara dalam desibel, gas. Limbah lain
dapat diproses dulu seperti beta-laktam, sepalosporin baru boleh dicampur bahan
lain. Di gudang dipasang alat penangkap serangga dan tikus.
12. Bila
suatu mesin akan digunkan untuk proses suatu zat,mak mesin harus dibilas dulu
dan bilasan terakhir tidak boleh mengandung lebih dari 10 ppm zat sebelumnya.
13. Pengecekan
limbah:
·
Fisika: diaduk, pengenapan, dilihat kejernihan
·
Kimia. Parameter: Biologycal Oxygen Demand
(BOD0, Chemical Oxygen Deand (COD, dan Dissolve Oxygen (DO).
·
Biologi: dengan ikan mas, jika tidak ada yang
mati berate kotoran inimal. Ikan mas digunakan karena ikan mas sensitif
terhadap air kotor.
14. Uji
sterilitas : Ada beberapa metode:
·
Direct inoculation of culture medium : Meliputi
pengujian langsung dari sampel dalam media pertumbuhan. Menurut British
Farmakope: media tioglikolat cair yang mengandung glukosa dan Na Tioglikolat
cocok untuk pembiakan aerob. Suhu inkubasi 30-35oC.
·
Soya
bean casein digest medium : Media ini membantu pertumbuhan bakteri anaerob
dan fungsi. Suhu inkubasi 30-35oC, sedang fungi 20-25oC.
·
Membran filtrasi: Teknik yang banyak
direkomendasikan farmakope, meliputi filtrasi cairan melalui membran steril.
Filter lalu ditanam dalam media. Masa inkubasi 7-14 hari karena mungkin
organisme perlu adaptasi dulu.
·
Introduction od concentrate culture medium: Medium
yang pekat langsung dimasukkan dalam wadah sampel yang akan ditumbuhkan. Tidak
banyak digunakan, hanya dipakai bila ada kecurigaan akan adanya bakteri.
15. Uji
pirogen
·
Secara kualitatif: Rabbit test : Berdasarkan
respon demam pada kelinci. Digunakan kelinci karena kelinci menunjukkan respon
terhadap pirogen sesuai dengan keadaan manusia. Kenaikan suhu diukur
melalui rektal.
·
Secara kuantitatif: LAL test: Cara uji in vitro
dengan menggunakan sifat membentuk gel dari lisat amebasit dari limulus
polifemus. Uji ini 5-10 kali lebih sensitif dari Rabbit test.
16. Kondisi
LAL-test:
a. pH larutan
6-7
b. suhu 37oC
c. kontrol
negatif: aquadest (pelarut)
d. kontrol
positif (pirogen/endotoksin)
e. keuntungan:
cepat, mudah, praktis
2.4 Pembuatan Sediaan Steril
Gambaran
umum pembuatan sediaan steril ada 2 macam, yaitu :
1.
Aseptic processing: Pada pembuatannya, setiap proses dari awal
persiapan hingga sudah dikemas selalu dilakukan secara aseptik, sehingga hasil
yang diperoleh steril
2.
Terminal sterilization: pada pembuatannya tidak terlalu aseptik seperti aseptic
processing, tapi di akhir proses, dilakukan sterilisasi secara menyeluruh.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sterilisasi merupakan proses yang
dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Steril ini sendiri memiliki makna
yang berarti suatu keadaan di mana terjadi pada kondisi konotasi
relative,ataupun pada kondisi mutlak bebas dari organisme. Sediaan steril dapat
berbentuk padat steril,semi padat,cair. Selain itu factor factor yang
mempengaruhi sediaan steril yakni farmakokinetika obat, terapi ( dosis efektif
obat, lama penggunaan obat),sifat fisika kimia ( ukuran partikel, sifat alir, kompaktibilitas,
ketahanann terhadap kelembaban). Kemudian syarat sediaan steril juga meliputi
efektivitas obat untuk mencapai terapi, keamanan obat, ketertarika pasien,
sediaann harus jernih, keseragaman bobot, memenuhi uji kebocoran, dan stabil.
Untuk rute/jalannya pemberian sediaan steril berdasarkan tempatnya yakni
meliputi Intravena,Subkutis
(Subkutan), Intramuskuler, intrathekal-intraspinal, Intraperitoneal, Intradermal,
Intratekal.
Metode yang umum digunakan untuk proses
sterilisasi dan disinfeksi dapat di kelompokkan dalam 3 kelompok :
1. Deskruksi mikroorganisme.
2. Pembunuhan atau inaktivasi
3. Penghilangan seca fisikal.
SARAN
Untuk
pembuatan sediaan steril ada bebarapa hal yang harus di perhatikan dalam
sediaannya,di antaranya :
·
Keamanan
sediaan
·
Kontaminasi
terhadap mikroba,
·
Stabilitas
·
Kelarutan
·
Kemasan
sediaan
·
Manufacturing
7 komentar:
sumber pustakanya belum tercantum kok...?
ooohh
maaf lupa saya cantumkan
terimakasih sudah mengingatkan
:p:
definisi vial didapat dari pustaka apa?
R. Voight itu apa?
Thanks
Itu R. Voigth nama penulis buku..
pustaka mengenai vial dr buku tsb :)
makasih ka sangat membantu :)
terima kasih ya.. :)
thanx. sangat membantu tpi daftar pustaka nya blom dicantum kn..
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g:
:h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p:
Posting Komentar
Teman-teman yang baik hati,,
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir diblog sederhana ini.
Blog ini saya buat untuk memudahkan sobat sekalian dalam mencari tugas.
Data yang dikumpulkan dari tugas-tugas kampus yang saya miliki juga meminta ijin men"COPAS" tulisan milik oranglain tentu dengan menyertakan sumbernya.
Saya harap kalian dapat meninggalkan pesan, komentar, kritik, saran atau beberapa patah kata guna menghargai blog ini.
Jangan lupa di follow yahh... ^^
Terimakasih ^^