Makalah teknologi dan formulasi sediaan steril....
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat
suntik didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen yang
dimaksudkan unutk diberikan secara parenteral. Istilah parenteral seperti yang
umum digunakan, menunjukkan pemberian lewat suntikkan. Salah satu bentuk
sediaan steril adalah injeksi. Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan,
emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan
terlebih dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan
ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Dimasukkan ke dalam
tubuh dengan menggunakan alat suntik. Suatu sediaan parenteral harus steril
karena sediaan ini unik yang diinjeksikan atau disuntikkan melalui kulit atau
membran mukosa ke dalam kompartemen tubuh yang paling dalam. Sediaan parenteral
memasuki pertahanan tubuh yang memiliki efesiensi tinggi yaitu kulit dan
membran mukosa sehingga sediaan parenteral harus bebas dari kontaminasi mikroba
dan bahan-bahan beracun dan juga harus memiliki kemurnian yang dapat diterima.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana
cara pembuatan obat suntik?
1.3 Tujuan
Untuk
mengetahui cara pembuatan obat suntik.
1.4 Manfaat
Dapat
mengetahui cara pembuatan obat suntik.
BAB
II
ISI
2.1 Pengertian Sediaan Injeksi
(Suntik)
Injeksi
adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus
di larutkan atau di suspensikan lebih dahulu sebelum di gunakan secara
parenteral, suntikan dengan cara menembus, atau merobek ke dalam atau melalui
kulit atau selaput lendir.
2.2 Pembuatan Sediaan Injeksi
Pembuatan
sediaan yang akan di gunakan untuk injeksi harus hati-hati untuk menghindari
kontaminasi mikroba dan benda asing. Cara pembuatan obat yang baik (CPOB) mensyaratkan
pula tiap wadah akhir injeksi harus di amati satu per satu secara fisik.
Kemudian, kita harus menolak tiap wadah yang menunjukan pencemaran bahan asing
yang terlihat secara visual.
Bentuk
suatu obat yang di buat sebagai obat suntik tergantung pada sifat obat sendiri
yang memperhatikan sifat fisika dan kimia serta pertimbangan terapetik
tertentu. Pada umumnya jika obat tidak stabil dalam larutan maka kita harus
membuatnya sebagai serbuk kering yang bertujuan di bentuk dengan penambahan
pelarut yang tepat pada saat akan di berikan. Cara lainnya adalah membuatnya
dengan bentuk suspense partikel obat dalam pembawa yang tidak melarutkan obat. Bila
obat tidak stabil dengan adanya air maka pelarut dapat dig anti sebagian atau
seluruhnya dengan pelarut yag tepat utuk
obat agar stabil. Bila obat tidak larut
dalam air maka obat suntik dapat di buat sebagai suspensi air atau larutan obat
dalam pelarut bukan air, seperti minyak nabati. Bila larutan air yang di inginkan maka kita sering
memakai garam yang larut dari obat yang tidak larut untuk memenuhi sifat
kelarutan yang di isyaratkan. Larutan air atau larutan yang bercampur dengan
darah dapat di suntikkan langsung ke dalam aliran darah. Cairan yang tidak
bercampur dengan darah, seperti obat suntik berminyak atau suspensi, dapat
menghambat aliran darah normal dalam system peredaran darah dan umumnya di
gunakan terbatas untuk pemberian bukan intravena.
Kita
dapat mengatur mulai dan lamanya obat bekerja dengan bentuk kimia obat yang
digunakan, keadaan fisik obat suntik (larutan atau suspensi) , dan pembawa yang
di gunakan. Obat yang sangat larut dalam cairan tubuh umumnya paling cepat
diabsorbsi dan mulai kerjanya paling cepat. Artinya, obat dalam larutan air
mempunyai mula kerja yang lebih cepat dari pada obat dalam larutan minyak. Obat
suspensi dalam air pun bekerja lebih cepat dari pada obatsuspensi dalam minyak.
Alasanya adalah sediaan dalam air lebih mudah bercampur dengan cairan tubuh
sesua di suntikan dan kemudian kontak partikel obat dengan cairan tubuh menjadi lebih cepat.
Kita seringkali membutuhkan kerja obat yang lebih panjang untuk mengurangi
pengulangan pemberian suntikan. Jenis suntikan dengan kerja yang panjang biasa
di sebut jenis sediaan ‘depot” atau “repository”.
Dalam
pembuatan obat suntik, syarat utamanya ialah obat harus streril, tidak
terkontaminasi bahan asing, dan di simpan dalam wadah yang menjamin sterilitas.
2.3 Klasifikasi Sediaan Injeksi
Sediaan
injeksi dibagi dalam klasifikasi sebagai berikut :
1.
Larutan sejati dengan pembawa air, contohnya injeksi vitamin c
Formulasinya sebagai berikut :
Resep vitamin c dengan kadar 2%
5% 10%
Vitamin c 2,0 5,0 10,0
Natrium hydrogen karboat 0,9 2,4 4,8
Tiourium 0,012 0,012
0,012
Natrium klorida 0,2 - -
Air untuk injeksi ad 100 ml 100 ml
100 ml
Pembuatan:
Kita jenuhkan air untuk injeksi
steril dengan karbondioksida selama sekurangnya 10 menit. Larutan vitamin c
secara aseptic dengan tioureum, lalu tambahka natrium klorida dan natrium
hydrogen karbonat sedikit demi sedikit. Selama penetrelan dengan natrium
hydrogen karbonat sampai PH 6,5 - 6,7 ,kita harus mencegahnkelebihan basa
setempat dengan aliran gas inert. Proses pembuatan memerlukan pencegahan
dterhadap panas, cahaya, dan logam berat seperti Cu, Fe dan Mn.
2.
Larutan sejati dengan pembawa minyak, contohnya injeksi kamfer
Formulanya sebagai berikut ;
Injeksi kamfer denga kadar 10%
Kamfer
100%
Minyak zaitun netral p.i 100 ml
Sebagai pembawa oba suntik kamfer, kita dapat
pula memakai eter atau campuran miyak
dan eter seperti resep di bawah ini :
Kamfer
10,0
Eter 40,0
Minyak
zaiun netral p.i 100ml
Pembuatan
:
Kamfer di larutkan secara aseptik
dalam eter untuk narkosa dan minyak zaitun netral steril dalam wadah setril.
3. Larutan sejati dengan pembawa campuran,
contohnnya injeksi Phenobarbital
Formulanya sebagai berikut ;
Injeksi Phenobarbital natrium 10%
Dalam farmakope Denmark:
Phenobarbital 3,0
Phenobarbital natrium 6,72
Uretan 25,0
Spiritus 94% W/W
Gliserin steril 12,5
Air untuk injeksi ad
100 ml
Pembuatan :
Kita memakai campuran gliserin
dengan alkohol untuk melarutkan ketiga zat dan
menambahkan air p.i sedikit demi sedikit
sampai larut sempurna.
Dalam CMN dan sorgdrager :
Phenobarbital 5% 10% 20%
Phenobarbital 5,0 10,0 20,0
Dietilamina 1,375 2,750 5,5
Larutan petit p.i ad 100ml 100ml 100ml
Larutan
petit untuk injeksi menurut CMN adalah campuran :
Alkohol 96% 260
Gliseri 350
Air ad 100ml
Pembuatan:
Kita larutkan Phenobarbital dengan dietil
amina, lalu menambahkan larutan petit sedikit demi sedikit dan mengocokannya hingga larut.
FMI
memberikan resep sebagai berikut :
Amilenhidrat 0,38
Uretan 0,35
Air untuk injeksi ad 1,0 ml
4.
Suspensi steril dengan pembawa air, contohnya injeksi calciferol ( vit D2 ).
Formulannya sebagai berikut:
Vit D2 10
Alkohol 250
Tween 200
Air untuk injeksi ad 1000 ml
Pembuatan :
Kita larutkan vit D2 dalam alkohol dengan menambahkan tween
sedikit demi sedikit hingga larutan jernih secara aseptic ( 1 satuan
international = 0,025 mikrogram vit D2 muri).
5. Suspensi steril dengan pembawa minyak
contohnya injeksi bismuthsubsalisilat.
Formulannya sbb :
Resep bismuthsubsalisilat dalam kadar 10%
dan 17,5%
Bismuthsubsalisilat 10 17,5
Minyak zaitun netral steril ad 100 100
Pembuatannya :
Pembuatan secara
aseptic bismuthsubsalisilat adalah menggerus dalam mortar sedikit demi sedikit
dan melarutkannya dalam minyak zaitun.
6.
Emulsi streil contohnya infus invelip
20%
Resep : intravenous fat emultion 20%
Soylbean oil 200 mg
Glycerol 25 g
Egg phosphatide 12 g
Sodium oleat 0,3 g
Sodium hydrokside qs pH=8
Aqua untuk injeksi 10000 ml
7.
Serbuk kering di larutkan dengan air
Pembuatan obat sutik dengan sediaan serbuk
kering karena bahan padat sangat tidak stabil
dalam larutan.
Contohnya: injeksi solumedrol 500 mg dengan wadah yang
dikemas sedemikian rupa sehingga bila petugas akan menggunakan pelarut di
atasnya, maka tinggal memencet tutup vial agar pelarut turun ke bawah dan
melarutkan zat aktif yang tersedia di dalamnnya.
Formulannya
sbb:
Solumedrol 500 mg
Pembuatan :
Kita masukan serbuk solumedrol kering ke dalam vial secara
septic dengan pelarut air p.i yang telah di siapkan.
2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Pembuatan Obat Suntik
2.4.1
Pelarut
dan Pembawa
Pelarut dan pembawa air utuk obat
suntik
A.
pelarut yang paling sering di gunakan dalam obat suntik secara besar – besaran
adalah air untuk injeksi atau yang di sebut WFI ( water for injectioin ).
1)
Persyaratan WFI menurut standar BP ( 20010 dan EP ( 2002) tidak boleh
mengandung :
a.)
Total karbonorganik tidak boleh lebih dari 0,5 mg per liter. Kemudian bila 25
ml air untuk injeksi di tambahkan
kalsium hidroksida LP maka selama 5 menit harus tetap jernih.
b.)
Klorida tidak boleh lebih dari 0.5 ppm. Kemudia, bila100 ml air untuk injeksi
di tambahkan 1ml peraknitrat LP , maka setelah di diamkan selama 5 menit harus
tetap tidak berwarna dan jernih.
c.)
Amonia tidak boleh lebih dari 0,1 ppm. Kemudian, bila 50 ml air untuk injeksi
di tambahkan 1 ml kalium raksa ( II ) iodide Lp dalam suasana alkalis dan
dilihat dalam tabung nassler, maka tidak memperlihatka pewarnaanyang lebih kuat
dari pada pewaraan yang di beri 50 ml air yang bebas amonik P setelah
penambahan 2 ml pereaksi nassler LP dan di periksa pada keadaan yang sama.
d.)
Nitrat boleh lebih dari 0,2 ppm. Kemudia, 5 ml air untuk injeksi tidak bole
memberikan warna biru pada batas permukaan setelah di tuangkan dengan hati –
hati ke dalam 5 ml difenilalamina LP.
e.)
Logam berat cu,fe,pb tidak bole lebih dari 0,1 ppm kemudian bila 100 ml air
untuk injeksi di tambahka 1 tetes larutan natrium sulfide LP,maka harusntetap
jernih dan tidak berwarna.
f.)
Oksidator tidak boleh lebih dari 5 ppm. Kemudian, bila 100 ml air untuk injeksi
di didihkan selama 3 menit serta di tambahkan 10 ml asam sulfat encer P dan 0,5
ml kalium permanganate 0,01 N , maka tidak menghilangkan sama sekali warna
larutan.
g.)
Bebas pirogen.
h.)
pH 5,0-7,0, pemeriksaan dengan 1m ml air untuk injeksi dengan di tambahkan 2
tetes larutan merah metal LP tidak boleh memberikan warnah merah. Kemudian 10
ml air untuk injeksi dengan di tambahkan 5 tetes larutan biru bromtimol LP
tidak bole memberikan warna biru.
2) Penyiapan air untuk
injeksi ( WFI ) harus di simpan dalam wadah yang tertutup rapat pada
temperature di bawah atau di atas kisaran temperature ideal mikroba dapat
tumbuh. Air untuk obat suntik bertujuan
di guakan dalam waktu 24 jam sesudah penampungan.
3) Proses pembuatan WFI
menurut USP melalui 4 tahapan.
B. Steril water of
injection ( air steril untuk injeksi ) adalah air untuk injeksi yang di
sterilkan dan di kemas dengan cara yang sesuai , tidak mengandung bahan
antimikroba atau bahan tambahan lain.
Syarat steril water of injection adalah
cairan jernih , steril, bebas pirogen, tak bebrau, tidak berwarna, tidak berasa
serta tidak mengandung logam – logam berat seperti cu,fe,pb dan zat- zat
pereduksi dan lain-lain, pH 5,0-7,0.
Menurut Operation Manual for Implementation of GMP, proses pembuatan
Sterile Water for Injection melalui 3 prose sebagai berikut:
1) Proses
pertama adalah persiapan (pretreatment) uuntuk mendapatkan Water for Injection
dimulai dari sumber air (sumur atau mata air) yang ditampung dan diendapkan,
kemudian diberi penyaring pasir dan diberi klorin,sehingga air dapat
diminum (drinking water). Air minum
disaring dengan karbomaktif, lalu disaring kembali dengan filter 5-10 µm.
2) Proses
kedua adalah proses final treatment
biasanya dilakukan Reverse osmosis dengan menggunakan chemical softening (kation dan anion), atau
menggunakan Twin Bed Column lalu disaring lagi menggunakan filter 5-10 µm
kemudian disaring lagi menggunakan filter yang lebih kecil dengan ukuran filter
2 µm bila perlu menggunakan
ozonisator atau ultraviolet atau pemanasan dengan temperatur diatas 70°C kemudian dimasukan dalam tangki
penampung dengan temperatur 70°C kemudian di EDI (Electro deionization) atau
didestilasi dimasukkan kedalam tangki
penampung lalu disaring dengan filter bakteri 0,2 µm.
3) Proses
ketiga adalah proses sterilisasi WFI dengan menggunakan auutoklaf,sehingga
mendapatkan WFI steril.
C. Bacteriostatic
Water for Injection adalah air steril untuk obat suntik yang mengandung
satu atau lebih zat antimikroba yang
sesuai.
Air dikemas dalam vial tidak lebih dari 30
ml,lalu etiket harus mencantumkan nama dan perbandingan zat antimikroba yang dikandung. Air digunakan sebagai pembawa
steril dalam sedian-sediaan obat suntik dengan volume kecil(kurang dari 5 ml).
D. Sodium Chloride Injection adalah larutan steril dan isotonik
natrium klorida dalam air untuk obat suntik . Larutan tidak mengandung zat
antimikroba. Kandungan ion Na dan Cl dalam obat suntik kurang lebih 154 mEq per
liter. Larutan dapat digunakan sebagai pembawa steril dalam pembuatan larutan
atau suspensi obat untuk pemberian secara parenteral.
E. Bacteriostatic Sodium Chloride Injection adalah larutan steril dan
isotonik natrium klorida dalam air untuk
obat suntik. Larutan mengandung satu atau lebih zat antimikroba yang sesuai dan
harus tertera dalam etiket. Kadar sodium Chloride sebesar 0,9% untuk membuat
larutan isotonis. Larutan harus dikemas dalam wadah tidak lebih besar dari 30
ml. Bila larutan digunakan sebagai pembawa ketelitin,maka kita harus melakukan
pengemasan untuuk menjamin ketercampuran obat dengan pengawet yang ada dan
dengan natrium klorida.
Pelarut dan Pembawa Bukan Air
Minyak:
Olea neutralisata ad injectionem
Setiap farmakope
mencantumkan jenis minyak tumbuhan (nabati) yang berbeda-beda. Minyak kacang (Oleum Arachidis),minyak zaitun(Oleum Olivarum),minyak mendel,minyak
bunga matahari,minyak kedelai,minyak biji kapuk dan minyak wijen (Oleum sesami) adalah beberapa jenis
minyak yang sering digunakan sebagai pembawa pembawa injeksi. Minyak harus
netral secara fisiologis dan dapat diterima tubuh dengan baik. Persyaratan
untuk ini adalah tingkat kemurniaan yang tinggi dan menunjukan bilangan asam
dan bilangan peroksida yang rendah. Sebelum memakainya,kita netralkan
minyak-minyak dari asam lemak bebas melalui pengocokan denagn etanol supaya tidak merangsang.
Pemakaiannya secara intravena tidak tidak dimungkinkan karena tidak
tercampurkannya dengan serum darah dan dapat menyebabkan terjadinya emboli
paru-paru. Oleh karena itu, penggunaannya hanya ditujukan untuk preparat
injeksi intramuskular dan subkutan. Larutan atau suspensi minyak mempunyai
waktu kerja lama (depo), sering sampai 1 bulan penyerapan obat dan membebaskan
bahan aktifnya secara lambat.
Minyak
hewan,yaitu minyak kaki sapi,diperoleh dari perdagangan hasil pemurnian lapisan lemak kuku sapi atau tulang kaki
bawah. Fraksi yang diperoleh melalui pengepresan dingin menggunakan sebagai bahan pelarut obat injeksi yang dapat diterima tubuh tanpa rangsangan
Minyak setelah disterilkan
disebut Olea Netralisata ad Injectionem.
Tabel
3.1 Contoh beberapa obat suntik dalam minyak
Obat Suntik
|
Minyak
|
Golongan atau Kegunaan
|
Injeksi Desoksikortikosteron
Acetate
Injeksi Dimerkaprol
Injeksi Estradiol Sipionat
Injeksi Estradiol valerat
Injeksi Estron
Injeksi Progesteron
Injeksi Testosteron sipionat
Injeksi Testosteron enantat
Injeksi kamfer
Injeksi Bismuthsubsalisilat
Injeksi Prokaina Penisilina
|
Wijen
Kacang
Tanah
Biji Kapuk
Wijen atau
Jarak
Wijen
Wijen
Biji kapuk
Wijen
Zaitun
Zaitun
|
Steroidadrenokortikal
Antidot keracunan arsen,
emas,merkuri
Estrogen
Estrogen
Estrogen
Progestin
Androgen
Androgen
Analeptika
Sifilis
-
Antibiotik
|
Bukan
Minyak,yaitu:
Alkohol, Propyleneglycol,
Gycerine,Paraffin liq,dan Ethyl oleat
Alkohol, prophylenglycol, Glycerine, dan
lain-lain dicampur air dapat dipakai sebagai obat suntik, disamping melarutkan,
ternyata mempertinggi stabilitas obat dan larutannya pula.
2.4.2
Cara Pemberian
Pemberian secara i.v. menimbulkan efek
yang lebih cepat daripada i.m. dan lebih cepat dari pada s.c.
2.4.3
Partikel Zat Aktif dan Bentuk Polimorfisme
Semakin halus ukuran
paritkel zat aktif,semakin cepat efek yang ditimbulkan. Kemudian, bentuuk amorf
memberikan efek yang lebih cepat daripada yang bentuk kristal.
2.4.4
Zat Pengawet
Penambahan bahan
pengawet tergantung pada bahan aktif
yang digunakan dalam pembuatan formula obat suntik.
2.4.5
Bentuk Sediaan
Larutan sejati
memberikan efek yang lebih cepat daripada larutan suspensi (sustained release
action) atau emulsi.
2.4.6
Tonisitas Larutan Obat Suntik
1. Isotonis
Jika
suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel darh merah, sehingga tidak terjadi
pertukaran cairan diantara keduanya, maka larutan dikatakan isotoni (ekuivalen dengan
larutan 0,9% NaCl)
` 2. Isoosmotik
Jika suatu larutan memiliki
tekanan osmose sama dengan tekanan osmose serum darah, maka larutan dikatan
isoosmotik (0,9% NaCl, 154 mmol Na + dan 154 mmol Cl – per liter = 308 mmol per
liter, tek osmose 6,86). Pengukuran menggunakan alat osmometer dengan kadar mol zat per liter larutan.
3. Hipotonis
Turunnya titik beku kecil, yaitu
tekanan osmosenya lebih rendah dari serum darah, sehingga menyebabkan air akan
melintasi membran sel darah merah yang semipermeabel memperbesar volume sel
darah merah dan menyebabkan peningkatan
tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel-sel darah
merah . Peristiwa demikian disebut hemolisa.
4. Hipertonis
Turunnya
titik beku besar, yaitu tekanan osmosenya lebih
tinggi dari serum darah, sehingga menyebakan air keluar dari sel darah
merah melintasi membran semipermeabel
dan mengakibatkan terjadinya penciutan sel—sel darah merah. Peristiwa
demikian disebut plasmolisa. Bahan pembantu mengatur tonisitas
adalah: NaCl, Glukosa,Sukrosa,KNO3, dan NaNO3.
2.4.7 pH Obat Suntik
1.
Isohidris: Kondisi suatu larutan zat yang pH-nya sesuai dengan pH fisiologis
tubuh sekitar 7,4.
2.
Euhidris: Usaha pendekatan pH larutan suatu zat secara teknis kearah pH
fisiologis tubuh dilakukan pada zat yang tidak stabil pada pH fisiologis
seperti garam alkaloid, vitamin C.
Menurut
BP:
1. Dalam
pembuatan obat suntik, kita perlu menetapkan pH obat suntik.
2. Beberapa
obat suntik harus dibuat dalam jjarak pH tertentu.
3. Untuk
memperoleh pH tertentu, kita menggunakan bantuan dapar.
Fungsi larutan dapar
dalam obat suntik adalah:
1. Meningkatkan
stabilitas obat, misalnya injeksi vit C dan injeksi luminal
2. Mengurangi
rasa nyeri dan iritasi
3. Dapat
pula menghambat pertumbuhan bakteri (bukan tujuan sebenarnya)
4. Meningkatkan
aktivitas fisiologis obat
Garam
alkaloid dan vitamin B1 menghendaki pH 3-4, adrenalin pH 2-3,, dan luminal Na,
PAS menghendaki pH lebih dari 8. Untuk mendapatkan pH tertentu yang tetap, kita
menggunakan penambahan larutan dapar. Umumnya, kita menggunakan larutan dapar
fosfat, larutan dapar boraks, dan larutan dapar lain yang berkapasitas dapar
rendah.
2.4.8 Stabilitas
USP
menginjinkan penambahan zat-zat yang sesuai kedalam sediaan yang resmi
digunakan sebagai obat suntik. Tujjuannya adalah meningkatkan kestabilan asal
sesuai dengan monografi masing-masing, tidak berbahaya dalam jumlah yang
diberikan, dan tidak mengganggu efek terapi sediaan.Senyawa-senyawa penambah
kebanyakan adalah pengawet antimikroba, dapar, penambah kelarutan, antioksidan,
dan zat-zat pembantu farmasi lainnya. Zat pewarna dilarang keras diberikan
dalam produk parenteral.
Persyaratan
USP ialah satu atau lebih senyawa yang ditambahkan keproduk parenteral dalam
wadah dosis ganda untuk mencegah pertumbuhan mikroba, tanpa mengindahkan cara
sterilisasi yang digunakan kecuali jika dinyatakan dalam masing-masing
monografi. Karena banyaknya pengawet yang umum bersifat toksis bila diberikan
dalam jumlah berlebih atau mengiritasi bila diberikan secara parenteral, kita
perlu melakukan penelitian khusus pada pemilihan zat pengawet yang sesuai.
Pada
zat pengawet berikut, batas maksimum yang dinyatakan berlaku untuk penggunaan
dalam produk parenteral, yaitu: zat-zat yang mengandung merkuri atau kation =
0,01%, untuk zat-zat seperti khlorobutanol, kresol, fenol = 0,5%, untuk zat-zat
sulfur dioksida, sebagai antioksidan atau senyawa sulfit (ekuivalen), bisulfit,
atau metabisulfit dari kalium atau natrium = 0,2%. Selain zat penambah untuk
menstabilkan, udara di dalam produk obat suntik sering dengan gas inert,
seperti nitrogen. Tujuannya untuk meningkatkan kestabilan produk dengan
mencegah reaksi kimia antara oksigen dalam udara dengan obat.
Larutan
injeksi dengan bahan obat peka oksidasi membutuhkan upaya khusus untuk
menstabilkannya. Khususnya jika bahan obat harus dilindungi sedemikian rupa
sehingga sterilisasi panas dapat dilakukan. Kecepatan reaksi serta penguaraian
akan naik dengan meningkatnya suhu.
Agar
sediaan obat injeksi tetap stabil, maka kita perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1.
Untuk mencegah reaksi oksidasi, kita
hendaknya mengupayakan agar obat tidak kontak dengan oksigen. Reaksi dapat
terjadi melalui pengaliran gas netral, dalam hal ini sebaiknya dilakukan pada
seluruh prosedur kerja. Jadi, pada saat menimbang, melarutkan, dan penyaringan,
gas yang cocok adalah karbondioksida dan nitrogen. Pengaliran gas nitrogen
seringkali tidak cukup memadai sebagai pelindung oksidasi, sehingga secara
bersamaan masih ditambahkan stabilisator larutan antioksigen, misalnya larutan
natirum bisulfit, natrium asamsulfoksilat, sistein, asam askorbat, dan
lain-lain.
2.
Bila oksidasi dikatalisis oleh logam
berat, maka penawarnya dilakukan reaksi komplekson dengan penambahan garam
dinatrium EDTA.
3.
Bila ada rangsangan akibat cahaya terhadap proses oksidasi, maka pembuatan dan
penyimpanan larutan injeksi sebaiknya terlindung dari cahaya.
4.
Bila bahan obat tidak dapat
disterilisasi dengan panas, maka tersedia penyaring bebas kuman.
5. Bila bahan obat rusak karena hidrolisis,
maka kita lebih baik meraciknya dalam ampul kering.
6. Untuk mneghindari kontaminasi bakteri
kedalam preparat injeksi, kita memerlukan penambahan bahan pengawet (antimicrobial preservative). Umumnya,
kita melakukan penambahan bagi preparat injeksi takaran ganda.
2.4.9 Volume Obat Suntik
Volume
yang disiapkan utnuk obat suntik tergantung pada kelarutan zat aktif, tetapi
juga dipengaruhi oleh cara pemberian. Contohnya pemberian secara intrakutan
harus dibuat dalam volume kecil, hanya pemberian secara intravena yang dapat
diberikan dengan volume besar.
2.4.10 Biofarmasetika
Obat
suntik diberikan kedalam tubuh dengan berbagai cara pemberian. Dalam pembuatan
formula steril, berbagai macam cara pemberian dengan biofarmasetika saling
mempengaruhi. Contohnya obat suntik dengan cara pemberian intramuskular. Jarum
suntik masuk kedalam jaringan dan membran otot dengan volume umumnyadibuat
tidak lebih dari 2 ml. Dengan demikian, formula obat suntik dapat dibuat dalam
bentuk larutan air, suspensi air, atau minyak. Kemudian, emulsi memiliki
absorpsi dan distribusi obat berbeda.
2.4.11 Gravitasi
Faktor
gravitasi sangat penting dalam pembuatan obat suntik pada golongan obat
anestesi. Pada pemberian obat anestesi secara intraspinal dan inhalasi,
gravitasi mempengaruhi pergerakan obat dalam mencapai sasaran. Pasien kadang
membutuhkan operasi pada bagian bawah tubuh dengan sebaiknya memiringkan kepala
kebawah. Kita harus melakuka pemilihan larutan yang digunakan secara benar agar
pergerakan obat mencapai sasaran. Contohnya, Cinchocaine HCL 1 ml yang
dilarutkan dalam 1500 ml 0,5% NaCl mendapatkan tekanan hipobarik dengan berat
1,0036 per ml pada temperatur 37°C. Sebaliknya, Cinchocaine HCL 1 ml yang
dilaruutkan dalam 200 ml 6% Dektrose mendapatka tekanan hiperbarik dengan berat
1,02. Hal ini memengaruhi pergerakan obat mencapai sasaran.
2.4.12 Wadah dan Penutup
Wadah
dari botol kaca dengan dari plastik mempengaruhi proses sterilisasi sediaan
obat yang akan dibuat. Wadah infus
terbuat dari plastik dengan bahan polipropilen menghasilkan bentuk soft bag
yang dapat disterilkan dengan cara overkill. Apabila wadah menggunakan bahan
polietilen, maka menghasilkan bentuk plabottle yang tidak dapat disterilkan
dengan cara overkill, tetapi dengan cara bioburden.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Injeksi
adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspense atau serbuk yang harus
di larutkan atau di suspensikan lebih dahulu sebelum di gunakan secara
parenteral, suntikan dengan cara menembus, atau merobek ke dalam atau melalui
kulit atau selaput lendir.
Dalam
pembuatan obat suntik, syarat utamanya ialah obat harus streril, tidak
terkontaminasi bahan asing, dan di simpan dalam wadah yang menjamin sterilitas.
3.2 Saran
Dalam pembutan sediaan steril (untuk
injeksi/suntik), harus diperhatikan dengan baik sifat dari obat yang akan dibuat.
2 komentar:
izin share ya,, :)
silahkan
jangan lupa di follow yah blog ini
:p:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g:
:h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p:
Posting Komentar
Teman-teman yang baik hati,,
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir diblog sederhana ini.
Blog ini saya buat untuk memudahkan sobat sekalian dalam mencari tugas.
Data yang dikumpulkan dari tugas-tugas kampus yang saya miliki juga meminta ijin men"COPAS" tulisan milik oranglain tentu dengan menyertakan sumbernya.
Saya harap kalian dapat meninggalkan pesan, komentar, kritik, saran atau beberapa patah kata guna menghargai blog ini.
Jangan lupa di follow yahh... ^^
Terimakasih ^^