Makalah teknologi dan formulasi sediaan steril.....
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Produk steril adalah
sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme
hidup. Pada prisipnya ini adalah sediaan parenteral, mata, dan irigasi. Sediaan
parenteral ini merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi,
karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam
tubuh. Karena sediian mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang
paling efisien, yakni menbran kulit dam mukosa, sediaan tersebut harus bebas
dari kontaminasi mikroba dari komponen toksis, dan harus mempunyai tingkat
kemurnian tinggi atau luar biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam
penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua
jenis kontaminasi, apakah fisik, kimia, atau mikrobiologis.
Produk steril yang
paling banyak adalah larutan atau supensi, tetapi bisa juga pellet padat atau
juga ditanam pada jaringan. Pengontrolan pada waktu pembuatan untuk mengurangi
kontaminas untuk sejumlah kecil produk tertentu dapat tercapai relatif mudah.
Jika jumlah prosuk bertambah, masalah kontrol pada waktu pembuatan untuk
menghindari kontaminasi menjadi berlipat ganda. Oleh karena itu, preparat
produk steril menjadi wawasan khusus dalam proses farmasi. Standar yang
ditetapkan, sikap pekerja, dan kontrol proses harus berada dalam tingkatan
teratas.
Larutan irigasi sekarang juga harus
memiliki standar yang sama dengan larutan parenteral, karena selama pemberian
secara irigasi, sejumlah zat dari larutan dapat memasuki aliran darah secara
langsung melalui pembuluh darah luka yang terbuka atau membran mukosa yang
lecet. Oleh karena itu, sifat dan standar yang ada untuk prroduksi larutan
parenteral dalam volume besar, pemakaiannya setara dengan larutan irigasi.
Zat-zat tersebut juga harus ada dan aktif bila diperluhkan
selama waktu dapat digunakannya produk tersebut. Oleh karena itu, zat-zat ini
harus dipilih dengan sangat hati-hati, dan zat-zat ini harus dipilih dengan
sangat hati-hati, dan zat-zat ini harus dievaluasi mengenai pengaruhnya
terhadap formulasi keseluruhan. Ulasan yang luas tentang bahan penambah yang
digunakan dalam produk parenteral dan cara untuk menyesuaikan pH produk
tersebut baru-baru ini tlah dipublikasi, dan harus diacu untuk keterangan yang
lenih terperinci.
I.2
Rumusan Masalah
·
Macam-macam sediaan farmasi steril lainnya.
·
Pembuatan,penyimpanan,dan hal-hal lain yang perlu
diperhatikan pada sediaan farmasi lainnya.
I.3
Tujuan
Makalah
ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai macam-macam sediaan steril lainnya saat ini.
I.4
Manfaat
Makalah ini
bermanfaat bagi mahasiswa farmasi yang mengikuti kuliah teknologi farmasi
sediaan steril khususnya sediaan farmasi lainnya yang kami bahas.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1
Pengertian
Istilah Galenika diambil dari nama tabib
Yunani,yaitu Claudius Galenos (Galen) yang membuat sediaan obat yang berasal
dari tumbuhan dan hewan sehingga muncullah ilmu obat-obatan yang disebut “Ilmu
galenika”,yang merupakan ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan (preparat)
obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan hewan).
Pembuatan sediaan galenik secara umum
dan singkat adalah sebagai berikut :
·
Bagian
tumbuhan yang mengandung obat diolah menjadi simplisia atau bahan obat nabati.
·
Dari
simplisia tersebut bahan obat yang terdapat di dalamnya diambil dan diolah
menjadi bentuk sediaan atau preparat.
Tujuan dibuatnya sediaan
galenik,yaitu:
·
Untuk
memisahkan obat-obatan yang terkandung dalam simplisia dari bagian lain yang
dianggap tidak bermanfaat.
·
Membuat
sudatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai.
·
Agar
obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil pada penyimpanan yang lama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pembuatan sediaan galenik
Derajat Kehalusan
Derajat
kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya obat yang terkandung
tersebut disari. Semakin sukar disari,simplisia harus dibuat semakin halus,dan
sebaiknya.
Konsentrasi atau Kepekatan
Beberapa
obat yang terkandung atau zat aktif dalam sediaan tersebut harus jelas
konsentrasinya agar tidak menimbulkan kesulitan dalam pembuatan.
Suhu dan lamanya waktu
Suhu
dan lamanya waktu penyarian harus disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap
atau tidak,mudah tersari atau tidak.
Bahan penyari dan cara penyarian
Cara
ini harus disesuaikan dengan sifat kelarutan obat dan daya serap bahan penyari
ke dalam simplisia.
Bentuk-bentuk sediaan galenik
1.
Hasil
penarikan : extracta,tingtura,decocta atau Infusa.
2.
Hasil
penyulingan atau pemerasan : aqua aromatika,olea volatilia (minyak mudah
menguap), olea pinguia (minyak lemak).
3.
Sirop.
Ekstractio berasal
dari perkataan “extrahere”,”to draw out”,menarik sari,yaitu suatu cara untuk
menarik satu atau lebih zat dari bahan asal. Umumnya zat berkhasiat tersebut
dapat ditarik,namun khasiatnya tidak berubah. Dalam kefarmasian,istilah ini
terutama hanya dipergunakan utnuk penarikan zat-zat dari bahan asal dengan
mempergunakan cairan penarik atau pelarut. Cairan penarik yang dipergunakan
disebut ‘menstrum’,ampasnya disebut “marc” atau “faeces”,sedangkan cairan yang
dipisahkan dari ampas tersebut merupakan suatu larutan yang disebut “macerate
liquid” atau “colatura”. Cairan yang didapat setelah perkolasi disebut
perkolasi disebut “perkolat”,dan zat-zat yang terlarut di dalam cairan penarik
tersebut disebut “extractive”.
Tujuan utama ekstraski
ialah mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki
khasiat pengobatan (concentrata) dari zat-zat yang tidak berfaedah,agar lebih
mudah digunakan (kemudahan absorbs,rasa pemakaian,dll) dan disimpan
dibandingkan simplisia asal,dan tujuan pengobatannya lebih terjamin.
Karena pada umumnya
zat-zat berkhasiat dalam simplisia terdapat dalam keadaaan tercampur,diperlukan
cara penarikan dan cairan penarik tertentu (tunggal/campuran), yang kelak dapat
menghasilkan bermacam-macam preparat galenik sesuai dengan
pengolahannya,misalnya infusa,decocta,macerate,tincture,resin dan lain-lain.
Suhu penarikan juga sangat mempengaruhi hasil penarikan.
Suhu penarikan untuk :
Maserer/maserasi
…………………………………………………………………5o-25o
Digerer/digerasi
…………………………………………………………………..35o-45o
Infunder/infudasi
…………………………………………………………………90o-98o
Memasak
…………………………………………………………………… Suhu mendidih
Dalam beberapa
hal,sebelum preparat yang dimaksud dibuat,simplisia perlu diolah terlebih dahulu,misalnya
dengan mengawalemakkannya (Strychnin,secale cornutum) atau dihilangkan zat
pahitnya (lichen Islandicus) atau dengan cara lain, agar zat-zat yang tidak
berguna atau merusak tidak ikut tertarik bersama-sama dengan zat-zat
berkhasiat.
Cara menghilangkan
bagian simplisia yang tidak berguna :
1.
Dengan memakai bahan pelarut yang tepat
yang dalam pelarut itu bahan berkhasitnya mudah larut,sedangkan yang tidak
berguna hanya sedikit atau tidak larut dalam cairan penyari tersebut.
2.
Dengan menarik atau merendam pada suhu
tertentu di mana bahan berkhasiat terbanyak larutnya.
3.
Dengan menggunakan jarak waktu penarikan
tertentu dimana bahan berkhasiat dari simplisia lebih banyak larutnya,sedangkan
bahan yang tidak berguna sedikit atau tidak larut.
4.
Dengan memurnikan atau membersihkan
dengan cara-cara tertentu,baik secara ilmu alam maupun ilmu kimia.
Cairan –cairan penarik
Untuk menentukan cairan penarik mana
yang dipergunakan,harus diperhitungkan betul-betul dengan memperhatikan
beberapa factor,antara lain:
1. Kelarutan
zat-zat dalam menstrum.
2. Tidak
merusak zat-zat berkhasiat atau akibat-akibat lain yang tidak dikehendaki
(perubahan warna,pengendapan,terhidrolisis).
3. Harga
yang murah.
4. Jenis
preparat ynag akan dibuat.
Cairan penarik yang baik adalah yang
dapat melarutkan zat-zat yang berkhasiat tertentu,tetapai zat-zat yang tidak
berguna tidak terbawa serta. Pada umumnya alkaloid,dammar,oleoresin,dan
minyak-minyak memiliki kelarutan yang lebih baik dalam pelarut organic daripada
di dalam air,tetapi sebaliknya garam-garam alkaloid,glukosida,zat-zat lender,
dan sakarida memiliki kelarutan lebih baik dalam air.
Macam-macam cairan penarik
Air
Termasuk pelarut yang
murah dan mudah digunakan dengan pemakaian luas. Pada suhu kamar,air adalah
pelarut yang baik utnuk berbagai zat,misalnya garam
alkaloid,glukosida,sakarida,asam tumbuh-tumbuhan,zat warna,dan garam-garam
mineral. Air hangat atau mendidih mempercepat dan memperbanyak kelarutan
zat,kecuali Condurangin,kalsium hidrat,dan garam-glauber,karena kemungkinan
zat-zat yang tertarik akan mengendap (sebagian) jika cairan itu sudah mendingin
(suhu kamar).
Keuntungan
penarikandengan air adalah bahwa jenis jenis gula,gom,asam
tumbuh-tumbuhan,garam mineral,dan zat-zat warna akan tertarik atau melarut
lebih dahulu dan larutan yang terjadi ini dapat melarutkan zat-zat lain dengan
lebih baik dari pada oleh air saja,misalnyadamar-damar pada penarikan Cascara
cortex,atau sejumlah alkaloid pada penarikan dengan air.
Kekurangan air sebagai
pelarut,yaitu karena iar dapat menarik banyak zat,namun banyak di antara zat
tersebut yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jamur dan
bakteri,akibatnya simplisia mengembang sedemikian rupa sehingga mempersulit
penarikan pada perkolasi.
Etanol
Etanol hanya dapat melarutkan zat-zat
tertentu,tidak sebanyak air dalam melarutkan berbagai jenis zat; oleh karena
itu lebih baik dipakai sebagai cairan penarik untuk sediaan galenik yang
mengandung zat berkhasiat tertentu.
Umumnya etanol adalah pelarut yang baik
untuk alkaloid,glikosida,dammar-damar,dan minyak atsiri,tetapi tidak untuk
jenis gom,gula,dan albumin. Etanol juga menyebabkan enzim-enzim tidak
bekerja,termasuk pengairan,serta menghalangi pertumbuhan jamur dan sebagian
besar bakteri sehingga di samping sebagai cairan penyari,juga berguna sebagai
pengawet. Campuran air-etanol,yaitu hidroalkoholik menstrum,lebih baik dari
pada air saja. Beberapa zat berkhasiat memiliki kelaurtan yang hamper sama
baiknya dalam air-etanol dan dalam spiritus fort sehingga biaya produksi dengan
air-etanol akan lebih murah. Kadar alcohol dalam cairan hidroalkoholik menstrum
tergantung pada sifat zat yang akan ditarik; terkadang karena bbeberapa
hal,kadarnya lebih kecil dari 3%. Kadang-kadang dalam proses penarikan,masing-masing
air dan alcohol dipergunakan lebih dahulu;pertama dengan air,kemudian
etanol,atau sebaliknya.
Glycerinum
Terutama dipergunakan sebagai cairan
tambahan pada cairan hidroalkoholik untuk penarikan simplisia yang mengandung
zat-zat samak. Glycerin adalah pelarut yang baik untuk tannin dan hasil-hasil
oksidasinya; jenis-jenis gom dan albumin juga larut dlam gliserin. Cairan ini
tidak atsiri sehingga tidak sesuai untuk pembuatan ekstrak-eksatrak
kering,tetapi baik sekali untuk pembuatan fluid gliserata,seperti yang
dipergunakan dalam N.F VIII,dengan perbandingan 3 volume air dengan 1 volume
gliserin.
Eter
Kebanyakan zat dalam simplisia tidak
larut dalam cairan ini,tetapi beberapa zat mempunyai kelarutan yang
baik,misalnya alkaloid basa,lemak-lemak,dammar,dan minyak atsiri. Karena eter
bersifat sangat atsiri,maka di samping memiliki efek farmakologi,cairan ini
kurang tepat digunakan sebagai menstrum sediaan galenik cair,baik utnuk
pemakaian dalam maupun untuk sediaan yang nantinya disimpan lama. Adakalanya eter
yang dipakai dicampur dengan etanol,misalnya Extractum Cubebarum.
Solvent
Hexane
Cairan ini adalah salah satu hasil dari
penyulingan minyak tanah kasar. Merupakan pelarut yang baik untuk lemak-lemak
dan minyak-minyak. Biasanya dipergunakan hanya untuk mengawalemakkan simplisia
yang mengandung lemak-lemak yang tidak diperlukan sebelum simplisia tersebut
diabuat sediaan galeniknya, misalnya Strychnin,Secale (NF IX).
Aseton
Juga tidak dipergunakan untuk sediaan
galenik obat dalam. Merupakan pelarut yang baik untuk berbagai lemak,minyak
atsiri,dan dammar. Baunya kurang enak dan sukar hilang dari sediaan. Pemakaian
aseton misalnya pada pembuatan Capsicum Oleoresina (NF IX).
Kloroform
Tidak dipergunakan untuk sediaan
–sediaan karena mempunyai efek farmakologi.merupakan pelarut yang baik untuk
alkaloid basa,dammar,minyak lemak,dan minyak atsiri. Air kloroform dipergunakan
pada pembuatan Extracum Secalis cornuti (Ph.Belanda V).
Metode Penarikan yang sering digunakan
MASERASI
Adalah cara penarikan sari dari simplisia dengan merendam simplisia tersebut
dalam cairan penyari pada ssuhu biasanya 15-25° C. Maserasi uga merupakan
proses pendahuluan untuk pembuatan secara perkolasi.
Kecuali di nyatakan lain
masersi dilakukan dengan cara sebagai berikut: sepuluh bagian simplisia atau
campuran simplisia denggan derazat halus yang cocok di masukan ke dalam sebuah
bejana,lalu di tuangi 75 bagian cairan penyari, di tutup dan di biarkan selama
lima hari terlindung cahaya dam sambil sering di aduk.setelah lima hari cairan
tersebut di serkai, dip eras,dicuci ampasnya dengan cairan penyari secukupnya
hingga di peroleh 100 bagian.Lalu maserat dipindah ke dalam bejana yang
tertutup dan di biarkan di tempat sejuk,terlindung dari cahaya selama dua
hari,Dengan demikian maserat sudah bisa di saring.
Kemudianmaserat di suling
atau di uapkanpada tekanan rendah dalam suhu tidah lebih dari 50° C hingga
konsistensi yang di kehendaki.
Maserat yang di buat di
maserasi dengan air segera di panasi pada suhu 90° C, Untuk mengendapkan putih
telur, agar sediaan dapat tahan lama.
DIGERASI
Digerasi
adalah cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia dengan caairan
penyari pada suhu 35°-45° C. Cara ini sekarang sudah jarang dilakukan karena
disamping membutuhkan alat-alat tertentu juga pada suhu tertentu sering
kali beberapa simplisi a menjadi rusak. Dan hilang zat berkhasiat utamanya.
Disinilah banyak para ilmuan yang putus asa dalam percobaan mereka yang gagal
karena tidak memperhitungkan keuntungan dan kerugian dari pada metode digerasi
tersebut
PERKOLASI
Perkolasi
adalah suatu cara penarikan memakai alat yang di sebut percolator,yang
simplisianya terendam dalam cairan penyaridimana zat-zatnya terlarut dan
larutan tersebut akan menetesscara beraturan keluar sampai memenuhu
syarat-syarat yang di tetapkan dalam Farmakope.
Kecuali di nyatakan lain,
perkolasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Sepuluh bagian simplisia
atauu campuran simplisia dengan derazat halus yang cocok di basahi dengan
2,5bagian 5 bagian cairan penyari, dimasukan ke dalam bejana tertutup
sekurang-kurangnya 3 jam
Masa dipidahkan sedikit
demi sedikit ke dalam percolator sambil tiap kali di tekan dengan hati-hati di
tuangi cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia
masih terdapat cairan penyari,pekolator di tutup, dan di biarkan selama 2 jam.
Cairan di biarkan menetes
dengan kecepatan 1 ml per menit, cairan penyari di tambahkan berulang-ulang
secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari secukupnya di atas
simplisia, hingga di peroleh 80 bagian perkolat. Masa diperas, campurkan
cairran perasan ke dalam perkolat, cairan penyari di tambahkan secukupnya
hingga di peroleh perkolat 100 bagian.Perkolat di pindahkan ke dalam bejana,
ditutup dan di biarkan selama dua hari di tempat yang sejuk dan terlindung dari
cahaya.
Tingtur harus jernih dan
ditempatkan dalam botol tertutup baik,diluar pengaruh cahaya dan di simpan di
tempat yang sejuk. Secara ekonomisbahan dasar yang di sari dapat dip eras
sekuat mungkin dengan perasan hidrolik.
Untuk bahan dasar yang
mengandung harsa di gunakan cairan penyari etanol 90% v/v, dan umumnya cairan
penyari adaalah etanol 70% v/v.
Yang penting tingtur yang
mengandung harsa dengan cairan penyari etanol 90% v/v adalah Benzoes Tinctura,
Myrrhae Tinctura.
II.2 Tingtur (Tinctura)
Menurut FI IV,tingtur adalah larutan mengandung etanol atau
hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia. Jumlah obat
dalam tingtur yang berbeda tidak selalu seragam,tetapi bervariasi sesuai dengan
masing-maisng standar kecuali dinyatakan lain,tingtur dibuat menggunakan 20%
zta berkhasiat dan 10% utnuk zat berkhasiat keras. Maserasi kecuali dinyatakan
lain ,dilakukan sebagai berikut :
a.
masukkan
20 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam sebuah
bejana,tuangi dengan 75 bagian cairan penyari,tutup,biarkan selama 5 hari
terlindung dari cahaya sambil sering diaduk,erkai,peras. Cuci ampas dengan
cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100bagian.
b.
pindahkan
ke dalam bejana tertutup,biarkan di tempat sejuk dan terlandung dari cahaya
selama 2 hari,enap,tuangkan dan saring.
Penyimpanan
Dalam
wadah tertutup rapat,terlindung dari cahaya , di tempat sejuk. Sediaan tingtur
harus jernih, untuk bahan dasar yang mengandung harsa digunakan cairan penyari
etanol 90%. Pada umumnya cairan penyari adalah etanol 70%. Tingtur yang
mengandung harsa (damar) adalah mira tincture,asaefoetila tincura,capsici
tincture,tingtur menyan.
Pembagian
Tingtur
1.
Menurut
cara pembuatan
a. Tincture Asli
Adalah tincture yang dibuat secara maserasi/perkolasi.
b. Tinctur Tidak Asli (Palsu)
Adalah tincture yang dibuat dengan jalan melarutkan bahan dasar atau
bahan kimia dalam cairan pelarut tertentu.
2.
Menurut
Kekerasan (perbandingan bahan dasar dengan cairan penyari)
a. Tinctur Keras
adalah tingtur yang dibuat menggunakan 10% simplisia yang berkhasiat
keras.
b. Tinctur Lemah
Adalah tincture yang dibuat menggunakan 20% simplisia yang tidak
berkhasiat keras.
3.
Berdasarkan
Cairan Penariknya.
a. Tinctura Aetherea,jika cairan
penariknya adalah eter atau campuran eter dengan etanol.contoh: Tinctura
Valerianae Aetherea.
b. Tinctura Vinosa,jika cairan yang
dipakai adalah campuran anggur dengan etanol.contoh: Tinctura Rhei Vinosa
(Vinum Rhei)
c. Tinctura Acida,jika ke dalam etanol
yang dipakai sebagai cairan penarik ditambahkan suatu asam sulfat. Contoh :
pada pembuatan Tinctura Acida Aromatica.
d. Tinctura Aquosa,jika cairan penarik
yang dipakai adalah air . contohnya Tinctura Rhei Aquosa.
e. Tinctura Composita,adalah tingtur
ynag didapatkan jika penarikan yang dilakukan dengan cairan penarik selain
etanol,hal ini harus dinyatakan pada nama tincture tsb, misalnya pada campuran
simplisia,contoh: Tinctura Chinae Composita.
Contoh Sediaan Tingtur
Tingtur kina (Chinae Tinctura),Tingtur Ipeka (Ipecacuanhae Tinctura),Tingtur
gambir (Catechu Tinctura), Tingtur polygala(Polygalae Tinctura), Tingtur
ratania(Ratanhiae Tinctura) Tingtur stramonii (Stramonii Tinctura),Tingtur
Striknin (Strychni Tinctura),Tingtur Kemenyan (Benzoes Tinctura),Tingtur
Lobelia (Lobelia Tinctura),Tingtur Mira(Myrrhae Tinctura),dll.
II.3 Ekstrak (Ekstracta)
Menurut FE
IV,ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,kemudiaan semua atau
hamper semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
Sebagian
besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara
perkolasi.seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi dengan
pengurangan tekanan agar bahan utama obat sesedikit mungkin terkena panas.
Ekstrak cair
adalah sediaan cair simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai
pelarut,pengawet,atau keduanya. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing
monografi,tiap milliliter ekstrak mengandung bahan aktif dari 1g simplisia yang
memenuhi syarat. Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan
dan disaring atau bagian beningnya dienaptuangkan. Beningan yang diperoleh
memenuhi persyaratan farmakope.
Menurut
literature lainnya,ekstrak ada tiga macam yaitu ekstrak
kering(siccum),kental(spissum),dan cair(liquidum), yang dibuat dengan menyari
simplisia nabati dan hewani menurut cara yang sesuai diluar pengaruh cahaya
matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari
yang dipakai adalah air,eter,serta campuran etanol dan air.
Contoh
Ekstrak
Ekstrak
Belladonae,Ekstrak Hiosiami,Ekstark Akar Manis (Glycyrrhizae Succus Extractum),Ekstrak Timi (Thymi Ekstractum),Ekstrak Striknin (Strychin Extractum),Ekstrak Pule Pandak(Rauwolfiae Extractum),Ektrak Kelembak (Rhei Extractum),dll
II.4 Infus (Infusa)
Menurut
FI IV,infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia
nabati dengan air pada suhu 90oC selama 15 Menit.
Cara
Pembuatan
Campur
simplisia yang memiliki derajat halus sesuai dengan dalam panci dengan air
secukupya,panaskan diatas tangas air selama 15menit terhitung mulai suhu
mencapai 90oC sambil
sekali-sekali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flannel,tambahkan air
panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infuse yang dikehendaki.
Infuse daun sena dan infuse yang mengandung minyak atsiri diserkai setelah
dingin. Infuse daun sena,infuse asam jawa,dan infuse simplisia lain yang
mengandung lender tidak boleh diperas. Sebelum dibuat infuse asam jawa dibuang
bijinya dan diremas dengan air hingga diperoleh massa seperti bubur,sedangkan
buah adas manis dan buah adas harus dipecah dahulu.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
membuat sediaan Infus :
1.
Jumlah
Simplisia
Kecuali dinyatakan lain,infuse yang
mengandung bahan tidak berkhasisat keras dibuat dengan menggunakan 10%
simplisia.
2.
Derajat
Halus Simplisia
Yang digunakan untuk infuse harus
mempunyai derajat halus sebagai berikut :
Serbuk
|
Bahan-Bahan
|
Serbuk 5/8
|
Akar manis,daun kumis kucing,daun
sirih,daun sena.
|
Serbuk 6/10
|
Dringo,kelembak.
|
Serbuk 10/22
|
Laos,akar valerian,temulawak, jahe.
|
Serbuk 22/60
|
Kulit Kina,akar ipeka,sekale
komutum.
|
Serbuk 85/120
|
Daun digitalis.
|
3.
Banyaknya
air ekstra
Umumnya untuk membuat sediaan infuse
diperlukan penambahan air sebanyak 2 kali bobot simplisia. Air ekstra ini perlu
karena simplisia yang digunakan pada umumnya dalam keadaan kering.
4.
Cara
Menyerkai
Pada umumnya infuse diserkai selagi
panas,kecuali infuse simplisia yang mengandung minyak atsiri diserkai setelah
dingin. Infuse daun sena,infuse asam jawa dan infuse simplisia lain yang
mengandung lender tdak boleh diperas.
5.
Penambahan
bahan-bahan lain
Penambahan bahan-bahan lain dimaksudkan untuk menambah
kelarutan, untuk menambah kestabilan,dan untuk menghilangkan zat-zat yang
menyebabkan efek lain.
II.5 Air Aromatik (Aqua
Aromatica)
Menurut FI IV,kecuali dinyatakan lain, air aromatic adalah
larutan jernih dan jenuh dalam air dari minyak mudah menguap atau senyawa
aromatic atau bahan mudah menguap lain. Bau dan rasanya mirip dengan obat atau
senyawa mudah menguap yang ditambahkan,dan bebas dari bau empirematik dan bau
asing lainnya. Air aromatic dapat dibuat secara destilasi atau dibuat dari
larutan senyawa aromatic,dengan atau tanpa menggunakan bahan pendispersi. Air
aromatic perlu disimpan terlindung cahaya dan panas berlebih.
Menurut literatu yang lain,air
aromatic adalah larutan jenuh minyak atsiri atau zat-zat yang beraroma dalam
air. Di antara air aromatic,ada yang mempunyai daya terapi yang lemah,tetapi
terutama digunakan untuk member aroma pada obat-obat atau sebagai pengawet. Air
aromatic harus mempunyai baud an rasa yang menyerupai bahan asal,bebas bau
empirematik atau bau lainnya,tidak berwarna,dan tidak berlendir.
Cara Pembuatan :
1.
Larutkan
minyak atsiri sejumlah yang tertera dalam masing-masing monografi dalam 60 ml
etanol 95%.
2.
Tambahkan
air sedikit demi sedikit sampai volume 100 ml sambil dikocok kuat-kuat.
3.
Tambahkan
500 mg talk,kocok,diamkan,saring.
4.
Encerkan
1 bagian filtrate dengan 39 bagian air.
Air
Aromatika yang tertera dalam FI II,ada
3,yaitu :
1.
Aqua Foeniculi,adalah larutan jenuh minyak adas
dalam air. Aqua Foeniculi dibuat dengan melarutkan 4g oleum foeniculi dalam 60
ml etanol 90%,tambahkan air sampai 100ml sambil dikocok kuat-kuat,tambahkan
500mg talk,kocok,diamkan,saring. Encerkan 1 bagian filtrate dalam 39 bagian
air.
2.
Aqua Menthae Piperitae (Air Permen) adalah larutan jenuh
minyak permen dalam air.
3.
Aqua Rosae (air mawar) adalah larutan jenuh
minyak mawar dalam air.
II.6 Minyak Lemak
Merupakan
campuran senyawa asam lemak bersuku tinggi (Berbobot Molekul (BM) tinggi atau
berantai karbon panjang/long chain triglycerides (C16-C22)) dengan gliserin
(gliserida asam lemak bersuku tinggi).Disimpan kevuali dinyatakan lain dalam
wadah tertutup baik,terisi penuh,dan terlindnung dari cahaya.
Syarat-syarat
untuk minyak lemak,antara lain :
1.
Harus
jernih; lemak yang cair harus jernih,begitupun yang padat sesudah dihangatkan
(diatas suhu leburnya)tidak boleh berbau tengik.
2.
Kecuali
dinyatakan lain,harus larut dalam segala perbandingan dalam CHCl3,eter
dan eter minyak tanah.
3.
Harus
memnuhi syarat-syarat minyak mineral,minyak harsa dan minyak-minyak asing
lainnya,senyawa belerang dan logam berat.
Penggunaan
minyak lemak :
1.
Sebagai
zat tambahan.
2.
Sebagai
pelarut,misalnya sebagai pelarut obat suntik,lotio dan lain-lain.
3.
Sebagai
antiracun,untuk racun yang tidak larut dalam lemak (racunnya dibalut lemak,lalu
segera diberi pencahar atau emetikum) tetapi jika racun yang larut dalam lemak
maka dalam bentuk terlarut absorbs dipercepat.
4.
Sebagai
obat,misalnya : oleum ricini digunakan sebagai obat pencahar.
Minyak
lemak dibagi dalam 2 golongan :
·
Minyak-minyak
yang dapat mongering,misalnya: oleum lini,dan oleum ricini.
·
Minyak-minyak
yang tidak dapat mengering,misalnya: oleum arachidis,oleum olivarium,oleum
sesami.
Contoh-contoh
minyak Lemak:
Minyak
Kacang(Oleum Arachidis),Minyak Coklat
(Oleum Cacao),Minyak Kelapa (Oleum Cocos),Minyak Ikan (Oleum Iecoris Aselli),Minyak Lini (Oleum Lini),Minyak Zaitun (Oleum Olivae),Minyak jarak(Oleum Ricini).
II.7 Minyak Atsiri
Minyak
atsiri juga disebut sebagai minyak menguap atau minyak terbang.Olea Volatililia
adalah campuran bahna-bahan berbau keras yang menguap,yang diperoleh baik
secara penyulingan atau perasan simplisia segar maupun secara sintetis.
Diperoleh dari tumbuh-tumbuhan contohnya daun,bunga,kulit buah,buah,atau dibuat
secara sintetis.
Sifat
–sifat minyak atsiri :
1.
Mudah
menguap
2.
Rasa
yang tajam
3.
Wangi
yang khas
4.
Tidak
larut dalam air,namun larut dalam pelarut organic
5.
Minyak
atsiri yang segar tidak berwarna,sedikit kuning muda.
Contoh-contoh
minyak atsiri :
Oleum Foenniculi (minyak adas),Oleum Anisi (Minyak Adas manis),Oleum
Caryophylli(minyak cengkeh),Oleum Citri(minyak
jeruk),Oleum Aurantii (minyak jeruk
manis),Oleum Eucalypti(Minyak kayu
putih),Oleum Rosae(Minyak Mawar).
II.8 Sirop
Sirop adalah sediaan cair berupa larutan yang mnegandung
sakarosa.kadar sakarosa (C12H22O11)tidak
kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.Disimpan pada wadah yang tertutup
rapat dan di tempat sejuk. Dibuat dengan cara cairan untuk
sirop,panaskan,tambahkan gula jika perlu didihkan hingga larut. Tambahkan air
mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang dikehendaki,buang busa yang
terjadi,serkai.
Cara
memasukkan sirop ke dalam botol :
Hal
ini penting untuk kestabilan sirop dalam penyimpanan. Supaya awet (tidak
berjamur) sebaiknya sirop disimpan dengan cara :
1.
Sirop
yang sudah dingin disimpan dalam wadah yang kering,namun perlu diperhatikn agar
pada saat pendinginan tidak terjadi pencemaran hingga dapat terjadi pencemaran.
2.
Mengisikan
sirop panas-panas ke dalam botol panas (karena sterilisasi) sampai penuh sekali
sehingga ketika disumbat dengan gabus terjadi sterilisasi sebagian gabusnya,lalu
sumbat gabus di celup dalam lelehan paraffin solidum yang menyebabkan sirop
terlindung dari pengotoran udara luar.
3.
Sterilisasi
sirop; disini harus diperhitungkan apakah pemanasan 30menit tidak dapat
mengakibatkan gula invert.
Penetapan
kadar sakarosanya
1.
Timbang
seksama ± 25gr sirop dalam labu terukur 100ml,tambahkan 50 ml air dan sedikit
larutan alumunium hidroksida P. Tambahkan larutan timbale(II) subaserat P tetes demi tetes
hingga tetes terakhir hingga tidak menimbulkan kekeruhan.
2.
Tambhakan
air secukupya hingga 100,0 ml saring,bunag 10ml filtrate pertama. Masukkan
±45,0 ml filtrate ke dalam labu terukur 50 ml,tambahkan campuran 79 bagian
volume asam klorida P dan 21 bagian volume air secukupnya hingga 50,0 ml.
Panaskan labu dalam tangas air pada suhu antara 68oC dan 70oC
selama 10 menit,dinginkan dengan cepat sehingga suhu ± 20oC jika
perlu hilangkan warna dengan menggunakan tidak lebih dari 100 mg arang
penyerap.
3.
Ukur
rotasi optic larutan yang belum diinversi dan sesudah inverse menggunakan tabung
22,0 cm pada suhu pengukur yang sama antara 10oC dan 25oC.
Hitung kadar dalam %, C12H22O11 dengan rumus :
C = Kadar Sakarosa (%)
α 1 = rotasi optic larutan yang belum
diinversi
α 2 = rotasi optic larutan yang sudah
diinversi
t = suhu pengukuran
Contoh-contoh sediaan sirop :
Ferrosi Iodidi Sirupus,Sirupus Simplex (Sirop
Gula),Aurantii Sirupi (Sirop Jeruk Manis),Sirupus Thyni (Sirop timi)
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penjabaran
maka dapat disimpulkan bahwa macam-macam sediaan steril lainnya yakni sediaan
galenika berdasarkan bentuk terbagi atas tiga bagian yakni
1. Hasil penarikan :
extracta,tingtura,decocta atau Infusa.
2. Hasil penyulingan atau pemerasan :
aqua aromatika,olea
volatilia (minyak mudah menguap), olea pinguia (minyak lemak),dan
3. Sirop.
III.2 Saran
Penjelasan pada makalah ini,dimaksudkan untuk memberikan
penambahan informasi dalam pemebelajaran terkait sediaan farmasi lainnya
galenik,maka di sarankan bagi pembaca agar dapat menambah atau melengkapi
informasi anda lewat media pembelajaran lainnya.
1 komentar:
Alfa Chemistry offers an extensive catalog of building blocks, reagents, catalysts, reference materials, and research chemicals in a wide range of applications. valerian extractive
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g:
:h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p:
Posting Komentar
Teman-teman yang baik hati,,
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir diblog sederhana ini.
Blog ini saya buat untuk memudahkan sobat sekalian dalam mencari tugas.
Data yang dikumpulkan dari tugas-tugas kampus yang saya miliki juga meminta ijin men"COPAS" tulisan milik oranglain tentu dengan menyertakan sumbernya.
Saya harap kalian dapat meninggalkan pesan, komentar, kritik, saran atau beberapa patah kata guna menghargai blog ini.
Jangan lupa di follow yahh... ^^
Terimakasih ^^