MAKALAH
SPESIALIT OBAT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Antihistamin adalah zat-zat yang dapat
mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok
reseptor –histamine.
Alergi dan Penyebabnya Alergi
merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan zat-zat yang tidak
berbahaya. Alergi timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya,
pada orang normal tidak menimbulkan reaksi. Zat penyebab alergi ini disebut
allergen. Allergen bisa berasal dari berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan
berbagai cara. Bisa saja melalui saluran pernapasan, berasal dari makanan,
melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit
seperti; kosmetik, logam perhiasan atau jam tangan, dll.
Dalam
pembahasan di makalah ini sesuai dengan hal-hal yang sering kali terjadi /
dialami oleh kebanyakan orang dalam menjalankan pengobatan yaitu terjadinya
keracunan dengan pemberian antidotum dan alergi dengan pemberian
antihistamin/antialergi.
Sehingga
mengenai Terapi pengobatan mengenai antihistamin dan antidotum ini akan dibahas
dalam makalah ini.
Sedangkan sebuah
antidot adalah sebuah substansi yang dapat melawan reaksi peracunan. Secara
jauh, kata ini berasal dari bahasa Yunani:
αντιδιδοναι atau antididonai, yang berarti "memberikan perlawanan".
Keracunan
adalah masuknya zat ke dalam tubuh yang
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian. Semua
zat dapat menjadi racun bila diberikan dalam dosis yang tidak seharusnya.
Berbeda dengan alergi, keracunan memiliki gejala yang bervariasi dan harus
ditindaki dengan cepat dan tepat karena penanganan yang kurang tepat tidak
menutup kemungkinan hanya akan memperparah keracunan yang dialami penderita.
Saat
ini manusia sering terkena zat-zat toksik baik dari makanan, air dan
lingkungan. Di rumah pun bukan berarti tidak berbahaya karena masih ada
kemungkinan keracunan insektisida maupun herbisida. Tergantung dari sifat yang
dimiliki oleh zat toksik tersebut, sehingga bisa terserap melalui lambung,
usus, paru-paru dan atau kulit.Untungnya, hati (liver) memiliki kemampuan
mendetoksifikasi zat-zat toksik tersebut sehingga dapat dikeluarkan melalui
urine, empedu dan udara. Namun, apabila kecepatan penyerapan melebihi kecepatan
ekskresinya, zat toksik itu akan menumpuk dalam konsentrasi kritis dan
mengakibatkan munculnya efek toksik dari zat tersebut. Zat-zat tosik seperti
sulfida, arsenik, logam berat dapat masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan efek
keracunan. Untuk itu, dibutuhkan zat antitoksik seperti Desferrioksamin
Metansulfonat untuk keracunan besi akut.
1.2 Tujuan
1. Untuk
mengetahui penggolongan-penggolongan obat antihistamin dan antialergi.
2. Untuk
mengetahui penggolongan-penggolongan obat antidotum.
1.3 Manfaat
· Meningkatkan
wawasan mahasiswa farmasi unsrat mengenai Terapi Pengobatan.
· Menambah
Pengetahuan Mahasiswa mengenai Pengobatan Anti histamine, anti alergi dan
antidotum
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Antihistamin dan Antialergi
1.1
Anti Histamin (AH1)
Antihistamin
adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap
tubuh dengan jalan memblok reseptor –histamin (penghambatan saingan). Pada
awalnya hanya dikenal satu tipe antihistaminikum, tetapi setelah ditemukannya
jenis reseptor khusus pada tahun 1972, yang disebut reseptor-H2,maka secara
farmakologi reseptor histamin dapat dibagi dalam dua tipe , yaitu reseptor-H1
da reseptor-H2. Berdasarkan penemuan ini, antihistamin juga dapat dibagi dalam
dua kelompok, yakni antagonis reseptor-H1 (sH1-blockers atau antihistaminika)
dan antagonis reseptor-H2 ( H2-blockers atau zat penghambat-asam).
Antihistamin yang digunakan sebagai anti alergi
adalah golongan antagonis reseptor H1. Secara farmakodinamik, AH1 dapat
menghambat efek histamine pada pembuluh darah, bronkus dan pemacam otot polos.
AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang
disertai pelepasan histamine endogen berlebihan. Bronkokonstriksi, peninggian
permeabilitas kapiler dan edema akibat histamine dapat dihambat dengan baik.
Mekanisme aksi dari antihistamin diantaranya adalah:
·
Mengeblok kerja
histamine pada reseptornya.
·
Berkompetisi
dengan histamine untuk mengikat reseptor yang masih kosong. Jika histamine
sudah terikat, antihistamin tidak bisa memindahkan histamine.
·
Pengikat AH1
mencegah efek merugikan akibat stimulasi histamine seperti vasodilatasi,
peningkatan secret gastrointestinal dan respirasi serta peningkatan
permeabilitas kapiler.
Antihistamin juga digunakan untuk
mengatasi inflamasi. Invasi virus direspons oleh sistem kekebalan, yang
tersusun secara berlapis, dengan sasaran mempertahankan keseimbangan antara lingkungan
di luar dan didalam. Alat pertahanan itu antara lain kulit, selaput lender,
batuk, flora normal, dan berbagai sel seperti limfosit T (sel T) dan limfosit B
(sel B) dalam jaringan limfoid. Meknisme pertahanan itu disebut sebagai
inflamasi yang dirasakan sebagai kemerahan, sembab, demam, dan nyeri.
Antihistamin disebut sebagai anti-alergi
karena alergi juga menimbulkan inflamasi. Ia adalah reaksi yang berlebihan dari
sistem pertahanan tubuh terhadap gangguan dari luar, baik makanan, obat, maupun
udara dingin. Salah satu alat serang yang dilepas tubuh ke dalam pembuluh darah
adalah histamine yang menyebabkan kontraksi atau menciutnya berbagai alat
vital, sperti bronkus dan usus, serta peningkatan sekresi mucus atau lender dan
resistansi saluran napas.
Antihistamin dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
A.
Generasi pertama
atau antihistamin tradisional
B.
Generasi kedua
atau antihistamin non sedative
A.
Obat Generasi Pertama
Obat generasi pertama merupakan
obat yang dapat bekerja secara perifer maupun sentral. Efek antikolinergiknya
lebih besar dibandingkan dengan agen non sedative. Penghambat SSP akibat AH1
dapat bermanifestasi sebagai gejala mengantuk, maupun kewaspadaan turun.
Contohnya adalah ;
Difenhidramin (Benadryl), Dimenhidrat (Vormex A), Doksilamin
(Mereprine), Klemastin (Tavegyl), Dimentiden (Fenistil), Kloramfeniksamin (Systral),
Feniramin (Avil), Bamipin (Soventol), Meklozin (Bonamine), (Peremesin),
Chlorpheniramine Maleate (Orphen), Ethylenediamines, Piperazin, Phenothiazine,
Piperadines.
Difenhidramin
(Benadryl, Valdres)
INDIKASI
|
Antialergi,
Obat Tidur, Antiemetik (seperti Dimenhidrat pada Vornex), Anestetik Lokal
(dalam gel pelumas Cathejeli).
Imsomnia
smentara & jangka pendek. Semua manifestasi alergi.
|
MAKANISME
KERJA
|
Farmakodinamik
: seperti AH1 resptor klasik (Etanolamin)
Farmakokinetik
: Absorpsi 72%, Ikatan Protein plasma ± 80%, t1/2 6-9 jam,
Eliminasi 50% tak berubah di ginjal, sisanya dimetabolisme pada pH<6 tidak
ada lagi absorpsi kembali.
|
DOSIS
|
1-2 tab
sebelum tidur
|
KONTRAINDIKASI
|
Laktasi
|
EFEK
SAMPING
|
Angguan GI,
reaksi alergi.
|
INTERAKSI
OBAT
|
Alkohol, MAOI,
obat yang menekan fungsi SSP.
|
Chlorpheniramine
Maleate (Orphen)
INDIKASI
|
Hay Fever, Urtikaria, Asma Brokial, Rinitis
Alrgi & Reaksi Alergi Lain.
|
DOSIS
|
Dws 1 kapl 3-4 x/hr
Anak-anak 6-12thn ½ kapl 3-4 x/hr
2-6 thn ¼ kapl 3-4 x/hr.
|
KONTRAINDIKASI
|
Infeksi sal. Napas bawah. Bayi
premature atau baru lahir.
|
EFEK
SAMPING
|
Sedasi, ggn GI, efek antimuskarinik, hipotensi,
kelemahan otot, tinnitus, euphoria, sakit kepala. Stimulasi SSP, reaksi
alergi, ggn darah.
|
INTERAKSI
OBAT
|
Alkohol, MAOI, obat yang menekan
fungsi SSP depresan, antikolinergik.
|
B.
Obat Generasi Kedua
Obat generasi kedua merupakan
antihistamin non sedative yang dikembangkan untuk mengeliminasi efek samping
sedasi dari obat generasi pertama. Obat ini berukuran besar dan tidak bersifat
lipofilik sehingga tidak menembus BBB. Dengan begitu, efek ke sistem saraf
pusatnya lebih kecil. Dibandingkan generasi 1, obat ini memiliki durasi kerja
yang lebih lama dan memiliki spesifisitas reseptor H1 dan atau H2 untuk menekan
efek histamin.
Contohnya adalah
Fexofenadine (Telfast), Loratadine (Lisino), Setrizin
(Zyrtec), Azelastin (Allergodi).
Fexofenadine (Telfast),
Loratadine (Lisino), Setrizin (Zyrtec)
INDIKASI
|
Fexofenadine
(Telfast), Loratadine (Lisino) : hay fever,
penyakit alergi kulit (biduran, alergi matahari).
Setrizin
(Zyrtec) : pengobatan simtomatik penyakit alergi
(urtikaria, hey fever).
|
MAKANISME
KERJA
|
Farmakodinamik :
Fexofenadine (Telfast),
Loratadine (Lisino) : antagonis H1-reseptor nonsedatif, kompetitif
dan selektif (Alkilamin),
Loratadine juga menstabilkan
membrane sel-sel mast,
Strisin : efek penghambat
migrasi eosinofil, menghambat pembebasan mediator pada reaksi
antigen-antibodi, hambatan aktivasi trombosit yang diperantarai oleh IgE
(antiinflamasi).
Farmakokinetik :
Feksofenadine;
-
Absorpsi : Cepat, Lengkap.
-
IPP : 60-70%.
-
T1/2 : 11-15 jam.
-
Eliminasi : ginjal.
Loratadine ;
-
Absorpsi : Cepat, Lengkap.
-
IPP : 97-99 % (73-76%).
-
T1/2 : 15 jam (19
jam).
-
Eliminasi : ginjal 24 jam
( ̴40% di ginjal).
Setrizin ;
-
Absorpsi : Cepat, hampir
Lengkap.
-
IPP : 93%.
-
T1/2 : 8-11 jam.
-
Eliminasi : tak berubah di
ginjal, hanya 10% di feses.
|
EFEK
SAMPING
|
Feksofenadin : nyeri kepala dan
kantuk.
Loratadine : hanya pada
overdosis menyebabkan sedasi lemah, kadang-kadang mulut kering, aritmia.
Setrizin : jarang sekali nyeri
kepala, vertigo, mulut kering, keliuhan gastrointestinal.
|
KONTRAINDIKASI
|
Feksofenadin : Kehamilan, masa
menyusui.
Loratadin : anak-anak dibawah
umur 12 thn.
Setrizin : Penyakit ginjal
berat, hipersensitivitas, Kehamilan, masa menyusui, anak-anak dibawah umur 12
thn.
|
INTERAKSI
|
Feksifenadine : pemberian
bersama-sama Eritromisin atau Ketokonazol manaikkan kadar plasma
Feksofenadine sekitar 2-3 kali lipat.
Loratadine ; Simetidine;
penundaan awal kerja pada pemberian bersama makanan.
|
ALLOHEX
KOMPOSISI
|
-Tiap tablet mengandung: Loratadine
micronized 10 mg
-Tiap 5 ml sirup mengandung: Loratadine micronized 5 mg
-Etilalkohol 2 %
|
INDIKASI
|
- Mengurangi gejala-gejala yang
berkaitan dengan rhinitis alergik, seperti bersin-bersin, pilek, rasa gatal
pada hidung serta rasa gatal dan terbakar pada mata.
- Mengurangi gejala-gejala dengan
tanda-tanda urtikaria kronik serta penyakit dermatologik alergi lain.
|
KONTRA INDIKASI
|
Pasien yang menunjukkan hipersensitif
atau idiosinkrasi terhadap komponen-komponennya.
|
EFEK SAMPING
|
- Loratadine tidak memperlihatkan efek
sedatif yang secara klinis bermakna pada pemberian dosis 10 mg sehari.
- Efek samping yang dilaporkan :
lelah, sakit kepala, somnolensi, mulut kering, gangguan pencernaan, nausea,
gastritis dan gejala alergi yang menyerupai ruam.
- Pernah dilaporkan terjadinya
alopesia, anafilaksis, fungsi hati abnormal dan takiaritmia supra ventrikuler
walaupun jarang.
|
PERINGATAN
DAN PERHATIAN
|
- Pasien deng an gangguan hati
berat harus diberi- kan dosis per- mulaan yang lebih rendah, karena hal ini
kemungkinan dapat mengu- rangi bersihan Loratadine, dianjurkan dosis awal 5
mg sehari/ 10 mg setiap 2 hari.
- Khasiat dan keamanan penggunaan
Loratadine pada anak-anak usia dibawah 2 tahun belum ditetapkan.
- Keamanan pemakaian Loratadine selama
keha- milan belum ditetapkan, hanya diberi- kan bila poten si manfaat lebih
besar dari potensi resiko terhada p janin.
Hati-hati bila diberikan pada wanita
yang sedang menyu sui, karena Loratadine diekskresikan dalam air susu ibu.
|
INTERAKSI OBAT
|
- Bila diberikan bersama-sama dengan
alkohol, Loratadine tidak memiliki efek potensiasi seperti yang diukur dengan
penelitian penampilan psikomotor.
- Pernah dilapor kan peningkata n
kadar Loratadi ne dalam plasm a setelah pema- kaian bersama-sama ketokona-
zol, eritromisin atau simetidin pada penelitian klinik terkendali, tetapi
tidak ada perubahan klinis yang bermakna (termasuk elektrokardiografik).
- Hati-hati pemakaian bersama obat-obat yang meng hambat metabo lisme hati.
- Pemberian antihistamin harus
dihentika n 48 jam sebelu m prosedur uji kulit, karena obat ini dapat
mencegah atau mengurangi reaksi positif terhadap indika- tor reaktivitas
dermal.
|
DOSIS
|
- Dewasa, usia lanjut, anak usia 12
tahun atau lebih : 1 tablet/10 mg (2 sendok takar) sehari.
- Anak-anak usia 2 – 12 tahun : Berat
badan > 30 kg : 10 mg (1 tablet atau 2 sendok takar) sehari. Berat badan
30 kg : 5 mg (1/2 tablet atau 1 sendok takar) sehari.
- Khasiat dan keamanan penggunaan pada
anak-anak usia dibawah 2 tahun belum terbukti.
|
MEKANISME KERJA OBAT
|
Farmakologi:
Loratadine merupakan suatu antihistamin trisiklik yang bekerja lama dengan aktivitas antagonis kompetitif selektif terhadap reseptor H1 perifer tanpa efek sedasi sentral atau efek antikolinergik |
CETIRIZINE10 mg Tablet Salut Selaput
PT. KIMIA FARMA JAKARTA-INDONESIA
KOMPOSISI
|
Tiap tablet salut selaput mengandung Cetirizine
HCl 10 mg
|
INDIKASI
|
Pengobatan perennial rinitis, alergi rinitis musiman dan
kronik idiopatik urtikaria
|
KONTRA INDIKASI
|
Penderita dengan pengalaman
hipersensitif pada Cetirizine. Cetirizine kontraindikasi pada ibu menyusui
karena diekskresikan melalui ASI
|
EFEK SAMPING
|
Ada beberapa laporan terjadinya
efek samping ringan dan sementara, misalnya sakit kepala, pusing, mengantuk,
gelisah, kering mulut dan ketidaknyamanan pada pencernaan. Pada beberapa
individu terjadi reaksi hipersensitif, termasuk reaksi kulit dan mungkin
terjadi angiodema
|
PERINGATAN
DAN PERHATIAN
|
- Penelitian dengan ukuran
objektif tidak menunjukkan adanya efek cetirizine pada fungsi kognitif,
kinerja motorik atau mengantuk. Walaupun demikian, adanya efek terhadap
system syaraf pusat telah diamati pada beberapa individu penderita, karenanya
hati-hati bila mengendarai mobil atau mengoperasikan mesin.
- Penggunaan pada kehamilan
Cetirizine hanya boleh diberikan kepada wanita hamil, bila benar-benar
diperhitungkan keuntungan lebih besardari kerugiannya.
- Hati-hati penggunaan pada
penderita epilepsi.
|
INTERAKSI OBAT
|
Pada saat ini tidak ada
interaksi dengan obat lain. Penelitian Diazepam dan Cetirizine tidak
memperlihatkan interaksi. Seperti pemakaian antihistamin lainnya, disarankan
untuk tidak mengkonsumsi alkohol.
|
DOSIS
|
-Dewasa dan anak-anak diatas
atau sampai 12tahun: 1 tablet (10 mg) perhari.
-Pada saat ini tidak cukup data
klinik untuk direkomendasikan penggunaan Cetirizine pada anak-anak di bawah
atau sampai 12 tahun.
-Pada saat ini tidak ada data,
yang menyarankan penurunan dosis untuk penderita lansia. 0 Pada
penderita kerusakan ginjal, dosis harus dikurangi menjadi 1/2 tablet perhari
|
MEKANISME KERJA OBAT
|
Farmakologi:
Cetirizine adalah antihistamin, pada dosis farmakologi aktif, mempunyai efek mengantuk yang lebih kecil, dengan tambahan sifat antialergi. Cetirizine adalah reseptor H1-antagonis selektif dan pada reseptor lain efeknya dapat diabaikan, bebas dari efek anticholinergik dan antiserotonin. Cetirizine menghambat mediator histamin fase awal dari reaksi alergi, juga menurunkan migrasi sel inflamasi dan melepaskan mediator yang berhubungan dengan respon alergi yang sudah lama.
Farmakokinetika:
-Puncak level darah untuk 0,3 ug/ml dicapai antara
30- 60 menit setelah pemberian Cetirizine 10 mg
- Waktu paruh plasma kira-kira 11 jam.
- Absorpsi sangat konsisten pada semua subjek.
Pengeluaran melalui ginjal 30 ml/menit dan waktu paruh ekskresi kira-kira 9
jam
- Cetirizine terikat kuat pada
protein plasma.
|
Banyak AH1 yang bersifat mirip atropine. Efek yang
muncul pada beberapa pasien di antaranya adalah mulut kering, kesukaran miksi,
dan impotensi. Namun, ada yang tidak berpengaruh terhadap reseptor muskarinik
seperti terfenadin dan astemazol.
Dalam dosis terapi, AH1 tidak menimbulkan efek
berarti pada sistem kardiovaskular. Selain sebagai antihistamin, AH1 dengan
dosis yang tinggi juga bisa berfungsi sebagai anestetik local seperti
prometazin dan pirilamin.
Intensitas efek
beberapa Antihistamin
Ket : sd =
sampai dengan
- = tidak ada
+sd+++ = menggambarkan tingginya
intensitas efek secara relative
GOLONGAN
|
DEFINISI
|
CONTOH
OBAT
|
Etanolamin
|
(HOC2H4NH2)
adalah cairan kental dengan bau berupa ammonia yang digunakan untuk
mengeluarkan hydrogen sulfide dari gas alam.
|
Kloramfeniramin
Maleat :
Keluarga
alkilamin
Generik :
(Klemastin)
N.Dagang : (
Tavegil )
|
Etiendamin
|
|
Generik :
Meklozin
N.Dagang :
Bonamin
Generik :
Prometazin
N.Dagang :
Atosil
|
Alkilamin
|
|
Generik :
Deksklorofeniramin
N.Dagang :
Polaronil
|
Ø Farmakokinetik
AH1 dapat diabsorpsi
dengan baik secara parenteral maupun oral. Efek timbul dalam 15-30 menit
setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam. Lama kerja antihistamin
generasi I setelah pemberian dosis tunggal umumnya 4-6 jam, sedangkan beberapa
derivat piperazin seperti meklizin dan hidroksizin memiliki masa kerja yang
lebih panjang seperti juga umumnya antihistamin generasi II.
Ø Indikasi
Indikasi pemberian AH1 adalah untuk pengobatan
simpatomimatik berbagai alergi dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan.
1.2 Penyakit alergi
AH1
berguna untuk mengobati alergi tipe eksudatif akut seperti polinosis dan
urtikaria. Efeknya bersifat paliatif, membatasi dan menghambat efek histamin
yang dilepaskan sewaktu reaksi antigen-antibodi terjadi. AH1 tidak berpengaruh
terhadap intensitas reaksi antigen-antibodi yang merupakan penyebab berbagai
gangguan alergik. Keadaan tersebut hanya dapat diatasi dengan menghindari
alergen, desensitisasi atau menekan efek tersebut dengan kortikosteroid.
Untuk
asma bronkial terutama yang disebabkan oleh SRS-A(slow reacting substance of anaphykaxis) atau leukotrien, AH1 saja
tidak efektif. AH1 efektif jika digunakan sebagai profilaksis pada asma
bronkial yang ringan. Untuk asma bronkial yang berat, aminofilin, epinefrin,
dan isoproterenol merupakan pemilihan utama. Pada reaksi anafilaktik, AH1
merupakan tambahan dari epinefrin sebagai pilihan utama.
AH1
dapat menghilangkan bersin, rinore, dan gatal pada mata, hidung dan tenggorokan
pada pasien seasonal hay fever. AH1 efektif terhadap alergi yang disebabkan
oleh debu, tetapi kurang efektif bila jumlah debu banyak dan kontaknya lama.
Pada urtikaria akut, AH1 cukup efektif meskipun pada urtikaria kronis hasilnya
kurang baik. Terkadang, AH1 juga digunakan dalam menangani dermatitis atopik,
dermatitis kontak dan gigitan serangga.
Selain
sebagai obat alergi, AH1 juga digunakan untuk mengatasi mabuk perjalanan.
Contoh obat yang digunakan adalah difenhidramin, dimenhidrinat, derivat
piperazin dan prometazin. AH1 dapat memberikan antikolinergik yang kuat. Untuk
mencegah mabuk kendaraan, AH1 diberikan setengah jam sebelum berangkat.
Ø Efek Samping
Efek samping yang disebabkan oleh penggunaan AH1
dapat muncul pada dosis terapi meskipun jarang yang bersifat serius dan bisa
hilang bila pengobatan diteruskan. Toleransi individu juga bisa berbeda-beda
terhadap munculnya efek samping. Efek tersering adalah sedasi, yang kadang
justru berguna supaya pasien dapat beristirahat. Pengurangan dosis atau
penggunaan AH1 jenis lain ternyata dapat mengurangi efek sedasi ini.
Efek samping yang berhubungan dengan efek sentral
AH1 adalah vertigo, tinitus, lelah, penat, inkordinasi, penglihatan kabur,
diplopia, euforia, gelisah, insomnia, dan tremor. Efek samping lain yang sering
muncul adalah nafsu makan berkurang, mual, muntah, keluhan pada epigastrium,
konstipasi atau diare. Efek samping tersebut dapat berkurang apabila diberikan
sewaktu makan. Penggunaan astemizol, suatu antihistamin non sedatif, lebih dari
2 minggu dapat menyebabkan bertambahnya nafsu makan dan berat badan.
Efek samping lain yang mungkin muncul oleh AH1
adalah mulut kering, disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat,
dan lemah pada tangan. Insiden efek samping karena efek antikolinergik lebih
sedikit pada pasien yang mendapatkan antihistamin nonsedatif.
Pemberian terfenadin atau astemizol dosis terapi
bersama ketokonazol, itrakonazol atau antibiotik golongan makrolid seperti
eritromisin dapat mengakibatkan perpanjangan interval QT dan mencetuskan
terjadinya aritmia ventrikel (torsades de pointes). Keadaan tersebut disebabkan
karena antimikroba tersebut menghambat metabolisme terfenadin atau astemizol
oleh enzim CYP3A4 sehingga kadar antihistamin dalam darah naik.
Selain memberikan efek samping, terdapat juga laporan
mengenai kasus keracunan AH1. Efek sentral AH1 pada anak dapat berupa
perangsangan dengan manifestasi halusinasi, eksitasi, ataksia, inkoordinasi,
atetosis, dan kejang.
C.
Antialergi
Lain 1
ü Zat-Zat Penghambat Degranulasi
Sel-Sel Mast (Stabilisator Sel-Sel Mast)
AH1
tidak sepenuhnya efektif untuk pengobatan simptomatik reaksi hipersensitivitas
akut, Hal tersebut disebabkan oleh fungsi histamin yang sebenarnya merupakan
pemacu untuk dibentuk dan dilepaskannya autakoid lain (seperti peptida endogen,
prostaglandin, leukotrien). Selanjutnya, histamin dan autakoid lain ini
bersama-sama menimbulkan gejala alergi. Pengobatan alergi biasanya lebih
terkait dengan penggunaan antagonis fisiologis tidak tertuju pada penyebabnya.
Salah satu terapi hipersensitivitas lain ialah secara profilaksis yaitu
menghambat produksi atau pelepasan autakoid dari sel mast dan basofil yang
telah tersensitisasi oleh antigen spesifik.
a. Natrium Kromolin
Kromolin
merupakan obat penghambat histamin dari sel mast paru-paru dan tempat-tempat
tertentu, yang diinduksi oleh antigen. Kromolin tidak merelaksasi bronkus atau
otot polos lain. Kromolin menghambat pelepasan histamin dan autakoid lain
termasuk leukotrien dari paru-paru manusia pada proses alergi yang diperantarai
IgE. Penghambatan leukotrien bermanfaat untuk mengurangi bronkokonstriksi
terutama pada pasien asma bronkial. Kromolin tidak menghambat ikatan IgE dengan
sel mast atau interaksi antara kompleks sel IgE dengan antigen spesifik, tetapi
menekan respons sekresi akibat reaksi tersebut.
Kromolin diberikan secara inhalasi
pada pasien asma bronkial. Kromolin jarang menimbulkan reaksi yang tidak
diinginkan meskipun digunakan bertahun-tahun. Reaksi tersering berkaitan dengan
efek iritasi bubuk halus kromolin pada paru-paru berupa bronkospasme, batuk,
kongesti, hidung, iritasi faring dan wheezing. Kadang timbul pusing, disuria,
bengkak, nyeri sendi, mual sakit kepala, dan kemerahan kulit. Gejala yang lebih
serius dapat berupa edema laring, angioderma, urtikaria dan anafilaksis.
Contoh
: Dinatriumkromoglisinat (Intal, Lomupren, Opticrom)
KROMALIN/KROMOLIKAT
KOMPOSISI
|
|
INDIKASI
|
Inhalasi untuk mencegahan asma
bronkila berat, mencegah asma yang diinduksi kerja, pencegahan bronkospasma
yang diinduksi oleh polutan lingkungan dan antigen yang tidak diketahui.
Larutan nasa: mencegah alergi rhinitis.
|
KONTRA INDIKASI
|
Hipersensitif terhadap kromoglikat
|
EFEK SAMPING
|
SSP:
pusing, sakit kepala; kulit: ruam, urtikaria, angio-
edema;
THT:
lakrimasi, iritasi, rasa panas pada hidung, bersin, sumbatan pada hidung,
pengeca pan tidak enak, kelenjar parotis bengkak, tenggo rokan kering;
saluran cerna: mual, rasa pana s uluhati, diare (bentuk oral). Ginjal:
disuria, sering urinasi; mata: berair, panas, perih, gatal, bengkak, saluran
pernafasan: , batuk, bersin, broncos- pasme; lain-lain: sendi nyeri dan
bengkak.
RESP:
batuk, bersin; broncos- pasme. Ibu hamil: dapat diberikan dengan hati-hati.
|
PERINGATAN
DAN PERHATIAN
|
Penggunaan pada ibu menyusui belum
diketahui. Anak; keamanan penggunaan inhalasi dan larutan nasal belum
diketahui pada anak <6 tahun. Penggunaan eorosol pada pasien aritmia dan
penyakit arteri koroner harus berhati-hati karena adanya propelan pada
sediaan ini. Batuk dan bronkospasme dapat terjadi setelah penggunaan
inhalasi. Dapat terjadi shok anafilaksi, gangguan fungsi jantung dan ginjal.
|
INTERAKSI OBAT
|
Alcohol,
depresan SSP, antikolinergik, penghambat MAO
|
DOSIS
|
Dewasa dan anak: 10 mg (2 hirupan) 4
kali sehari pada awal pemberian, dosis dapat ditambah jika penyakit bertambah
berat sampai 6-8 kali sehari. Dosis tambahan dapt diberikan sebelum olahraga;
dosis penunjang 5 mg. larutan nasal: semprot pada setiap lubang hidung 1
semprotan (5,2 mg) 3-6 kali sehari dengan interval yang sama.
|
MEKANISME KERJA OBAT
|
Menstabilkan
sel mast yang melepaskan histamine dan mediator alergi lainnya
|
b. Nedokromil
Nedokromil
menghambat pelepasan mediator dari sel mast bronkus dan diindikasikan untuk
mencegah serangan asma pada pasien dengan asma bronkial ringan sampai sedang.
Nedokromil hanya diindikasikan pada pasien asma di usia lebih dari 12 tahun dan
diberikan secara inhalasi/semprotan.
Contoh : Nedokromil-Natrium
(Tilade).
c. Ketotifen
Ketotifen
bersifat antianafilaktik, karena menghambat pelepasan histamin. Ketotifen
fumarat diabsorpsi dari saluran cerna. Bentuk utuh dan metabolitnya diekskresi
bersama urin dan tinja. Indikasi pemberiannya adalah untuk profilaksis asma
bronkial. Efek samping yang dapat muncul sama dengan efek samping dari AH1.
Contoh : Ketotifen (Zaditen).
SCANDITEN
(Ketotifen Fumarate)
KOMPOSISI
|
Ketotifen Fumarate
|
INDIKASI
|
Pencegahan jangka Panjang asma
bronchial & pengobatan gejala-gejala alergi seperti rhinitis &
konjungtivitas.
|
KONTRA INDIKASI
|
Penggunaan bersama dengan antidiabetes
oral
|
EFEK SAMPING
|
Sedasi, agitasi, mengantuk;
peningkatan BB, Stimulasi SSP.
|
PERINGATAN
DAN PERHATIAN
|
hindari
penghentian obat antiasma secara mendadak ketika mulai menggunakan ketotifen.
Dapat mengganggu kemampuan mengemudi atau menjalankan mesin. Hamil dan
laktasi
|
INTERAKSI OBAT
|
Sedatif, hipnotik, alcohol,
antihistamin.
|
DOSIS
|
Dewasa: 2 kali sehari 1 mg. pasien
yang sensitive terhadap sedasi: dosis anjuran 2 kali sehari 0,5 mg atau 1
kali sehari 1 mg pada malam hari selama 1 minggu. Lalu ditingkatkan terhadap
hingga tercapai dosis penuh dosis dapat ditingkatkan hingga 4 mg/hari dalam 2
dosis terbagi jika diperlukan. Anak> 2 tahun: 2 kali sehari 1 mg. anak
yang sensitive terhadap sedasi : 0,5-1 mg pada malam hari selama beberapa
hari pertama
|
ü Penghambat
Histidindekarboksilase
Satu-satunya obat yang mewakili golongan ini adalah
Trikualin (Inhibostamin).
Trikualin (Inhibostamin)
KOMPOSISI
|
Trikualin
|
INDIKASI
|
Oral untuk
profilaksis dan terapi simtomatik pada alergi dan untuk mengurangi risiko
desensibiisasi
|
KONTRA INDIKASI
|
Kehamilan,
masa menyusui.
|
EFEK SAMPING
|
Vertigo, rasa
lelah, reaksi alergi pada kulit.
|
MEKANISME
KERJA
|
Farmakokinetik : t1/2
: 25-30 jam
|
DEXAMETHASONE
0.75 MG
Hensen
KOMPOSISI
|
Tiap tablet Dexamethasone Harsen mengandung :
Deksametason 0,5 mg
Deksametason 0,75 mg
|
INDIKASI
|
Alergi dan peradangan yang berespon
baik terhadap terapi kortikosteroid.
|
KONTRA INDIKASI
|
-Dexamethasone Harsen tidak boleh diberikan pada
penderita herpes simplex pada mata; tuberkulose aktif, peptio ulcer aktif
atau psikosis kecuali dapat menguntungkan penderita
- Jangan diberikan pada wanita
hamil kerena akan terjadi hypoadrena-lism pada bayi yang dikandungnya atau
diberikan dengan dosis yang serendah-rendahnya.
|
EFEK SAMPING
|
- Pengobatan yang berkepanjangan
dapat mengakibatkan efek kata-bolik steroid seperti kehabisan protein,
osteoporosis dan penghambatan pertumbuhan anak.
- Penimbunan garam, air dan kehilangan potassium
jarang terjadi bila dibandingkan dengan beberapa gfucocorticoid lainnya.
- Penambahan nafsu makan dan berat badan lebih
sermg terjadi.
|
PERINGATAN
DAN PERHATIAN
|
-Kekurangan adrenocortical sekunder yang
disebabkan oleh pengobatan dapat dikurangi dengan mengurangi dosis secara
bertahap.
- Ada penambahan efek Corticosteroid pada
penderita dengan hypo-thyroidism dan cirrhosis
|
INTERAKSI OBAT
|
- Insulin hipoglikemik oral:
menurunkan efek hipoglikemik.
- Phenythoin, phenobarbital, efedrin: Meningkatkan
clearance metabolik dan deksametason; menurunkan kadar steroid dalam darah
dan aktifitas fisiologis.
- Antikoagulansia oral; meningkatkan atau
menurunkan waktu protrombin.
- Diuretik yang mendeplesi kalium : meningkatkan
resiko hipokalemia.
- Glikosida kardiak: meningkatkan resiko aritmia
atau toksisitas digitalis sekunder terhadap hipokalemia.
- Antigen untuk tes kulit: menurunkan reaksivitas.
-Imunisasi: menurunkan respon antibodi.
|
DOSIS
|
Dewasa :-Oral :0,5mg-10 mg per hari.
(rata2 1,5mg-3mg per hari). - Parenteral : 5 mg - 40 mg per hari.
Untuk keadaan yang darurat diberikan intra vena
atau intra-muskular. Dosis ini diberikan tiap 6 jam untuk mendapatkan efek
yang maksimum.
Anak2 : 0,08 mg - 0,3
mg/kg berat badan/hari dibagi daiam 3 atau 4 dosis.
|
MEKANISME KERJA OBAT
|
Dexamethasone Harsen adalah obat anti inflamasi
dan anti alergi yang sangat kuat. Sebagai perbandingan Dexamethasone 0,75 mg
setara dengan obat sbb : 25 mg Cortisone, 20 mg hydrocortisone, 5 mg
pred-nisone, 5 mg prednisolone.
Dexamethasone Harsen praktis tidak mempunyai
aktivitas mineral corticoid dari Cortisone dan hydrocortisone, sehingga
pengobatan untuk kekurangan adrenocortical tidak berguna.Obat ini digunakan
sebagai glucocorticoid khususnya, untuk anti inflamasi pendobatan rheumatik
arthritis dan penyakit collagen lainnya, allergi dermatitis dll. penyakit
kulit, penyakit inflamasi pada masa dan kondisi lain di mana terapi
glukocorticoid berguna lebih menguntungkan seperti penyakit leukemia tertentu
dan lymphomas dan inflamasi pada jaringan lunak dan anemia hemolytica.
|
2. Antidot/Antidotum
Antidotum adalah
penawar racun, sedangkan antitoksik adalah penawar terhadap zat yang beracun
(toksik) terhadap tubuh. Antidotum lebih difokuskan terhadap over dosis atau
dosis toksik dari suatu obat. Kondisi suatu obat dapat menimbulkan keracunan
bila digunakan melebihi dosis amannya. Selain itu, perbedaan metabolisme tubuh
setiap orang terhadap dosis obat juga mempengaruhi. Obat dapat menjadi racun
bila dikonsumsi dalam dosis berlebihan. Dalam hal ini, obat tidak akan
menyembuhkan melainkan berbahaya. Umumnya akan timbul efek sampingnya.Praktisi
kesehatan seperti dokter dan apoteker harus berhati-hati dalam memilih dosis
obat yang sesuai dengan kondisi penderita. Obat yang sama dapat diberikan dalam
dosis yang berbeda kepada bayi, anak-anak, dewasa dan usia lanjut. Hal ini
disebabkan perbedaan kesempurnaan pembentukan organ-organ tubuh terutama hati
dalam tiga jenis manusia tersebut.
Pengobatan terhadap
keracunan obat yang umum untuk keracunan yang terjadi kurang dari 24 jam yaitu
dengan membilas lambung bila obat baru ditelan, memuntahkan obat sampai
tindakan khusus untuk mempercepat pengeluaran obat dari tubuh. Setelah bilas
lambung, karbon aktif dan suatu pencahar perlu diberikan.
Pada keracunan yang
parah dibutuhkan antidotum yang memang terbukti menolong terhadap efek
keracunan obat tertentu, misal asam Folinat untuk keracunan metotrexat.
Nalokson, atropin,
chelating agent, natrium tiosulfat, metilen biru merupakan antidotum spesifik
yang sangat ampuh dan sering menimbulkan reaksi pengobatan yang dramatis.
Namun, sebagian terbesar kasus keracunan harus dipuaskan dengan pengobatan
gejalanya saja, dan inipun hanya untuk menjaga fungsi vital tubuh, yaitu
pernafasan dan sirkulasi darah.
Racun akan
didetoksikasi oleh hepar secara alamiah dan racun atau metabolitnya akan
diekskresi melalui ginjal dan hati. Selama keracunan hanya perlu dipertahankan
pernapasan dan sistem kardiovaskuler (fungsi vital).
Antidot untuk beberapa racun
didapat dengan cara menyuntikkan racun ke badan binatang dalam dosis kecil,
lalu mengekstraknya kembali dari darah binatang tersebut. Ini mengeluarkan
terjadinya sebuah antidot yang dapat melawan racun yang diproduksi oleh
binatang-binatang seperti ular,
laba-laba,
dan binatang beracun lainnya. Beberapa racun tidak ada antidotnya, dan ini
kadang menimbulkan kematian apabila racun tersebut memasuki tubuh makhluk hidup
lainnya. Beberapa racun dari binatang, khususnya yang diproduksi oleh arthropoda
(seperti laba-laba atau kalajengking)
hanya berbahaya ketika mereka membuat reaksi alergik dan menyebabkan shok anapilaktik.
Beberapa racun lainnya
tidak memiliki antidot. Contohnya adalah racun risin, yang diproduksi dari
limbah minyak goreng, dan akibatnya kadang fatal ketika memasuki badan manusia
dalam jumlah yang cukup.
LEUCOVORIN
Kalbe Farma
KOMPOSISI
|
Leucovorin Ca
|
INDIKASI
|
Overdosis asam Folat, anemia megaloblastik
|
KONTRA INDIKASI
|
Anemia pernisiosa dan anemia megaloblastik lainnya
dimana terdapat defisiensi vit B12.
|
EFEK SAMPING
|
Sensitisasi alergi
|
PERINGATAN
DAN PERHATIAN
|
Tumor yang tergantung oleh folat
|
INTERAKSI OBAT
|
|
DOSIS
|
OD antagonis as.folat Maks IV 75mg selama 12 jam,
kemudian 12mg IM selama 6 jam utk 4dosis. Dosis scr umu ≥ dosis antagonis.
Anemia megaloblastik 1mg/hr IM.
|
|
|
Nalokson (Nokoba)
( Fahrenheit)
KOMPOSISI
|
Naloxone HCl.
|
INDIKASI
|
Pemulihan
total atau sebagian dari depresi opiate dan overdosis opiate akut, termasuk
depresi opiate akut, termasuk depresi pernapasan, yang diinduksi oleh opiate
alami dan sintetik, termasuk propoksifen, methadone dan analgesic campuran
agonis-antagonis:nalbufin, pentasozin, butorfanol.
|
KONTRA INDIKASI
|
Hipersensitif terhadap nalokson hidroklorida
|
EFEK SAMPING
|
Hipotensi,
hipertensi, takikardi dan fibrilasi ventricular, dispnea, edema paru, hentil
jantung, kematian, koma dan ensenfalopati pada penggunaan pasca operasi.
|
PERINGATAN
DAN PERHATIAN
|
Individu,
termasuk bayi dari ibu yang diketahui atau diduga menderita ketergantungan
opiate. Dapat menimbulkan sindroma putus obat akut. Hindari tindakan
penghentian terapi pemulihan depresi opiate secara mendadak pasca operasi.
|
INTERAKSI OBAT
|
Bisulfit,
Metabisulfit, Anion rantai panjang atau dengan berat molekul tinggi, larutan
dengan pH basa.
|
DOSIS
|
Dewasa
diduga/diketahui OD Opiat: 0.4-2mg i.v, dapat diulang dengan interval
2-3menit. Jika tidak ada respon sesudah pemberian 10mg, diagnose toksisitas
yang diinduksi narkotik harus dipertimbangkan. Dapat diberikan secara IM atau
SK jika rute IV tdk dapat dilakukan.
|
MEKANISME KERJA OBAT
|
Nalokson
adalah antagonis opiat yang utama yang tidak mempunyai atau hanya sedikit
mempunyai aktivitas agonis. Jika diberikan pada pasien yang tidak menerima
opiat dalam waktu dekat, nalokson hanya memberi sedikit atau bahkan tidak
memberikan efek. Sedangkan pada pasien yang sudah menerima morfin dosis
tinggi atau analgesik lain dengan efek mirip morfin, nalokson mengantagonis
sebagian besar efek opiatnya. Akan terjadi peningkatan kecepatan respirasi
dan minute volume, penurunan arterial PCO2 menuju normal, dan tekanan darah
menuju normal jika ditekan. Nalokson mengantagonis depresi pernapasan ringan
akibat opiat dosis rendah. Karena durasi kerja nalokson lebih singkat
dibandingkan durasi kerja opiat, maka efek opiat mungkin muncul kembali
begitu efek nalokson menghilang. Nalokson mengantagonis efek sedasi atau
tertidur yang dipicu oleh opiat. Nalokson tidak mengakibatkan toleransi atau
ketergantungan fisik maupun psikologis.
|
Asam Folinat (CALCIUMLEVOFOLINAT EBEWE)
(Ferron/Ebewe)
KOMPOSISI
|
Folinic acid
|
INDIKASI
|
Antidotum
untuk methotrexate. Kompensasi trhdp aksi antagonis asam folat pd obat sitostatik. Utk terapi kombinasi
dengan obat sitistatik lain seperti 5-fluorouracil pada tumor GI dan tumor
kepala dan leher.
|
KONTRA INDIKASI
|
Anemia
pernisiosa atau anemia lain karena defisiensi vit B12.
|
EFEK SAMPING
|
Reaksi alergi
(jarang). Gangguan GI pd dosis tinggi. Remisi hematologi dengan progresi
gangguan neurologik.
|
PERINGATAN
DAN PERHATIAN
|
Kehamilan
laktasi
|
INTERAKSI OBAT
|
Trimetropim,
kitrimeksasol, fluorourasi.
|
DOSIS
|
Pemberian via
inj IV atau infuse IV. Antidotum thp metotreksat Dosis tergantung individu.
Kombinasi dgn 5-fluorourasil 100mg/m2 IV.
|
|
|
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa
terapi pengobatan yang dapat diberikan masing-masing penderita:
A.
Golongan
Antihistamin dan Antialergi :
-
Generasi I
·
Difenhidramin
(Benadryl),
·
Dimenhidrat
(Vormex A),
·
Doksilamin
(Mereprine),
·
Klemastin
(Tavegyl),
·
Dimentiden (Fenistil),
·
Kloramfeniksamin
(Systral),
·
Feniramin (Avil),
·
Bamipin
(Soventol),
·
Meklozin
(Bonamine),(Peremesin),
·
Chlorpheniramine
Maleate (Orphen),
·
Ethylenediamines,
Piperazin, Phenothiazine, Piperadines.
-
Generasi II
·
Fexofenadine
(Telfast),
·
Loratadine (Lisino),
·
Setrizin (Zyrtec),
·
Azelastin
(Allergodi).
A. Antidot/Antidotum
NAMA GENERIK
·
Leucovorin
NAMA
DAGANG
·
Nalokson
(Nokoba)
·
Atropin
(Aludonna D)
·
Asam Folinat (Calciumlevofolinat
Ebewe)
3.2
Saran
Untuk pemilihan dan
penggunaan antidotum & zat antitoksik yang tepat ada baiknya anda harus
periksakan diri dan konsultasi ke dokter dan melakukan terapi pengobatan pada
apoteker sebagai ahli kesehatan dalam pengobatan, untuk mendapatkan Informasi
Obat dan Penjelasannya.
2 komentar:
Terimakasih, postingan Anda sangat bermanfaat :)
Sangat bermanfaat kak
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g:
:h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p:
Posting Komentar
Teman-teman yang baik hati,,
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir diblog sederhana ini.
Blog ini saya buat untuk memudahkan sobat sekalian dalam mencari tugas.
Data yang dikumpulkan dari tugas-tugas kampus yang saya miliki juga meminta ijin men"COPAS" tulisan milik oranglain tentu dengan menyertakan sumbernya.
Saya harap kalian dapat meninggalkan pesan, komentar, kritik, saran atau beberapa patah kata guna menghargai blog ini.
Jangan lupa di follow yahh... ^^
Terimakasih ^^