Makalah teknologi dan formulasi sediaan steril...
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Telinga merupakan salah satu indera yang sangat penting
untuk manusia. Telinga terbagi menjadi bagian luar, tengah dan dalam. Telinga
luar terdiri dari pinna atau aurikula, yaitu daun kartilogo yang menangkap
gelombang bunyi dan menyalurkannya ke kanal auditori eksternal (meatus), suatu
lintasan sempit yang panjangnya sekitar 2.5 cm merentang dari aurikula sampai
membran timpani. Membran timpani (gendang telinga) adalah pembatas telinga
tengah.
Membran timpani berbentuk kerucut, permukaan eksternalnya
dilapisai kulit dan permuakaan internalnya dilapisi membran mukosa, membran ini
memisahkan telinga luar dan telinga tengah, memiliki tegangan, ukuran dan
ketebalan yang sesuai untuk menggetarkan gelombang bunyi secara mekanis.
Telinga tengah terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus tulang
temporal. Turba eustachius (auditori) menghubungkan telinga tengah dengan
faring. Turba yang biasanya tertutup dapat terbuka saat menguap, menelan, atau
mengunyah. Saluran ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua
sisi membran timpani.
Sediaan otik, kadang kadang dinamakansebagai sediaan telinga atau sediaan aural. Sediaan telinga
biasanya ditempatkan pada kanal telinga untuk menghilangkan serumen (malam
kuping, tahi kuping) atau untuk pengobatan infeksi, inflamasi atau nyeri
telinga. Karena telinga terluar ditutup oleh strukutr kulit dan berperilaku
seperti kondisi dermatologi lain seperti halnya permukaan tubuh, kondisi kulit
diobati menggunakan beraneka ragam sediaan dermatologi.
Bentuk larutan paling sering digunakan pada telinga,
suspensi dan salep masi juga didapati dalam penggunaannya. Preparat telinga
biasanya diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil kedalam saluran telinga
untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk mengobati infeksi,
peradangan atau rasa sakit.
1.2
RUMUSAN MASALAH
-
Apa yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan sediaan otik?
-
Apa saja sediaan
untuk telinga?
1.3
TUJUAN
-
Untuk mengetahui
pembuatan dan sediaan apa saja yang digunakan pada telinga.
1.4
MANFAAT
-
Dapat mengetahui
pembuatan dan sediaan apa saja yang digunakan pada telinga.
Bab II
ISI
2.1 Anatomi Telinga
Secara anatomis, telinga terbagi menjadi 3 bagian, bagian luar, tengah dan
dalam. Telinga luar terdiri dari pinna atau aurikula, yaitu daun
kartilago yang menangkap gelombang bunyi dan menjalurkannya ke kanal
auditori eksternal (meatus), suatu lintasan sempit yang panjangnya
sekitar 2,5 cm merentang dari aurikula sampai membran timpani. Membran timpani
(gendang telinga) adalah pembatas telinga tengah. Membran timpani berbentuk
kerucut, permukaan eksternalnya dilapisi kulit dan permukaan internalnya dilapisi
membran mukosa; membran ini memisahkan telinga luar dan telinga tengah,
memiliki tegangan, ukuran, dan ketebalan yang sesuai untuk menggetarkan
gelombang bunyi secara mekanis. Telinga tengah terletak di rongga berisi udara
dalam bagian petrosus tulang temporal. Tuba eustachius (auditori) menghubungkan
telinga tengah dengan faring. Tuba yang biasanya tertutup dapat terbuka saat
menguap, menelan, atau mengunyah. Saluran ini berfungsi untuk menyeimbangkan
tekanan udara pada kedua sisi membran timpani.
2.1 Patologi dan Bakteriologi Otitis
Salah satu kondisi patofisiologi
pada telinga adalah infeksi telinga otitis akut (swimmers ear), yakni
suatu kondisi inflamasi dari kanal eksternal telinga, umumnya disebabkan oleh
trauma lokal (akibat cara membersihkan telinga dengan menggunakan alat runcing
dan tajam), tetapi bisa juga disebabkan oleh hal-hal lain.
Manifestasi tahap preinflamasi dari
otitis eksternal, seperti kelainan kulit, disertai dengan perasaan gatal pada
kanal eksternal dan penumpukan unit apopilo sebaseus. Diduga hal ini
akibat kehilangan lipid pada kanal auditor eksternal sehingga terjadi
peningkatan kandungan air stratum korneum yang menyebabkan edema intraseluler.
Tahap inflamasi akut disebabkan oleh trauma yang menginduksi radang sehingga
bakteri mendapatkan akses menuju dermis.
Otomikosis adalah hasil infeksi
jamur pada permukaan kanal eksternal telinga. Hal ini sering merupakan infeksi
ikutan bakteri atau akibat keberadaan serumen basah (moist). Otitis
media supuratif kronik adalah kondisi inflamasi dari telinga tengah. Selain
itu, mungkin pula terjadi pengerasan (granulations) jaringan, fibriosis
dan osteoneogenesis. Umumnya organisme penyebab otitis akut eksternal ini
adalah Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Penyebab
inflamasi kronik adalah Proteus spesies, Aspergillus niger, dan Candida
albicans adalah penyebab otomikosis. Selain itu mungkin juga terdapat Mucormycosis
dan Actiomyces, sedangkan penyebab otitis media supuriatif kronik adalah
Paeruginosa dan S aureus.
2.3 Sediaan Otis
2.3.1 Definisi Tetes Telinga
v FI
III : Guttae Auriculares, tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk telinga
dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Kecuali dinyatakan lain, tetes
telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air.
v Ansel
: Tetes telinga adalah bentuk larutan,
suspensi atau salep yang digunakan pada telinga dengan cara diteteskan atau
dimasukkan dalam jumlah kecil ke dalam saluran telinga untuk melepaskan kotoran
telinga (lilin telinga) atau untuk mengobati infeksi, peradangan atau rasa
sakit.
v DOM
King : Tetes telinga adalah bahan obat yang dimasukkan ke dalam saluran
telinga, yang dimaksudkan untuk efek lokal, dimana bahan – bahan obat tersebut
dapat berupa anestetik lokal, peroksida, bahan – bahan antibakteri dan
fungisida, yang berbentuk larutan, digunakan untuk membersihkan, menghangatkan,
atau mengeringkan telinga bagian luar.
v
Formulasi Steril : Obat Tetes
telinga adalah larutan zat aktif dalam air atau dalan pembawa lain yang
digunakan dengan meneteskan ke dalam lubang telinga.
2.3.2 Sediaan Otis
1. Larutan untuk menghilangkan serumen
Serumen adalah kombinasi sekresi
keringat dari kelenjar sebaseous dan kanal eksternal auditori. Sekresi ini jika
mengering akan membentuk masa semisolida lengket dan dapat mengikat sel
epitelial, rambut rontok, debu dan benda asing lainnya yang masuk kedalam liang
telinga. Akumulasi serumen secara berlebihan dalam telinga dapat menyebabkan
rasa gatal, nyeri, dan mengganggu pendengaran; jika tidak dikeluarkan secara
periodik, maka serumen dapat mengeras dan menghilangkannya akan lebih sulit
serta menimbulkan rasa sakit.
Untuk melunakkan serumen yang sudah
memadat digunakan minyak mineral ringan, minyak nabati, dan hidrogen peroksida.
Saat ini digunakan larutan surfaktan sintetik. Salah satu dari agen ini adalah
kondensat trietanol amin polipeptida oleat, yang secara komersial diformulasi
dengan pembawa propilen glikol, digunakan untuk emulsifikasi serumen untuk
mempermudah pengeluarannya.
Sediaan lainnya adalah karbamida
peroksida ( 6,5%) dalam campuran gliserin, propilen glikol, dan asam sitrat.
Pada saat berkontak dengan serumen, karbamida peroksida melepas oksigen yang
merusak integritas dari wax serumen yang memadat, sehingga mudah dihilangkan..
2. Sediaan antiseptik
Agen antiseptik sering digunakan
untuk pengobatan penyakit kanal eksternal telinga. Beberapa antiseptik biasa
digunakan untuk profilaksis pembedahan telinga. Sediaan antiseptik otologi
dipasarkan hanya sebagai larutan asam asetat (cuka). Sediaan asam asetat
(biasanya larutan 2-5%) menunjukkan aktivitas antibakteri dan antijamur. Sangat
bermanfaat untuk P. Aeruginosa, Staphilooccus, B-hemolitic
streptococci, Candida spesies, dan Aspergillus. Tidak ada
mikroorganisme yang resisten terhadap sediaan ini. Larutan asam asetat pada
telinga luar biasanya dapat ditoleransi dan nonsensitisasi, hanya instalasi ke
dalam jaringan telinga tengah dapat menimbulkan rasa nyeri.
Larutan asam asetat dapat
dikombinasi dengan alumunium asetat atau senyawa steroid karena bersifat
antiinflamasi dan antipruritik. Ada kecenderungan larutan asam asetat
menginduksi lapisan keratin yang akan meningkatkan jaringan mati dalam liang
selnya. Hal ini akan mempengaruhi infeksi dan memperlambat proses penyembuhan.
Antiseptik umum, seperti povidon
iodin, klorheksidin glukonat, dan heksakhlorofen dapat digunakan ototopikal
untuk profilaksis pembedahan. Paling umum digunakan adalah povidon jodium
karena spektrum aktivitasnya lebar terhadap mikroflora, mikrozoa, dan virus.
Selama profilaksis pembedahan, antiseptik harus dicegah jangan sampai memasuki
telinga tengah karena akan menghambat migrasi fibrolast selama proses penyembuhan.
3. Sediaan antijamur
Kebanyakan infeksi otomikotik adalah
konsekuensi dari pengobatan dengan antibiotika. Dengan cara pembersihan kanal
eksternal telinga dan menghentikan pengobatan (dengan antibiotika), biasanya
cukup untuk menghilangkan infeksi.
4. Tetes antimikroba
Sebagai satu kelompok, obat tetes
antimikroba otik paling banyak diminta dokter melalui resep. Kebanyakan sediaan
ini mengandung campuran antibiotika yang dikombinasikan dengan agen steroid.
Untuk aktivitas bakterisid dapat
ditambahkan asam asetat atau suatu alkohol. Beberapa dari sediaan ini
mengandung asam asetat sebagai agen antibakteri utama. Kebanyakan formulasi
untuk sediaan ini mempunyai pH rendah antara 3-5, sama dengan kanal esternal
telinga normal.
5. Sediaan Serbuk
Sediaan serbuk sudah digunakan sejak
lama dalam pengoatan otologi. Pada awalnya digunakan dalam bentuk serbuk tabur
untuk pengobatan otitis kronis, terutamanya berguna untuk rongga mastoid.
Berbeda dengan sediaan otik lainnya, serbuk tidak bisa menyebabkan nyeri pada waktu
pemberian. Untuk instilasi (pemasukan) obat serbuk dapat digunakan suatu alat 'in
sulfator' ke dalam kanal eksternal telinga atau rongga mastoid. Sediaan
antibiotika yang sesuai untuk alat insulfator antara lain,
kloramfenikol-sulfanilamid-fungizone,
kloramfenikol-sulfanilamida-fungizone-hidrokortison.
6. Sediaan Anestetika
Agen anestetika digunakan untuk
menghilangkan nyeri terkait dengan infeksi, seperti otitis eksternal, otitis
media, dan miringitis gelembung (bullous). Dapat pula digunakan secara
lokal sebelum operasi, pada umumnya selama miringotomi pada pasien dengan
membran timpanik tidak rusak atau utuh.
Kebanyakan sediaan anestetik
mengandung benzokain karena benzokain diabsorbsi buruk melalui kulit sehingga
terlokalisasi untuk waktu lama, hanya saja efektivitasnya sulit diramalkan.
Benzokain diketahui pula menjadi penyebab reaksi hipersensitivitas.
7. Sediaan lain
Propilenglikol adalah pembawa yang
baik untuk beracam obat tetes antibiotika, menunjukkan efek dehidrasi terhadap
jamur, dan meningkatkan efektivitas pengobatan antijamur lainnya. Kadang-kadang
menimbulkan kontak dermatitis pada saat penggunaan pada pasien.
Kortikosteroid kadang-kadang
ditambahkan pada bermacam obat tetes kombinasi ototopikal untuk mengurangi
inflamasi dan gatal-gatal berkaitan dengan infeksi telinga akut. Kortikosteroid
dapat pula digunakan untuk pengobatan pertama dermatosis pada kanal eksternal
telinga, terutama psoriasis dan dermatitis seboreika.
Pembuatan sediaan otik ini didasarkan pada pembuatan sediaan steril sehingga cara sterilisasi dan teknik aseptik yang digunakan sama dengan cara sterilisasi dan teknik aseptik untuk preparasi obat steril, seperti injeksi.
Pembuatan sediaan otik ini didasarkan pada pembuatan sediaan steril sehingga cara sterilisasi dan teknik aseptik yang digunakan sama dengan cara sterilisasi dan teknik aseptik untuk preparasi obat steril, seperti injeksi.
2.4 Cara Penggunaan Tetes Telinga
(Menyuruh orang lain untuk
membantumu menggunakan tetes telinga ini akan membuat prosedur menjadi lebih
mudah)
1.Bersihkan telingamu dengan
kapas wajah yang basah kemudian keringkan telingamu.
2.Cuci tanganmu dengan sabun dan
air
3.Hangatkan tetes telinga
mendekati suhu tubuh dengan cara memegang wadahnya dalam tanganmu selama
beberapa menit
4.Jika tetes telinga merupakan
suspensi yang berkabut, kocok botol dengan baik selama 10 detik
5.Periksa ujung penetes untuk
meyakinkan bahwa tidak pecah atau retak
6.Tarik obat ke dalam penetes
7.Miringkan telinga yang
terinfeksi ke atas atau ke samping
8.Hindari menyentuh ujung penetes
pada telinga atau apapun, tetes telinga dan penetesnya harus tetap terjaga
bersih
9.Teteskan sejumlah yang benar ke
telinga. Kemudian tarik penetesnya dari telinga agar tetesannya dapat turun ke
saluran telinga.l
10.Tahan agar telingamu tetap
miring selama beberapa menit atau masukkan kapas telinga yang lembut ke dalam
telingamu.
11.Letakkan kembali penetesnya
pada botol dan tutup kencang penutupnya. 12.Cuci tanganmu untuk menghilangkan
bahan-bahan obat yang mungkin ada.
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Tetes
telinga adalah bentuk larutan, suspensi atau salep yang digunakan pada telinga
dengan cara diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil ke dalam saluran
telinga untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk mengobati
infeksi, peradangan atau rasa sakit.
Penggunaan obat tetes telinga untuk antibiotic (cloramphenikol)
melunakkan malam, membersihkan telinga setelah pengbatan,
mengeringkan permukaan dalam telinga yang berair, antiseptic serta anestesi.
Dalam pembuatannya kita perlu perhatikan :
1.
Pembawa air ataugliserol
2.
Viskositas.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam penggunaan obat tetes telinga harus diperhatikan cara penggunaannya, supaya tidak menimbulkan efek samping yang berlebihan.
3 komentar:
Artikelnya sangat bermanfaat
terimakasihhh...
semoga dapat membantu :p:
heheh
terimakasih
Obat herbal alami
infeksi telinga
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g:
:h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p:
Posting Komentar
Teman-teman yang baik hati,,
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir diblog sederhana ini.
Blog ini saya buat untuk memudahkan sobat sekalian dalam mencari tugas.
Data yang dikumpulkan dari tugas-tugas kampus yang saya miliki juga meminta ijin men"COPAS" tulisan milik oranglain tentu dengan menyertakan sumbernya.
Saya harap kalian dapat meninggalkan pesan, komentar, kritik, saran atau beberapa patah kata guna menghargai blog ini.
Jangan lupa di follow yahh... ^^
Terimakasih ^^