Makalah kimia medisinal....
BAB II
PEMBAHASAN
HUBUNGAN KUANTITATIF
STRUKTUR – AKTIVITAS
Interaksi obat – reseptor
ditentukan oleh parameter fisikokimia obat itu : kepolaran, pengionan, dan
kerapatan elektron . Semua sifat elektronik obat ditentukan oleh susunan atom,
bentuk, dan ukuran molekul obat dengan
perkataan lain, oleh struktur kimianya. Karena parameter fisikokimia ini dapat
diukur dan dinyatakan secara kuantitatif, maka gaya ikatan antarmolekul sebagai
fungsi struktur mestinya juga mempunyai nilai dengan angka. Maka, jika kerja
hayati obat yang termasuk dalam satu seri dapat diukur dan cara kerjanya dalam
seri itu serupa, maka hubungan kuantitatif struktur - aktivitas (HKSA) harus
dapat pula dihitung. Tetapi, walaupun dengan segala upaya dan aksal HKSA tetap
merupakan tantangan yang belum sepenuhnya terlaksana. Hal ini dapat dipahami
jika kita sadari bahwa ada kerumitan besar yang berhubungan dengan molekul obat
yang kecil sekalipun, apalagi reseptor makromolekul yang belum banyak kita
kenal, atau bahkan seluk-beluk seluruh system kehidupan yang sangat
rumit.Pemilihan sejumlah parameter-kunci kimia dan biologi yang dapat dipakai
pada penentuan HKSA, beserta kutak-katik statistiknya yang tepat, merupakan
proses spontan tersendiri dengan segi
epistemologi yang agak kuat. Ganellin (1977) dan Barlow (1979) mengungkapkan
analisis mendalam tentang harapan, prestasi, kesulitan dan jebakan HKSA.
Hubungan
kuantitatif struktur kimia dan aktivitas biologis obat (HKSA) merupakan bagian
penting rancangan obat, dalam usaha untuk mendapatkan suatu obat baru dengan
aktivitas yang lebih besar, keselektifan yang lebih tinggi, toksisitas atau
efek samping sekecil mungkin dan kenyamanan yang lebih besar. Selain itu dengan
menggunakan model HKSA, akan lebih banyak menghemat biaya atau lebih ekonomis,
karena untuk mendapatkan obat baru dengan aktivitas yang dikehendaki, faktor
coba-coba ditekan sekecil mungkin sehingga jalur sintesis menjadi lebih pendek.
Ada beberapa model pendekatan
hubungan kuantitatif struktur-aktivitas, antara lain adalah pendekatan HKSA
Free-Wilson, pendekatan HKSA Hansch, pendekatan mekanika kuantum dan pendekatan
konektivitas molekul.
2.1 Metode
Pendekatan HKSA Free-Wilson
Free
dan Wilson (1964), mengembangkan suatu konsep hubungan struktur dan aktivitas
biologis obat, yang dinamakan model de novo atau model matematik Free-Wilson.
Mereka mengemukakan bahwa respons biologis merupakan sumbangan aktivitas dari
gugus-gugus substituen terhadap aktivitas biologis senyawa induk, yang
dinyatakan melalui persamaan berikut :
Log 1/C = S + µ (1)
Ket : Log 1/C : logaritma aktivitas biologis
S : total sumbangan substituen terhadap
aktivitas biologis senyawa induk
µ : aktivitas biologis senyawa induk
Pada
substitusi bermacam-macam gugus pada daerah atau zona yang berbeda dalam
struktur senyawa induk, maka :
Log 1/C = ∑ An . Bn
+ µ (2)
Ket : ∑ An . Bn :
total sumbangan aktivitas dari n substituen dalam n zona terhadap aktivitas
senyawa induk.
Jumlah senyawa yang disintesis
merupakan hasil kali jumlah substituen pada tiap-tiap zona dari senyawa induk.
Contohnya suatu turunan
senyawa induk akan dilakukan modifikasi struktur pada 3 daerah kedudukan (zona)
dengan memasukkan 3 macam substituen, maka dimingkinkan sintesis sebanyak 3 x 3
x 3 = 27 senyawa. Jumlah minimal senyawa yang disintesis (N) untuk dapat
dianalisis dengan model Free-Wilson dinyatakan
melalui persamaan sebagai berikut :
N = 1 + ∑j
(ni-1)
Ket : j : jumlah kedudukan substituen (zona)
Ni : jumlah
substituen pada kedudukan i.
Contoh model de novo Free-Wilson
: HKSA turunan 6-deositetrasiklin terhadap Staphylococcus
aureus.
Bila
persamaan (2) dijabarkan lebih lanjut sesuai dengan percobaan di atas,
didapatkan persamaan sebagai berikut :
Metode
de novo ini kurang berkembang karena tidak dapat digunakan bila efek subtituen
bersifat tidak linier atau bila ada interaksi antar subtituen. Selain itu,
model ini memerlukan banyak senyawa dengan kombinasi substituen yang bervariasi
untuk dapat menarik kesimpulan yang benar. Meskipun demikian, model ini juga
mempunyai keuntungan karena dapat menghubungkan secara kuantitatif antara
struktur kimia dan aktivitas biologis dari turunan senyawa dengan
bermacam-macam gugus substitusi pada berbagai zona. Model ini digunakan bila
tidak ada data tetapan fisika dari senyawa-senyawa yang diteliti dan uji
aktivitas lebih lambat dibanding dengan sintesis turunan senyawa.
2.2 Metode
Pendekatan HKSA Hansch
Hansch
(1963), mengemukakan suatu konsep bahwa hubungan struktur kimia dengan
aktivitas biologis (log 1/C) suatu turunan senyawa dapat dinyatakan secara
kuantitatif melalui parameter-parameter sifat kimia fisika dari substituen
yaitu parameter hidrofobik (π), elektronik (σ), dan sterik (Es).
Model pendekatan ini disebut pula model hubungan energi bebas linier (linear free
energy relationship = LFER) atau pendekatan ekstratermodinamik.
Ket
: C : Kadar untuk respons biologis baku
∑ π, ∑ σ dan ∑ Es : sumbangan sifat-sifat
lipofilik, elektronik dan sterik dari gugus-gugus terhadap sifat-sifat senyawa
induk yang berhubungan dengan aktivitas biologis
a, b, c, d : bilangan (tetapan) yang didapat dari
perhitungan analisis regresi linier.
2.2.1
Parameter Sifat Kimia Fisika dalam HKSA Model Hansch
Parameter sifat kimia fisika
yang sering digunakan dalam HKSA model Hansch adalah parameter hidrofobik,
elektronik, dan sterik.
Pada proses distribusi atau pengangkutan obat, penembusan membran
biologis sangat dipengaruhi oleh sifat kelarutan obat dalam lemak/air, suasana
pH dan derajat ionisasi (pKa) sehingga dalam hubungan kuantitatif struktur dan
aktivitas, parameter sifat kimia fisika yang sering dilibatkan adalah parameter
hidrofobik dan elektronik. Pada proses distribusi obat pengaruh sifat
hidrofobik pada umumnya lebih besar dibanding sifat elektronik.
Proses interaksi obat-reseptor
sangat dipengaruhi oleh ikatan kimia, kerapatan elektron, ukuran molekul dan
efek stereokimia. Dalam hubungan struktur dan aktivitas, ketiga parameter sifat
kimia fisika di atas ikut dilibatkan, terutama parameter elektronik dan sterik.
2.2.2
Analisis Statistik dalam HKSA Model Hansch
Perhitungan statistik yang
sering digunakan dalam hubungan struktur dan aktivitas melalui
parameter-parameter kimia fisika adalah analisis regresi linier dan non linier.
Untuk mengetahui hubungan kuantitatif antara struktur kimia dan aktivitas
biologis melalui parameter kimia fisika, dapat dilakukan perhitungan statistik
dengan bantuan komputer, menggunakan program MICROSAT, ABSTAT, QSAR,
STATGRAPHIC, STATISTICA, SIGMASTAT, SPSS atau program statistik yang lain.
a. Regresi linier
Perhitungan regresi linier digunakan untuk mencari hubungan antara
aktivitas biologis dengan satu parameter kimia fisika atau lebih.
Regresi linier untuk satu parameter kimia fisika dinyatakan melalui
persamaan berikut.
b. Regresi non linier
Regresi non linier untuk parameter kimia fisika dapat dinyatakan
melalui persamaan sebagai berikut.
Dalam HKSA, model hansch
lebih berkembang dan lebih banyak digunakan dibandingkan model de novo
Free-Wilson karena :
1.
Lebih sederhana
2.
Konsepnya secara langsung
berhubungan dengan prinsip-prinsip kimia fisika organik yang sudah ada.
3.
Dapat untuk hubungan linier dan
non-linier
4.
Data parameter sifat kimia fisika
substituen sudah banyak tersedia dalam tabel-tabel.
5.
Penggunaan pendekatan model Hansch
telah banyak dapat menjelaskan hubungan struktur dan aktivitas suatu turunan
obat.
2.2.3
Contoh HKSA Model Hansch
·
Hubungan Struktur dan Aktivitas Turunan Kloramfenikol
Hansch dan kawan-kawan (1963), telah melakukan penelitian
hubungan struktur dan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus pada turunan kloramfenikol, yang dapat
dilihat sebagai berikut.
Melalui perhitungan statistik analisis regresi non linier,
dengan bantuan komputer (misalnya dengan menggunakan program QSAR, STATGRAPHIC
atau SPSS), didapatkan persamaan hubungan perubahan struktur dan aktivitas
antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dari turunan kloramfenikol, melalui
parameter kimia fisika π dan σ, sebagai berikut :
Dari persamaan di
atas dapat disimpulkan :
1.
Ada hubungan parabolik yang
bermakna antara sifat elektronik (σ) dan lipofilik (π) dari gugus R turunan
kloramfenikol dengan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.
2.
Kloramfenikol (R=NO2) mempunyai
aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus yang optimal.
3.
Untuk mendapatkan senyawa turunan
kloramfenikol baru dengan aktivitas optimal, harus diperhatikan agar substituen
R bersifat penarik elektron kuat atau nilai σ (+) relatif besar, dan mempunyai
sifat lipofilik lemah atau nilai π (+) relatif rendah.
2 komentar:
wahh makasih..
ada sumber/literaturnya gak?? :)
ko gambarnya engga ada yg bisa kebuka
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g:
:h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p:
Posting Komentar
Teman-teman yang baik hati,,
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir diblog sederhana ini.
Blog ini saya buat untuk memudahkan sobat sekalian dalam mencari tugas.
Data yang dikumpulkan dari tugas-tugas kampus yang saya miliki juga meminta ijin men"COPAS" tulisan milik oranglain tentu dengan menyertakan sumbernya.
Saya harap kalian dapat meninggalkan pesan, komentar, kritik, saran atau beberapa patah kata guna menghargai blog ini.
Jangan lupa di follow yahh... ^^
Terimakasih ^^