Senin, 21 Januari 2013

ANTIHISTAMIN, ANTIALERGI DAN ANTIDOTUM


MAKALAH
SPESIALIT OBAT

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor –histamine.
Alergi dan Penyebabnya Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan zat-zat yang tidak berbahaya. Alergi timbul bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya, pada orang normal tidak menimbulkan reaksi. Zat penyebab alergi ini disebut allergen. Allergen bisa berasal dari berbagai jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa saja melalui saluran pernapasan, berasal dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit seperti; kosmetik, logam perhiasan atau jam tangan, dll.
Dalam pembahasan di makalah ini sesuai dengan hal-hal yang sering kali terjadi / dialami oleh kebanyakan orang dalam menjalankan pengobatan yaitu terjadinya keracunan dengan pemberian antidotum dan alergi dengan pemberian antihistamin/antialergi.
Sehingga mengenai Terapi pengobatan mengenai antihistamin dan antidotum ini akan dibahas dalam makalah ini.
Sedangkan sebuah antidot adalah sebuah substansi yang dapat melawan reaksi peracunan. Secara jauh, kata ini berasal dari bahasa Yunani: αντιδιδοναι atau antididonai, yang berarti "memberikan perlawanan".
Keracunan adalah masuknya zat ke dalam  tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian. Semua zat dapat menjadi racun bila diberikan dalam dosis yang tidak seharusnya. Berbeda dengan alergi, keracunan memiliki gejala yang bervariasi dan harus ditindaki dengan cepat dan tepat karena penanganan yang kurang tepat tidak menutup kemungkinan hanya akan memperparah keracunan yang dialami penderita.
Saat ini manusia sering terkena zat-zat toksik baik dari makanan, air dan lingkungan. Di rumah pun bukan berarti tidak berbahaya karena masih ada kemungkinan keracunan insektisida maupun herbisida. Tergantung dari sifat yang dimiliki oleh zat toksik tersebut, sehingga bisa terserap melalui lambung, usus, paru-paru dan atau kulit.Untungnya, hati (liver) memiliki kemampuan mendetoksifikasi zat-zat toksik tersebut sehingga dapat dikeluarkan melalui urine, empedu dan udara. Namun, apabila kecepatan penyerapan melebihi kecepatan ekskresinya, zat toksik itu akan menumpuk dalam konsentrasi kritis dan mengakibatkan munculnya efek toksik dari zat tersebut. Zat-zat tosik seperti sulfida, arsenik, logam berat dapat masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan efek keracunan. Untuk itu, dibutuhkan zat antitoksik seperti Desferrioksamin Metansulfonat untuk keracunan besi akut.

1.2  Tujuan  

1.      Untuk mengetahui penggolongan-penggolongan obat antihistamin dan antialergi.
2.      Untuk mengetahui penggolongan-penggolongan obat antidotum.

1.3  Manfaat

·   Meningkatkan wawasan mahasiswa farmasi unsrat mengenai Terapi Pengobatan.
·   Menambah Pengetahuan Mahasiswa mengenai Pengobatan Anti histamine, anti alergi dan antidotum


















BAB II
PEMBAHASAN

1.       Antihistamin dan Antialergi
1.1 Anti Histamin (AH1)  
      Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor –histamin (penghambatan saingan). Pada awalnya hanya dikenal satu tipe antihistaminikum, tetapi setelah ditemukannya jenis reseptor khusus pada tahun 1972, yang disebut reseptor-H2,maka secara farmakologi reseptor histamin dapat dibagi dalam dua tipe , yaitu reseptor-H1 da reseptor-H2. Berdasarkan penemuan ini, antihistamin juga dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni antagonis reseptor-H1 (sH1-blockers atau antihistaminika) dan antagonis reseptor-H2 ( H2-blockers atau zat penghambat-asam).
Antihistamin yang digunakan sebagai anti alergi adalah golongan antagonis reseptor H1. Secara farmakodinamik, AH1 dapat menghambat efek histamine pada pembuluh darah, bronkus dan pemacam otot polos. AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai pelepasan histamine endogen berlebihan. Bronkokonstriksi, peninggian permeabilitas kapiler dan edema akibat histamine dapat dihambat dengan baik.
Mekanisme aksi dari antihistamin diantaranya adalah:
·         Mengeblok kerja histamine pada reseptornya.
·         Berkompetisi dengan histamine untuk mengikat reseptor yang masih kosong. Jika histamine sudah terikat, antihistamin tidak bisa memindahkan histamine.
·         Pengikat AH1 mencegah efek merugikan akibat stimulasi histamine seperti vasodilatasi, peningkatan secret gastrointestinal dan respirasi serta peningkatan permeabilitas kapiler.
Antihistamin juga digunakan untuk mengatasi inflamasi. Invasi virus direspons oleh sistem kekebalan, yang tersusun secara berlapis, dengan sasaran mempertahankan keseimbangan antara lingkungan di luar dan didalam. Alat pertahanan itu antara lain kulit, selaput lender, batuk, flora normal, dan berbagai sel seperti limfosit T (sel T) dan limfosit B (sel B) dalam jaringan limfoid. Meknisme pertahanan itu disebut sebagai inflamasi yang dirasakan sebagai kemerahan, sembab, demam, dan nyeri.
Antihistamin disebut sebagai anti-alergi karena alergi juga menimbulkan inflamasi. Ia adalah reaksi yang berlebihan dari sistem pertahanan tubuh terhadap gangguan dari luar, baik makanan, obat, maupun udara dingin. Salah satu alat serang yang dilepas tubuh ke dalam pembuluh darah adalah histamine yang menyebabkan kontraksi atau menciutnya berbagai alat vital, sperti bronkus dan usus, serta peningkatan sekresi mucus atau lender dan resistansi saluran napas.

Antihistamin dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
A.    Generasi pertama atau antihistamin tradisional
B.     Generasi kedua atau antihistamin non sedative

A.    Obat Generasi Pertama
Obat generasi pertama merupakan obat yang dapat bekerja secara perifer maupun sentral. Efek antikolinergiknya lebih besar dibandingkan dengan agen non sedative. Penghambat SSP akibat AH1 dapat bermanifestasi sebagai gejala mengantuk, maupun kewaspadaan turun.
Contohnya adalah ;
Difenhidramin (Benadryl), Dimenhidrat (Vormex A), Doksilamin (Mereprine), Klemastin (Tavegyl), Dimentiden (Fenistil), Kloramfeniksamin (Systral), Feniramin (Avil), Bamipin (Soventol), Meklozin (Bonamine), (Peremesin), Chlorpheniramine Maleate (Orphen), Ethylenediamines, Piperazin, Phenothiazine, Piperadines.

Difenhidramin (Benadryl, Valdres)
INDIKASI
Antialergi, Obat Tidur, Antiemetik (seperti Dimenhidrat pada Vornex), Anestetik Lokal (dalam gel pelumas Cathejeli).
Imsomnia smentara & jangka pendek. Semua manifestasi alergi.
MAKANISME KERJA
Farmakodinamik : seperti AH1 resptor klasik (Etanolamin)
Farmakokinetik : Absorpsi 72%, Ikatan Protein plasma ± 80%, t1/2 6-9 jam, Eliminasi 50% tak berubah di ginjal, sisanya dimetabolisme pada pH<6 tidak ada lagi absorpsi kembali.
DOSIS
1-2 tab sebelum tidur
KONTRAINDIKASI
Laktasi
EFEK SAMPING
Angguan GI, reaksi alergi.
INTERAKSI OBAT
Alkohol, MAOI, obat yang menekan fungsi SSP.

Chlorpheniramine Maleate (Orphen)
INDIKASI
Hay Fever, Urtikaria, Asma Brokial, Rinitis Alrgi & Reaksi Alergi Lain.
DOSIS
Dws 1 kapl 3-4 x/hr
Anak-anak 6-12thn ½ kapl 3-4 x/hr
2-6 thn ¼ kapl 3-4 x/hr.
KONTRAINDIKASI
Infeksi sal. Napas bawah. Bayi premature atau baru lahir.
EFEK SAMPING
Sedasi, ggn GI, efek antimuskarinik, hipotensi, kelemahan otot, tinnitus, euphoria, sakit kepala. Stimulasi SSP, reaksi alergi, ggn darah.
INTERAKSI OBAT
Alkohol, MAOI, obat yang menekan fungsi SSP depresan, antikolinergik.

B.     Obat Generasi Kedua
Obat generasi kedua merupakan antihistamin non sedative yang dikembangkan untuk mengeliminasi efek samping sedasi dari obat generasi pertama. Obat ini berukuran besar dan tidak bersifat lipofilik sehingga tidak menembus BBB. Dengan begitu, efek ke sistem saraf pusatnya lebih kecil. Dibandingkan generasi 1, obat ini memiliki durasi kerja yang lebih lama dan memiliki spesifisitas reseptor H1 dan atau H2 untuk menekan efek histamin.
Contohnya adalah
Fexofenadine (Telfast), Loratadine (Lisino), Setrizin (Zyrtec), Azelastin (Allergodi).  


Fexofenadine (Telfast), Loratadine (Lisino), Setrizin (Zyrtec)
INDIKASI
Fexofenadine (Telfast), Loratadine (Lisino) : hay fever, penyakit alergi kulit (biduran, alergi matahari).
Setrizin (Zyrtec) : pengobatan simtomatik penyakit alergi (urtikaria, hey fever).
MAKANISME KERJA
Farmakodinamik :
Fexofenadine (Telfast), Loratadine (Lisino) : antagonis H1-reseptor nonsedatif, kompetitif dan selektif (Alkilamin),
Loratadine juga menstabilkan membrane sel-sel mast,
Strisin : efek penghambat migrasi eosinofil, menghambat pembebasan mediator pada reaksi antigen-antibodi, hambatan aktivasi trombosit yang diperantarai oleh IgE (antiinflamasi).

Farmakokinetik :
Feksofenadine;
-          Absorpsi : Cepat, Lengkap.
-          IPP : 60-70%.
-          T1/2 : 11-15 jam.
-          Eliminasi : ginjal.
Loratadine ;
-          Absorpsi : Cepat, Lengkap.
-          IPP : 97-99 % (73-76%).
-          T1/2 : 15 jam (19 jam).
-          Eliminasi : ginjal 24 jam (  ̴40% di ginjal).
Setrizin ;
-          Absorpsi : Cepat, hampir Lengkap.
-          IPP : 93%.
-          T1/2 : 8-11 jam.
-          Eliminasi : tak berubah di ginjal, hanya 10% di feses.
EFEK SAMPING
Feksofenadin : nyeri kepala dan kantuk.
Loratadine : hanya pada overdosis menyebabkan sedasi lemah, kadang-kadang mulut kering, aritmia.
Setrizin : jarang sekali nyeri kepala, vertigo, mulut kering, keliuhan gastrointestinal.
KONTRAINDIKASI
Feksofenadin : Kehamilan, masa menyusui.
Loratadin : anak-anak dibawah umur 12 thn.
Setrizin : Penyakit ginjal berat, hipersensitivitas, Kehamilan, masa menyusui, anak-anak dibawah umur 12 thn.
INTERAKSI
Feksifenadine : pemberian bersama-sama Eritromisin atau Ketokonazol manaikkan kadar plasma Feksofenadine sekitar 2-3 kali lipat.
Loratadine ; Simetidine; penundaan awal kerja pada pemberian bersama makanan.



ALLOHEX
KOMPOSISI
-Tiap tablet mengandung: Loratadine micronized 10 mg
-Tiap 5 ml sirup mengandung: Loratadine micronized 5 mg
-Etilalkohol  2 %
INDIKASI
- Mengurangi gejala-gejala yang berkaitan dengan rhinitis alergik, seperti bersin-bersin, pilek, rasa gatal pada hidung serta rasa gatal dan terbakar pada mata.
- Mengurangi gejala-gejala dengan tanda-tanda urtikaria kronik serta penyakit dermatologik alergi lain.
KONTRA INDIKASI
Pasien yang menunjukkan hipersensitif atau idiosinkrasi terhadap komponen-komponennya.
EFEK SAMPING
- Loratadine tidak memperlihatkan efek sedatif yang secara klinis bermakna pada pemberian dosis 10 mg sehari.
- Efek samping yang dilaporkan : lelah, sakit kepala, somnolensi, mulut kering, gangguan pencernaan, nausea, gastritis dan gejala alergi yang menyerupai ruam.
- Pernah dilaporkan terjadinya alopesia, anafilaksis, fungsi hati abnormal dan takiaritmia supra ventrikuler walaupun jarang.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
-  Pasien deng an gangguan hati berat harus diberi- kan dosis per- mulaan yang lebih rendah, karena hal ini kemungkinan dapat mengu- rangi bersihan Loratadine, dianjurkan dosis awal 5 mg sehari/ 10 mg setiap 2 hari.
- Khasiat dan keamanan penggunaan Loratadine pada anak-anak usia dibawah 2 tahun belum ditetapkan.
- Keamanan pemakaian Loratadine selama keha- milan belum ditetapkan, hanya diberi- kan bila poten si manfaat lebih besar dari potensi resiko terhada p janin.
Hati-hati bila diberikan pada wanita yang sedang menyu sui, karena Loratadine diekskresikan dalam air susu ibu.
INTERAKSI OBAT
- Bila diberikan bersama-sama dengan alkohol, Loratadine tidak memiliki efek potensiasi seperti yang diukur dengan penelitian penampilan psikomotor.
- Pernah dilapor kan peningkata n kadar Loratadi ne dalam plasm a setelah pema- kaian bersama-sama ketokona- zol, eritromisin atau simetidin pada penelitian klinik terkendali, tetapi tidak ada perubahan klinis yang bermakna (termasuk elektrokardiografik).
- Hati-hati pemakaian bersama obat-obat yang meng hambat metabo lisme hati.
- Pemberian antihistamin harus dihentika n 48 jam sebelu m prosedur uji kulit, karena obat ini dapat mencegah atau mengurangi reaksi positif terhadap indika- tor reaktivitas dermal.
DOSIS
- Dewasa, usia lanjut, anak usia 12 tahun atau lebih : 1 tablet/10 mg (2 sendok takar) sehari.
- Anak-anak usia 2 – 12 tahun : Berat badan > 30 kg : 10 mg (1 tablet atau 2 sendok takar) sehari. Berat badan 30 kg : 5 mg (1/2 tablet atau 1 sendok takar) sehari.
- Khasiat dan keamanan penggunaan pada anak-anak usia dibawah 2 tahun belum terbukti.
MEKANISME KERJA OBAT
Farmakologi:
Loratadine merupakan suatu antihistamin trisiklik yang bekerja lama dengan aktivitas antagonis kompetitif selektif terhadap reseptor H1 perifer tanpa efek sedasi sentral atau efek antikolinergik


CETIRIZINE10 mg Tablet Salut Selaput
PT. KIMIA FARMA JAKARTA-INDONESIA
KOMPOSISI
Tiap tablet salut selaput mengandung Cetirizine HCl  10 mg
INDIKASI
Pengobatan perennial rinitis, alergi rinitis musiman dan kronik idiopatik urtikaria
KONTRA INDIKASI
Penderita dengan pengalaman hipersensitif pada Cetirizine. Cetirizine kontraindikasi pada ibu menyusui karena diekskresikan melalui ASI
EFEK SAMPING
Ada beberapa laporan terjadinya efek samping ringan dan sementara, misalnya sakit kepala, pusing, mengantuk, gelisah, kering mulut dan ketidaknyamanan pada pencernaan. Pada beberapa individu terjadi reaksi hipersensitif, termasuk reaksi kulit dan mungkin terjadi angiodema
PERINGATAN DAN PERHATIAN
- Penelitian dengan ukuran objektif tidak menunjukkan adanya efek cetirizine pada fungsi kognitif, kinerja motorik atau mengantuk. Walaupun demikian, adanya efek terhadap system syaraf pusat telah diamati pada beberapa individu penderita, karenanya hati-hati bila mengendarai mobil atau mengoperasikan mesin.
- Penggunaan pada kehamilan Cetirizine hanya boleh diberikan kepada wanita hamil, bila benar-benar diperhitungkan keuntungan lebih besardari kerugiannya.
- Hati-hati penggunaan pada penderita epilepsi.
INTERAKSI OBAT
Pada saat ini tidak ada interaksi dengan obat lain. Penelitian Diazepam dan Cetirizine tidak memperlihatkan interaksi. Seperti pemakaian antihistamin lainnya, disarankan untuk tidak mengkonsumsi alkohol.
DOSIS
-Dewasa dan anak-anak diatas atau sampai 12tahun: 1 tablet (10 mg) perhari.
-Pada saat ini tidak cukup data klinik untuk direkomendasikan penggunaan Cetirizine pada anak-anak di bawah atau sampai 12 tahun.
-Pada saat ini tidak ada data, yang menyarankan penurunan dosis untuk penderita lansia. 0  Pada penderita kerusakan ginjal, dosis harus dikurangi menjadi 1/2 tablet perhari
MEKANISME KERJA OBAT
Farmakologi:
Cetirizine adalah antihistamin, pada dosis farmakologi aktif, mempunyai efek mengantuk yang lebih kecil, dengan tambahan sifat antialergi. Cetirizine adalah reseptor H1-antagonis selektif dan pada reseptor lain efeknya dapat diabaikan, bebas dari efek anticholinergik dan antiserotonin. Cetirizine menghambat mediator histamin fase awal dari reaksi alergi, juga menurunkan migrasi sel inflamasi dan melepaskan mediator yang berhubungan dengan respon alergi yang sudah lama.
Farmakokinetika:
-Puncak level darah untuk 0,3 ug/ml dicapai antara 30- 60 menit setelah pemberian Cetirizine 10 mg
- Waktu paruh plasma kira-kira 11 jam.
- Absorpsi sangat konsisten pada semua subjek. Pengeluaran melalui ginjal 30 ml/menit dan waktu paruh ekskresi kira-kira 9 jam
- Cetirizine terikat kuat pada protein plasma.

Banyak AH1 yang bersifat mirip atropine. Efek yang muncul pada beberapa pasien di antaranya adalah mulut kering, kesukaran miksi, dan impotensi. Namun, ada yang tidak berpengaruh terhadap reseptor muskarinik seperti terfenadin dan astemazol.
Dalam dosis terapi, AH1 tidak menimbulkan efek berarti pada sistem kardiovaskular. Selain sebagai antihistamin, AH1 dengan dosis yang tinggi juga bisa berfungsi sebagai anestetik local seperti prometazin dan pirilamin.



Intensitas efek beberapa Antihistamin
Ket :     sd                     = sampai dengan
-                       = tidak ada
+sd+++             = menggambarkan tingginya intensitas efek secara relative


GOLONGAN
DEFINISI
CONTOH OBAT
Etanolamin
(HOC2H4NH2) adalah cairan kental dengan bau berupa ammonia yang digunakan untuk mengeluarkan hydrogen sulfide dari gas alam.
Kloramfeniramin Maleat :
Keluarga alkilamin
Generik : (Klemastin)
N.Dagang : ( Tavegil )
Etiendamin

Generik : Meklozin
N.Dagang : Bonamin

Generik : Prometazin
N.Dagang : Atosil
Alkilamin

Generik : Deksklorofeniramin
N.Dagang : Polaronil

Ø  Farmakokinetik
AH1 dapat diabsorpsi dengan baik secara parenteral maupun oral. Efek timbul dalam 15-30 menit setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam. Lama kerja antihistamin generasi I setelah pemberian dosis tunggal umumnya 4-6 jam, sedangkan beberapa derivat piperazin seperti meklizin dan hidroksizin memiliki masa kerja yang lebih panjang seperti juga umumnya antihistamin generasi II.
Ø Indikasi
Indikasi pemberian AH1 adalah untuk pengobatan simpatomimatik berbagai alergi dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan.



1.2 Penyakit alergi
AH1 berguna untuk mengobati alergi tipe eksudatif akut seperti polinosis dan urtikaria. Efeknya bersifat paliatif, membatasi dan menghambat efek histamin yang dilepaskan sewaktu reaksi antigen-antibodi terjadi. AH1 tidak berpengaruh terhadap intensitas reaksi antigen-antibodi yang merupakan penyebab berbagai gangguan alergik. Keadaan tersebut hanya dapat diatasi dengan menghindari alergen, desensitisasi atau menekan efek tersebut dengan kortikosteroid.
Untuk asma bronkial terutama yang disebabkan oleh SRS-A(slow reacting substance of anaphykaxis) atau leukotrien, AH1 saja tidak efektif. AH1 efektif jika digunakan sebagai profilaksis pada asma bronkial yang ringan. Untuk asma bronkial yang berat, aminofilin, epinefrin, dan isoproterenol merupakan pemilihan utama. Pada reaksi anafilaktik, AH1 merupakan tambahan dari epinefrin sebagai pilihan utama.
AH1 dapat menghilangkan bersin, rinore, dan gatal pada mata, hidung dan tenggorokan pada pasien seasonal hay fever. AH1 efektif terhadap alergi yang disebabkan oleh debu, tetapi kurang efektif bila jumlah debu banyak dan kontaknya lama. Pada urtikaria akut, AH1 cukup efektif meskipun pada urtikaria kronis hasilnya kurang baik. Terkadang, AH1 juga digunakan dalam menangani dermatitis atopik, dermatitis kontak dan gigitan serangga.
Selain sebagai obat alergi, AH1 juga digunakan untuk mengatasi mabuk perjalanan. Contoh obat yang digunakan adalah difenhidramin, dimenhidrinat, derivat piperazin dan prometazin. AH1 dapat memberikan antikolinergik yang kuat. Untuk mencegah mabuk kendaraan, AH1 diberikan setengah jam sebelum berangkat.
Ø  Efek Samping
Efek samping yang disebabkan oleh penggunaan AH1 dapat muncul pada dosis terapi meskipun jarang yang bersifat serius dan bisa hilang bila pengobatan diteruskan. Toleransi individu juga bisa berbeda-beda terhadap munculnya efek samping. Efek tersering adalah sedasi, yang kadang justru berguna supaya pasien dapat beristirahat. Pengurangan dosis atau penggunaan AH1 jenis lain ternyata dapat mengurangi efek sedasi ini.
Efek samping yang berhubungan dengan efek sentral AH1 adalah vertigo, tinitus, lelah, penat, inkordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euforia, gelisah, insomnia, dan tremor. Efek samping lain yang sering muncul adalah nafsu makan berkurang, mual, muntah, keluhan pada epigastrium, konstipasi atau diare. Efek samping tersebut dapat berkurang apabila diberikan sewaktu makan. Penggunaan astemizol, suatu antihistamin non sedatif, lebih dari 2 minggu dapat menyebabkan bertambahnya nafsu makan dan berat badan.
Efek samping lain yang mungkin muncul oleh AH1 adalah mulut kering, disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat, dan lemah pada tangan. Insiden efek samping karena efek antikolinergik lebih sedikit pada pasien yang mendapatkan antihistamin nonsedatif.
Pemberian terfenadin atau astemizol dosis terapi bersama ketokonazol, itrakonazol atau antibiotik golongan makrolid seperti eritromisin dapat mengakibatkan perpanjangan interval QT dan mencetuskan terjadinya aritmia ventrikel (torsades de pointes). Keadaan tersebut disebabkan karena antimikroba tersebut menghambat metabolisme terfenadin atau astemizol oleh enzim CYP3A4 sehingga kadar antihistamin dalam darah naik.
Selain memberikan efek samping, terdapat juga laporan mengenai kasus keracunan AH1. Efek sentral AH1 pada anak dapat berupa perangsangan dengan manifestasi halusinasi, eksitasi, ataksia, inkoordinasi, atetosis, dan kejang.

C.    Antialergi Lain 1

ü  Zat-Zat Penghambat Degranulasi Sel-Sel Mast (Stabilisator Sel-Sel Mast)
AH1 tidak sepenuhnya efektif untuk pengobatan simptomatik reaksi hipersensitivitas akut, Hal tersebut disebabkan oleh fungsi histamin yang sebenarnya merupakan pemacu untuk dibentuk dan dilepaskannya autakoid lain (seperti peptida endogen, prostaglandin, leukotrien). Selanjutnya, histamin dan autakoid lain ini bersama-sama menimbulkan gejala alergi. Pengobatan alergi biasanya lebih terkait dengan penggunaan antagonis fisiologis tidak tertuju pada penyebabnya. Salah satu terapi hipersensitivitas lain ialah secara profilaksis yaitu menghambat produksi atau pelepasan autakoid dari sel mast dan basofil yang telah tersensitisasi oleh antigen spesifik.


a. Natrium Kromolin
Kromolin merupakan obat penghambat histamin dari sel mast paru-paru dan tempat-tempat tertentu, yang diinduksi oleh antigen. Kromolin tidak merelaksasi bronkus atau otot polos lain. Kromolin menghambat pelepasan histamin dan autakoid lain termasuk leukotrien dari paru-paru manusia pada proses alergi yang diperantarai IgE. Penghambatan leukotrien bermanfaat untuk mengurangi bronkokonstriksi terutama pada pasien asma bronkial. Kromolin tidak menghambat ikatan IgE dengan sel mast atau interaksi antara kompleks sel IgE dengan antigen spesifik, tetapi menekan respons sekresi akibat reaksi tersebut.
            Kromolin diberikan secara inhalasi pada pasien asma bronkial. Kromolin jarang menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan meskipun digunakan bertahun-tahun. Reaksi tersering berkaitan dengan efek iritasi bubuk halus kromolin pada paru-paru berupa bronkospasme, batuk, kongesti, hidung, iritasi faring dan wheezing. Kadang timbul pusing, disuria, bengkak, nyeri sendi, mual sakit kepala, dan kemerahan kulit. Gejala yang lebih serius dapat berupa edema laring, angioderma, urtikaria dan anafilaksis.
Contoh : Dinatriumkromoglisinat (Intal, Lomupren, Opticrom)
KROMALIN/KROMOLIKAT
KOMPOSISI

INDIKASI
Inhalasi untuk mencegahan asma bronkila berat, mencegah asma yang diinduksi kerja, pencegahan bronkospasma yang diinduksi oleh polutan lingkungan dan antigen yang tidak diketahui. Larutan nasa: mencegah alergi rhinitis.
KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap kromoglikat
EFEK SAMPING
SSP: pusing, sakit kepala; kulit: ruam, urtikaria, angio-
edema;
THT: lakrimasi, iritasi, rasa panas pada hidung, bersin, sumbatan pada hidung, pengeca pan tidak enak, kelenjar parotis bengkak, tenggo rokan kering; saluran cerna: mual, rasa pana s uluhati, diare (bentuk oral). Ginjal: disuria, sering urinasi; mata: berair, panas, perih, gatal, bengkak, saluran pernafasan: , batuk, bersin, broncos- pasme; lain-lain: sendi nyeri dan bengkak.
RESP: batuk, bersin; broncos- pasme. Ibu hamil: dapat diberikan dengan hati-hati.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
Penggunaan pada ibu menyusui belum diketahui. Anak; keamanan penggunaan inhalasi dan larutan nasal belum diketahui pada anak <6 tahun. Penggunaan eorosol pada pasien aritmia dan penyakit arteri koroner harus berhati-hati karena adanya propelan pada sediaan ini. Batuk dan bronkospasme dapat terjadi setelah penggunaan inhalasi. Dapat terjadi shok anafilaksi, gangguan fungsi jantung dan ginjal.
INTERAKSI OBAT
Alcohol, depresan SSP, antikolinergik, penghambat MAO
DOSIS
Dewasa dan anak: 10 mg (2 hirupan) 4 kali sehari pada awal pemberian, dosis dapat ditambah jika penyakit bertambah berat sampai 6-8 kali sehari. Dosis tambahan dapt diberikan sebelum olahraga; dosis penunjang 5 mg. larutan nasal: semprot pada setiap lubang hidung 1 semprotan (5,2 mg) 3-6 kali sehari dengan interval yang sama.
MEKANISME KERJA OBAT
Menstabilkan sel mast yang melepaskan histamine dan mediator alergi lainnya


b. Nedokromil
Nedokromil menghambat pelepasan mediator dari sel mast bronkus dan diindikasikan untuk mencegah serangan asma pada pasien dengan asma bronkial ringan sampai sedang. Nedokromil hanya diindikasikan pada pasien asma di usia lebih dari 12 tahun dan diberikan secara inhalasi/semprotan.
            Contoh : Nedokromil-Natrium (Tilade).
c. Ketotifen
Ketotifen bersifat antianafilaktik, karena menghambat pelepasan histamin. Ketotifen fumarat diabsorpsi dari saluran cerna. Bentuk utuh dan metabolitnya diekskresi bersama urin dan tinja. Indikasi pemberiannya adalah untuk profilaksis asma bronkial. Efek samping yang dapat muncul sama dengan efek samping dari AH1.
            Contoh : Ketotifen (Zaditen).  

SCANDITEN (Ketotifen Fumarate)
KOMPOSISI
Ketotifen Fumarate
INDIKASI
Pencegahan jangka Panjang asma bronchial & pengobatan gejala-gejala alergi seperti rhinitis & konjungtivitas.
KONTRA INDIKASI
Penggunaan bersama dengan antidiabetes oral
EFEK SAMPING
Sedasi, agitasi, mengantuk; peningkatan BB, Stimulasi SSP.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
hindari penghentian obat antiasma secara mendadak ketika mulai menggunakan ketotifen. Dapat mengganggu kemampuan mengemudi atau menjalankan mesin. Hamil dan laktasi
INTERAKSI OBAT
Sedatif, hipnotik, alcohol, antihistamin.
DOSIS
Dewasa: 2 kali sehari 1 mg. pasien yang sensitive terhadap sedasi: dosis anjuran 2 kali sehari 0,5 mg atau 1 kali sehari 1 mg pada malam hari selama 1 minggu. Lalu ditingkatkan terhadap hingga tercapai dosis penuh dosis dapat ditingkatkan hingga 4 mg/hari dalam 2 dosis terbagi jika diperlukan. Anak> 2 tahun: 2 kali sehari 1 mg. anak yang sensitive terhadap sedasi : 0,5-1 mg pada malam hari selama beberapa hari pertama


ü  Penghambat Histidindekarboksilase
Satu-satunya obat yang mewakili golongan ini adalah Trikualin (Inhibostamin).
Trikualin (Inhibostamin)
KOMPOSISI
Trikualin
INDIKASI
Oral untuk profilaksis dan terapi simtomatik pada alergi dan untuk mengurangi risiko desensibiisasi
KONTRA INDIKASI
Kehamilan, masa menyusui.
EFEK SAMPING
Vertigo, rasa lelah, reaksi alergi pada kulit.
MEKANISME KERJA
Farmakokinetik : t1/2 : 25-30 jam

DEXAMETHASONE 0.75 MG
Hensen
KOMPOSISI
Tiap tablet Dexamethasone Harsen mengandung :
Deksametason 0,5 mg
Deksametason 0,75 mg
INDIKASI
Alergi dan peradangan yang berespon baik terhadap terapi kortikosteroid.
KONTRA INDIKASI
-Dexamethasone Harsen tidak boleh diberikan pada penderita herpes simplex pada mata; tuberkulose aktif, peptio ulcer aktif atau psikosis kecuali dapat menguntungkan penderita
- Jangan diberikan pada wanita hamil kerena akan terjadi hypoadrena-lism pada bayi yang dikandungnya atau diberikan dengan dosis yang serendah-rendahnya.
EFEK SAMPING
- Pengobatan yang berkepanjangan dapat mengakibatkan efek kata-bolik steroid seperti kehabisan protein, osteoporosis dan penghambatan pertumbuhan anak.
- Penimbunan garam, air dan kehilangan potassium jarang terjadi bila dibandingkan dengan beberapa gfucocorticoid lainnya.
- Penambahan nafsu makan dan berat badan lebih sermg terjadi.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
-Kekurangan adrenocortical sekunder yang disebabkan oleh pengobatan dapat dikurangi dengan mengurangi dosis secara bertahap.
- Ada penambahan efek Corticosteroid pada penderita dengan hypo-thyroidism dan cirrhosis
INTERAKSI OBAT
- Insulin hipoglikemik oral: menurunkan efek hipoglikemik.
- Phenythoin, phenobarbital, efedrin: Meningkatkan clearance metabolik dan deksametason; menurunkan kadar steroid dalam darah dan aktifitas fisiologis.
- Antikoagulansia oral; meningkatkan atau menurunkan waktu protrombin.
- Diuretik yang mendeplesi kalium : meningkatkan resiko hipokalemia.
- Glikosida kardiak: meningkatkan resiko aritmia atau toksisitas digitalis sekunder terhadap hipokalemia.
- Antigen untuk tes kulit: menurunkan reaksivitas.
-Imunisasi: menurunkan respon antibodi.
DOSIS
Dewasa :-Oral :0,5mg-10 mg per hari.
(rata2 1,5mg-3mg per hari). - Parenteral : 5 mg - 40 mg per hari.
Untuk keadaan yang darurat diberikan intra vena atau intra-muskular. Dosis ini diberikan tiap 6 jam untuk mendapatkan efek yang maksimum.
Anak2     : 0,08 mg - 0,3 mg/kg berat badan/hari dibagi daiam 3 atau 4 dosis.
MEKANISME KERJA OBAT
Dexamethasone Harsen adalah obat anti inflamasi dan anti alergi yang sangat kuat. Sebagai perbandingan Dexamethasone 0,75 mg setara dengan obat sbb : 25 mg Cortisone, 20 mg hydrocortisone, 5 mg pred-nisone, 5 mg prednisolone.
Dexamethasone Harsen praktis tidak mempunyai aktivitas mineral corticoid dari Cortisone dan hydrocortisone, sehingga pengobatan untuk kekurangan adrenocortical tidak berguna.Obat ini digunakan sebagai glucocorticoid khususnya, untuk anti inflamasi pendobatan rheumatik arthritis dan penyakit collagen lainnya, allergi dermatitis dll. penyakit kulit, penyakit inflamasi pada masa dan kondisi lain di mana terapi glukocorticoid berguna lebih menguntungkan seperti penyakit leukemia tertentu dan lymphomas dan inflamasi pada jaringan lunak dan anemia hemolytica.








2.      Antidot/Antidotum

Antidotum adalah penawar racun, sedangkan antitoksik adalah penawar terhadap zat yang beracun (toksik) terhadap tubuh. Antidotum lebih difokuskan terhadap over dosis atau dosis toksik dari suatu obat. Kondisi suatu obat dapat menimbulkan keracunan bila digunakan melebihi dosis amannya. Selain itu, perbedaan metabolisme tubuh setiap orang terhadap dosis obat juga mempengaruhi. Obat dapat menjadi racun bila dikonsumsi dalam dosis berlebihan. Dalam hal ini, obat tidak akan menyembuhkan melainkan berbahaya. Umumnya akan timbul efek sampingnya.Praktisi kesehatan seperti dokter dan apoteker harus berhati-hati dalam memilih dosis obat yang sesuai dengan kondisi penderita. Obat yang sama dapat diberikan dalam dosis yang berbeda kepada bayi, anak-anak, dewasa dan usia lanjut. Hal ini disebabkan perbedaan kesempurnaan pembentukan organ-organ tubuh terutama hati dalam tiga jenis manusia tersebut.
Pengobatan terhadap keracunan obat yang umum untuk keracunan yang terjadi kurang dari 24 jam yaitu dengan membilas lambung bila obat baru ditelan, memuntahkan obat sampai tindakan khusus untuk mempercepat pengeluaran obat dari tubuh. Setelah bilas lambung, karbon aktif dan suatu pencahar perlu diberikan.
Pada keracunan yang parah dibutuhkan antidotum yang memang terbukti menolong terhadap efek keracunan obat tertentu, misal asam Folinat untuk keracunan metotrexat.
Nalokson, atropin, chelating agent, natrium tiosulfat, metilen biru merupakan antidotum spesifik yang sangat ampuh dan sering menimbulkan reaksi pengobatan yang dramatis. Namun, sebagian terbesar kasus keracunan harus dipuaskan dengan pengobatan gejalanya saja, dan inipun hanya untuk menjaga fungsi vital tubuh, yaitu pernafasan dan sirkulasi darah.
Racun akan didetoksikasi oleh hepar secara alamiah dan racun atau metabolitnya akan diekskresi melalui ginjal dan hati. Selama keracunan hanya perlu dipertahankan pernapasan dan sistem kardiovaskuler (fungsi vital).
Antidot untuk beberapa racun didapat dengan cara menyuntikkan racun ke badan binatang dalam dosis kecil, lalu mengekstraknya kembali dari darah binatang tersebut. Ini mengeluarkan terjadinya sebuah antidot yang dapat melawan racun yang diproduksi oleh binatang-binatang seperti ular, laba-laba, dan binatang beracun lainnya. Beberapa racun tidak ada antidotnya, dan ini kadang menimbulkan kematian apabila racun tersebut memasuki tubuh makhluk hidup lainnya. Beberapa racun dari binatang, khususnya yang diproduksi oleh arthropoda (seperti laba-laba atau kalajengking) hanya berbahaya ketika mereka membuat reaksi alergik dan menyebabkan shok anapilaktik.
Beberapa racun lainnya tidak memiliki antidot. Contohnya adalah racun risin, yang diproduksi dari limbah minyak goreng, dan akibatnya kadang fatal ketika memasuki badan manusia dalam jumlah yang cukup.

LEUCOVORIN
Kalbe Farma
KOMPOSISI
Leucovorin Ca
INDIKASI
Overdosis asam Folat, anemia megaloblastik
KONTRA INDIKASI
Anemia pernisiosa dan anemia megaloblastik lainnya dimana terdapat defisiensi vit B12.
EFEK SAMPING
Sensitisasi alergi
PERINGATAN DAN PERHATIAN
Tumor yang tergantung oleh folat
INTERAKSI OBAT

DOSIS
OD antagonis as.folat Maks IV 75mg selama 12 jam, kemudian 12mg IM selama 6 jam utk 4dosis. Dosis scr umu ≥ dosis antagonis. Anemia megaloblastik 1mg/hr IM.




Nalokson (Nokoba)
( Fahrenheit)
KOMPOSISI
Naloxone HCl.
INDIKASI
Pemulihan total atau sebagian dari depresi opiate dan overdosis opiate akut, termasuk depresi opiate akut, termasuk depresi pernapasan, yang diinduksi oleh opiate alami dan sintetik, termasuk propoksifen, methadone dan analgesic campuran agonis-antagonis:nalbufin, pentasozin, butorfanol.
KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap nalokson hidroklorida
EFEK SAMPING
Hipotensi, hipertensi, takikardi dan fibrilasi ventricular, dispnea, edema paru, hentil jantung, kematian, koma dan ensenfalopati pada penggunaan pasca operasi.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
Individu, termasuk bayi dari ibu yang diketahui atau diduga menderita ketergantungan opiate. Dapat menimbulkan sindroma putus obat akut. Hindari tindakan penghentian terapi pemulihan depresi opiate secara mendadak pasca operasi.
INTERAKSI OBAT
Bisulfit, Metabisulfit, Anion rantai panjang atau dengan berat molekul tinggi, larutan dengan pH basa.
DOSIS
Dewasa diduga/diketahui OD Opiat: 0.4-2mg i.v, dapat diulang dengan interval 2-3menit. Jika tidak ada respon sesudah pemberian 10mg, diagnose toksisitas yang diinduksi narkotik harus dipertimbangkan. Dapat diberikan secara IM atau SK jika rute IV tdk dapat dilakukan.
MEKANISME KERJA OBAT
Nalokson adalah antagonis opiat yang utama yang tidak mempunyai atau hanya sedikit mempunyai aktivitas agonis. Jika diberikan pada pasien yang tidak menerima opiat dalam waktu dekat, nalokson hanya memberi sedikit atau bahkan tidak memberikan efek. Sedangkan pada pasien yang sudah menerima morfin dosis tinggi atau analgesik lain dengan efek mirip morfin, nalokson mengantagonis sebagian besar efek opiatnya. Akan terjadi peningkatan kecepatan respirasi dan minute volume, penurunan arterial PCO2 menuju normal, dan tekanan darah menuju normal jika ditekan. Nalokson mengantagonis depresi pernapasan ringan akibat opiat dosis rendah. Karena durasi kerja nalokson lebih singkat dibandingkan durasi kerja opiat, maka efek opiat mungkin muncul kembali begitu efek nalokson menghilang. Nalokson mengantagonis efek sedasi atau tertidur yang dipicu oleh opiat. Nalokson tidak mengakibatkan toleransi atau ketergantungan fisik maupun psikologis.




Asam Folinat (CALCIUMLEVOFOLINAT EBEWE)
(Ferron/Ebewe)

KOMPOSISI

Folinic acid
INDIKASI
Antidotum untuk methotrexate. Kompensasi trhdp aksi antagonis asam folat pd  obat sitostatik. Utk terapi kombinasi dengan obat sitistatik lain seperti 5-fluorouracil pada tumor GI dan tumor kepala dan leher.
KONTRA INDIKASI
Anemia pernisiosa atau anemia lain karena defisiensi vit B12.
EFEK SAMPING
Reaksi alergi (jarang). Gangguan GI pd dosis tinggi. Remisi hematologi dengan progresi gangguan neurologik.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
Kehamilan laktasi
INTERAKSI OBAT
Trimetropim, kitrimeksasol, fluorourasi.
DOSIS
Pemberian via inj IV atau infuse IV. Antidotum thp metotreksat Dosis tergantung individu. Kombinasi dgn 5-fluorourasil 100mg/m2 IV.







BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa terapi pengobatan yang dapat diberikan masing-masing penderita:
A.    Golongan Antihistamin dan Antialergi :
-          Generasi I
·         Difenhidramin (Benadryl),
·         Dimenhidrat (Vormex A),
·         Doksilamin (Mereprine),
·         Klemastin (Tavegyl),
·         Dimentiden (Fenistil),
·         Kloramfeniksamin (Systral),
·         Feniramin (Avil),
·         Bamipin (Soventol),
·         Meklozin (Bonamine),(Peremesin),
·         Chlorpheniramine Maleate (Orphen),
·         Ethylenediamines, Piperazin, Phenothiazine, Piperadines.

-          Generasi II
·         Fexofenadine (Telfast),
·         Loratadine (Lisino),
·         Setrizin (Zyrtec),
·         Azelastin (Allergodi).

A.    Antidot/Antidotum
NAMA GENERIK
·         Leucovorin
NAMA DAGANG
·         Nalokson (Nokoba)
·         Atropin (Aludonna D)
·         Asam Folinat (Calciumlevofolinat Ebewe)



3.2 Saran
Untuk pemilihan dan penggunaan antidotum & zat antitoksik yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter dan melakukan terapi pengobatan pada apoteker sebagai ahli kesehatan dalam pengobatan, untuk mendapatkan Informasi Obat dan Penjelasannya.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Terimakasih, postingan Anda sangat bermanfaat :)

Unknown mengatakan...

Sangat bermanfaat kak

Posting Komentar

Teman-teman yang baik hati,,
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir diblog sederhana ini.
Blog ini saya buat untuk memudahkan sobat sekalian dalam mencari tugas.
Data yang dikumpulkan dari tugas-tugas kampus yang saya miliki juga meminta ijin men"COPAS" tulisan milik oranglain tentu dengan menyertakan sumbernya.
Saya harap kalian dapat meninggalkan pesan, komentar, kritik, saran atau beberapa patah kata guna menghargai blog ini.
Jangan lupa di follow yahh... ^^
Terimakasih ^^