Selasa, 22 Januari 2013

Sediaan Nasal

Makalah teknologi dan formulasi sediian steril.........
BAB I
PENDAHULUAN

I.1            Latar Belakang
Hidung mempunyai tugas menyaring udara dari segala macam debu yang masuk ke dalam melalui hidung. Tanpa penyaringan ini mungkin debu ini dapat mencapai paru-paru. Bagian depan dari rongga hidung terdapat rambut hidung yang berfungsi menahan butiran debu kasar, sedangkan debu halus dan bakteri menempel pada mukosa hidung. Dalam rongga hidung udara dihangatkan sehingga terjadi kelembaban tertentu.
Mukosa hidung tertutup oleh suatu lapisan yang disebut epitel respirateris yang terdiri dari sel-sel rambut getar dan sel “leher”. Sel-sel rambut getar ini mengeluarkan lendir yang tersebar rata sehingga merupakan suatu lapisan tipis yang melapisi mukosa hidung dimana debu dan bakteri ditahan dan melekat. Debu dan bakteri melekat ini tiap kali dikeluarkan ke arah berlawanan dengan jurusan tenggorokan. Yang mendorong adalah rambut getar hidung dimana getarannya selalu mengarah keluar. Gerakannya speerti cambuk, jadi selalu mencambuk keluar, dengan demikian bagian yang lebih dalam dari lapisan bulu getar ini selalu bersih dan “steril”. Biasanya pada pagi hari hal ini dapat dicapai.
Dengan penjelasan sepintas tersebut diatas dapat dengan mudah dipahami, bahwa segala sesuatu yang masuk (khususnya obat) ke dalam hidung secara sengaja tidak boleh menghalangi fungsi dari rambut getar sebagaimana dijelaskan di atas. Harga pH lapisan lendir sekitar 5,5-5,6 pada orang dewasa, sedangkan pada anak-anak 5-6,7 pada pH kurang dari 6,5 biasanya tidak diketemukan bakteri dan bila lebih dari 6,5 mulai ada bakteri.
Sediaan untuk pengobatan hidung merupakan salah satu sediaan steril. Pertimbangan dalam pembuatan steril adalah memperhatikan stabilitas bahan aktif dan bahan-bahan tambahan yang akan membantu sediaan menjadi bentuk sediaan yang dikehendaki pada proses sterilisasi. 

I.2            Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah mengetahui lebih dalam jenis – jenis obat  dan sediaan steril yang digunakan pada hidung untuk pengobatan penyakit.

I.3            Manfaat
Setelah membaca makalah ini, semoga para pembaca mendapatkan pemahaman yang bertambah tentang hal-hal yang berkaitan dengan sedaian steril yang digunakan pada hidung. Selanjutnya dapat mengetahui cara dan jenis pengobatan yang dapat diberikan saat terjadi masalah atau gangguan pada hidung.


BAB II
PEMBAHASAN


            Hidung eksternal berbentuk piramid, disertai suatu akar dan dasar. Bagian ini tersusun dari kerangka tulang, kartilago hialin, dan jaringan fibroareolar. Septum nasal membagi hidung menjadi sisi kiri dan kanan rongga nasal, bagian anterior septum adalah kartilago. Naris (nostril) eksternal dibatasi oleh kartilago nasal:
1.      Kartilago nasal lateral terletak di bawah jembatan hidung, dan
2.      Ala besar dan ala kecil kartilago nasal mengelilingi naostril.
Tulang hidung:
1.      Tulang nasal membentuk jembatan dan bagian superior kedua sisi hidung,
2.      Volume dan lempeng perpendikular tulang etmoid membentuk bagian posterior septrum nasal,
3.      Lantai rongga nasal adalah polatum keras yang terbentuk dari tulang maksila dan polatinum,
4.      Langit – langit rongga nasal pada sisi medial terbentuk dari lempeng kribriform tulang eteroid, pada sisi anterior terbentuk dari tulang frontal dan nasal, dan pada sisi posterior terbentuk dari tulang sfenoid,
5.      Konka (turbinatum) nasalis superior tengah, dan inferior menonjol pada sisi medial dinding lateral rongga nasal. Setiap konka dilapisi membran mukosa (epitel kolumnar bertingkat dan bersilia) yang berisi kelenjar pembuat mukus dan banyak mengandung pembuluh darah.
6.      Meatus superior, medial, dan inferior merupakan jalan udara rongga nasal yang terletak di bawah konka
Sinus paranasal terdiri atas empat pasang (frontal, etmoid, maksilar, dan sfenoid). Sinus ini dilapisi membran mukosa. Sinus berfungsi untuk menghasilkan tulang kranial, memberi area permukaan tambahan pada saluran nasal untuk menghatkan dan melembabkan udara yang masuk, serta memproduksi dan memberi efek resonansi dalam produksi wicara.
Sinus paranasal mengalirkan cairannya ke meatus rongga nasal melalui duktus kecil  yang terletak di area tubuh yang lebih tinggi dari area lantai sinus. Pada posisi tegak, aliran mukus ke dalam rongga nasal mungkin terhambat, terutama pada kasus infeksi sinus. Duktus nasallakrimal dan kelenjar air mata membuka ke arah meatus inferior.



II.1           Membran mukosa nasal
Kulit pada bagian eksternal permukaan hidung mengandung folikel rambut, keringat dan kelenjar sebasea, merentang sampai vestibula yang terletak di dalam nostril. Kulit pada bagian dalam ini mengandung rambut (vibrissae) yang berfungsi menyaring partikel dari udara yang terhisap.
Pada bagian rongga nasal lebih dalam, epitelium respiratorik membentuk mukosa yang melapisi ruang nasal selebihnya. Lapisan ini terdiri dari epitelium bersilia dengan sel goblet yang terletak pada lapisan jaringan ikat tervaskularisasi dan terus memanjang untuk melapisi saluran pernapasan sampai ke bronkus.
Fungsi dari membran mukosa ini adalah untuk:
1.      Menyaring partikel halus
2.      Menghangaktan dan melembabkan udara yang masuk
3.      Resepsi bau (odor)

II.2           Sediaan nasal
Kebanyakan sediaan intranasal mengandung agen adrenergik dan digunakan karena aktivitas dekongestan pada mukosa nasal. Akan tetapi, dengan pengembangan bentuk sediaan dan penghantaraan baru, maka lapisan membran mukosa merupakan tempat masuk obat baru (new entry) yang dapat dimanfaatkan untuk sediaan sistemik. Beberapa obat yang diberikan untuk pengobatan nasal adalah:
- Antibiotik
- Sulfasetamide
- Vasokontriktor
- Germisid
- Antiseptik

Kebanyakan sediaan berbentuk larutan dan diberikan sebagai obat tetes hidung atau obat semprot (sprays); beberapa sediaan terdapat pula dalam bentuk jeli. Beberapa contoh produk yang sudah beredar dipasaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Nama Produk
Nama Produsen
Bahan Aktif
Penggunaan / indikasi
Afrin nasal Spray,
Afrin Nose Drops
Schering - plough
Ozymetazole HCl 0.05%
Adrenergic. decongestant
Beconase AQ Nasal Spray
Glaxo Smith Kline
Beclometasone dipropionate 0.042%
Syntetic corticosteroid for relief of seasonal, perennial allergic, vasommotor rhinitis
Diapid Nasal Spray
Sandoz
Lopressin 0.185 mg/mL
Antidiuretic, control, prevention of diabetes insipidus of deficiency of endogenous posterir pituitary antidiuretic hormone.
Nasalcrom Nasal Spray
Pharmaci & Upjohn
Cromolyn sodium 4%
Prevention and treatment of symtoms of allergic rhinitis
Nasalide Nasal Solution
Dura
Flunisolide 0.025%
Symptoms of seasonal or perennial rhinitis
Neo-Synephrine Nose Drops, Spray
Sanofi – Winthrop
Phenylephrine HCl 0.125 to 1.0%
Adrenergic, decongestant
Neo-Synephrine Maximum Strength 12 Hour
Sanofi – Winthrop
Ozymetazoline HCl 0.05%
Adrenergic, decongestant
Ocean Mist
Fleming
Sodium chloride 0.65%
Restore moisture, relieve dry, crusted, inflamed nasal membranes
Pivine HCl Nasal Solution
Novartis
Naphazoline HCl 0.05%
Adrenergic, decongestant
Syntocinon Nasal Spray
Sandoz
Oxytocin 40U/ml
Synthetic oxytocin for initial milk let-down preparatory to breast feeding
Tyzine Pediatric Nose Drops
Key
Tetrahydrozoline HCl (0.05%)
Adrenergic, decongestant
Sediaan – sediaan yang ada biasa diberikan dengan empat cara, yaitu:            
1.      Yang biasanya adalah dengan meneteskan pada bagian tiap lubang hidung dengan menggunakan pipet tetes.
2.      Dengan cara disemprotkan, alatnya ada yang jenis untuk mendapatkan hasil semprotan beruba kabut (atomizer) ada juga yang agak halus (neulizer) artinya lebih halus dari atomizer.
3.      Dengan cara mencucikan dengan alat “nasal douche”
4.      Dapat juga dengan cara “inheler”.
II.2.1        Larutan dekongestan nasal
Kebanyakan larutan dekongestan nasal menggunakan pembawa air, isotonis terhadap cairan nasal (lebih kurang ekivalen dengan 0.9% NaCl), didapar untuk menjaga satibilitas obat dengan pH sekitar pH cairan nasal normal (pH 5.5 – 6.5) dan jika perlu distabilkan dan diberi pengawet. Pengawet antimikroba yang digunakan sama dengan pengawet yang digunakan untuk larutan oftalmik .
Konsentrasi agen adrenergik dalam kebanyakan larutan dekongestan nasal cukup rendah, berkisar antara 0.05 – 1.0%. Beberapa sediaan komersialm tersedia dalam bentuk untuk orang dewasa dan pediatrik, dimana konsentrasi sediaan pediatrik sekitar separuh dari kekuatan konsentrasi orang dewasa.
Kebanyakan obat adrenergik yang digunakan untuk larutan dekongestan nasal adalah senyawa sintetik. Bagian terbesar larutan yang digunakan untuk sediaan nasal, dikemasa dalam botol tetes atau botol semprot (spray) plastik dengan volume 15 – 30ml. Produk harus stabil dalam kontener dan kemasan tertutup rapat bila tidak digunakan. Pasien harus diberi tahu bahwa ada perbedaan durasi efek dekongestan topikal. Sebagai contoh fenilefrin harus digunakan setiap 3 – 4 jam, sedangkan oksimetazolin yang bekerja lama, cukup digunakan setiap 12 jam saja.
II.2.2        Obat tetes hidung
FI Ed. III    : Tetes hidung adalah obat tetes yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.
Lukas  (Formulasi Steril): Larutan dalam air atau dalam pembawa minyak yang digunakan dengan meneteskannya atau menyemprotkannya ke dalam lubang hidung pada daerah nasofaring.
Tetes hidung harus steril dan untuk untuk menjaga agar oaat terhindar dari kontaminasi, maka penambahan preservatif juga dilakukan misalnya dengan nipagin atau nipasol atau kombinasi keduanya. Nipagin dipakai 0,04-0,01 %; sedangkan campurannya dapat dibuat dengan kombinasi Nipagin (0.026%) + Nipasol (0.014%). Secara umum untuk obat (tetes) hidung harus diperhatikan :
1.      Sebaiknya digunakan pelarut air
2.      Jangan menggunakan obat yang cenderung akan mengerem fungsi rambut getar epitel.
3.      pH larutan sebaiknya diatur sekitar 5,5-6,5 dan agar pH tersebut stabil hendaknya ditambahkan dapar (buffer).
4.      Usahakan agar larutan isotonis
5.       Agar supaya obat dapat tinggal lama dalam rongga hidung dapat diusahakan penambahan bahan yang menaikkan viskositasnya agar mendekati secret lendir hidung
6.      Hendaknya dihindari larutan obat (tetes) hidung yang bereaksi alkali
7.      Penting untuk diketahui jangan sampai bayi diberi tetes hidung yang mengandung menthol, karena dapat menyebabkan karam (kejang) pada jalan pernafasan
8.      Harus tetap stabil selama dalam pemakaian pasien
9.      Harus mengandung antibakteri untuk mereduksi pertumbuhan bakteri selama dan pada saat obat diteteskan.
II.2.3        Larutan inhalasi
Inhalasi adalah obat atau larutan obat yang diberikan melalui nasal atau rute pernapasan oral. Obat dapat diberikan untuk bekerja lokal pada pohon bronkhail atau untuk efek sistemik melalui absorpsi dari paru-paru. Beberapa gas, seperti oksigen dan eter, diberikan secara inhalasi, obat berbentuk serbuk halus dan larutan obat diberikan sebagai kabut halus. Sebagai pembawa sediaan inhalasi dapat digunakan air steril untuk injeksi USP atau larutan natrium klorida inhalasi USP.
Instrumen yang digunakan secara luas dan mampu menghasilkan partikel halus untuk terapi inhalasi adalah “nebulizer”. Alat ini mengandung unit atomisasi yang tersambung dengan ruang kaca berbentuk bola. Bola karet pada ujung akhir kemasan ditekan dan larutan oral dikeluarkan melalui tabung gelas sempit dan pecah (terdistribusi) menjadi partikel halus bersama-sama dengan udara yang lewat. Rentang ukuran partikel yang dihasilkan adalah 0.5 dan 5 mikron. Partikel terbesar berupa tetesan yang lebih berat dari kabut tidak keluar dari alat, akan tetapi jatuh balik ke dalam reservior cairan obat. Partikel yang lebih ringan terbawa aliran udara dan dihisap oleh pasien yang mengoperasikan “nebulizer”  dengan lubang keluar dalam mulut, dihisap sesudah bola karet ditekan.
Selain “nebulizer” dapat pula digunakan alat lain, di antaranya larutan inhalasi isoetharim (bronkosal, sanofi) dan larutan isoproterenol (Isuprel Solution Sanofi). Keduanya digunakan untuk menghilangkan spasma asma bronkhral dan kondisi terkait.
II.2.4        Inhalan
Inhalan adalah obat atau gabungan obat yang, karena efek tekanan tinggi, dapat terbawa oleh aliran udara ke dalam alur hidung tempat obat menunjukkan efeknya. Alat yang menampung obat atau gabungan obat dan alat pemberian obat berbentuk inhaler.
Beberapa dekongestan nasal dibuat dalam bentuk inhalan. Sebagai contoh, propilheksedrin (Benzedrex) merupakan suatu cairan yang menguap (Volatilize) secara perlahan-lahan pada suhu kamar. Inhaler mengandung rol silindris material berserat (fibrous) yang dibacam (imprignasi) dengan obat yang menguap (volatile) tersebut. Inhaler yang berbau seperti amina, biasanya baunya ditutup dengan penambahan agen aromatik. Inhaler diletakkkan ke dalam nostrail dan uap dihirup untuk menghilangkan kongesti nasal.
Hal yang perlu diperhatikan, seperti halnya dengan agen adrenergik nasal lainnya, adalah pemakaian yang terlalu sering atau penghisapan berlebihan dapat menyebabkan edema nasal dan akibatnya akan meningkatkan kongesti, bukan menurunkan. Untuk menjamin bahwa obat tidak hilang selama periode penyimpanan, penutup inhaler harus kedap. (Contoh bentuk sediaan yang beredar di Indonesia adalah Vick’s Inhaler)
Inhaler amilnitrit
Amilnitrit adalah cairan jernih kekuning-kuningan yang menguap, bekerja sebagai modulator bila dihirup. Dibuat dalam vial gelas tersegel yang ditutup dengan penutup dari kasa (gauze) pelindung. Pada saat akan digunakan, vila gelas dipecahkan dengan jari, kasa akan terendam dalam cairan, dimana uap dapat dihirup. Vial biasanya mengandung 0.3 ml obat. Efek obat cepat, dan digunakan dalam pengobatan nyeri angina.
Inhalan propilheksidin
Propilheksidin adalah suatu agen adrenergik cair (vasokonstriktor) yang menguap (valatile) secara perlahan-lahan pada suhu kamar. Hal ini memungkinkan penggunaan secara efektif sebagai inhalan. Inhalan terdiri dari rol silinder material berserat yang sesuai, dibacam dengan propilheksidin, dan diberi aroma yang sesuai untuk menutupi bau amina. Uap dari obat dihirup melalui nostril bila diperlukan untuk menghilangkan kongesti nasal yang disebabkan oleh flu dan demam tinggi. Dapat pula digunakan untuk menghilangkan kuping tersumbat (ear block) dan nyeri tertekan saat bepergian dengan pesawat udara.
Setiap tabung plastik produk komersial mengandung 250 mg propilheksidin dengan aroma penutup bau. Kontener harus ditutup kedap untuk mencegah hilangnya obat akibat penguapan selama penyimpanan.

II.3           Rute nasal efek sistemik
Rute nasal penghataran obat menarik karena selalu dicari rute pemberian obat yang tidak dapat diberikan baik secara oral maupun parenteral dari obat hasil sintesis secara biologi, yaitu peptida dan polipeptida. Polipeptida seperti insulin yang dirusak oleh cairan saluran cerna, diberikan secara injeksi. Mukosal nasal menunjukkan prospek yang baik untuk absorpsi sistemik dari beberapa peptida, di samping obat nonpeptida, seperti skopolamin, hidralazin, progesteron, dan propanolol. Rute nasal memberikan pula keuntungan pada obat nonpeptida yang diabsorpsi buruk secara oral.
Jaringan nasal orang dewasa mempunyai kapasitas sekitar 20 ml, dengan luas permukaan cukup besar (sekitar 180 cm2) untuk absorpsi obat yang dimungkinkan oleh adanya “microvilli” di sepanjang sel-sel epitel kolumnar dari mukosa nasal. Jaringan nasal penuh dengan pembuluh darah sehingga merupakan lokasi yang menarik untuk absorpsi sistemik secara cepat dan efektif. Salah satu keuntungan besar dari absorpsi nasal adalah mencegah terjadinya efek lintas pertama (first pass effect) oleh hati. Identifikasi enzim metabolisme pada mukosa nasal pada beberapa spesies hewan menunjukkan hal yang mirip dengan manusia, dan begitu juga potensi metabolisme beberapa obat secara intranasal.
Untuk beberapa peptida dan senyawa molekul kecil, ketersediaan hayati intranasal sebanding dengan sediaan injeksi. Hanya saja ketersediaan hayati menurun bila berat molekul senyawa meningkat, dan untuk protein yang terdiri dari lebih 72 asam amino, ketersediaan hayati mungkin rendah. Bebepara teknik farmasetik dan formulasi dengan bahan pembantu, seperti surfraktan, menunjukkan peningkatan absorpsi nasal dari molekul besar.
Produk yang sudah dipasarkan atau dalam tahap penelitian klinik untuk sistem penghantaran obat nasal meliputi lypressin (diapid, Sandoz), Oxytocin (Syntocinon, Sandoz), dismopressin (DDAVP, Rhone – Ponlenc Rorer), Vitamin B12 (Ener – B Gel), Progesteron, insulin, calcitonin (Miacalcin, Novartis) Propanolol, dan butophanolol (Stadal, Mead-Johnson)

Prospek sediaan nasal untuk dikembangkan menjadi sistem penghantaran sistemik sangat cerah dan prospektif. Dalam manufaktur sediaan nasal ini perlu diperhatikan masalah sterilisasi, teknik aseptik, dan sterilitas produk. Untuk meminimalkan kemungkinan kontaminasi produk, pasien harus diingatkan bahwa sediaan nasal hanya digunakan untuk satu orang pasien saja, dan dijauhkan dari jangkauan anak-anak. Jika sediaan nasal akan digunakan untuk anak-anak, maka cara penggunaannya harus jelas.
Hidung adalah organ kompleks dengan berbagai fungsi, dengan jaringan nasal merupakan permukaan yang penuh dengan vaskular dan jaringan mukosa untuk absorpsi obat. Untuk tujuan sistemik sering diperlukan peningkatan penetrasi yang bekerja menurut berbagai mekanisme. Obat yang diberkan melalui penhantaran nasal untuk tujuan sistemik meliputi obat analgesik (Butafanol, Enkefalin, Buprenofin), obat vaskuler (Dobutamin, Angiotensin II Antagonis), hormon endokrin (hormon pertumbuhan manusia h4H, Kalsitonin, Lutenizing Hormone Releasing Hormone LHRH, Insulin), dan lain-lain.


BAB III
PENUTUP


III.1         Kesimpulan
Dalam pengobatan penyakit hidung, digunakan beberapa jenis obat seperti Antibiotik, Sulfasetamide, Vasokontriktor, Germisid dan Antiseptik yang terkandung dalam sedian – sediaan nasal seperti larutan dekongestan nasal, obat tetes hidung, larutan inhalasi serat inhalan.

III.2         Saran
Hidung merupaka salah satu organ penting bagi tubuh manusia, oleh karena itu perawatan hidung harus lebih diperhatikan. Apabila terjadi permasalahan pada hidung, perlu diketahui pengobatan yang tepat untuk proses penyembuhan.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Yth. Penulis, artijel sangat baik. Mau tanya bisa gak insulin cair(suntik) diteteskan di hidung sehingga jadi nasal dan buccal proses, terima jadih.

Unknown mengatakan...

Artikelnya bagus :) tapi, saya sarankan tulis juga daftar pustakanya (biar tau sumber ilmunya dari mana) terimakasih

Posting Komentar

Teman-teman yang baik hati,,
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir diblog sederhana ini.
Blog ini saya buat untuk memudahkan sobat sekalian dalam mencari tugas.
Data yang dikumpulkan dari tugas-tugas kampus yang saya miliki juga meminta ijin men"COPAS" tulisan milik oranglain tentu dengan menyertakan sumbernya.
Saya harap kalian dapat meninggalkan pesan, komentar, kritik, saran atau beberapa patah kata guna menghargai blog ini.
Jangan lupa di follow yahh... ^^
Terimakasih ^^