Selasa, 11 November 2014

Contoh : Flow Material Tablet Rifampisin Salut Film

PT. Three Pharm Industries
Rifafil® Tablet Salut Film
I.        LATAR BELAKANG PERUSAHAAN
A.    Sejarah Perusahaan
PT. Three Pharm Industri berdiri pada tanggal 31 Juli 1989, yang bergerak dalam bidang perdagangan dalam negeri.  Semula namanya adalah “Byak Trans”. Kemudian seiring berjalannya waktu industry perdagangan Three Pharm meluaskan cakupan perusahaan hingga ke luar negeri. Dengan melihat peluang pasar dalam bidang kesehatan sangatlah besar, pada tahun 2000 ThreePharm Industri memperluas bidang usahanya selain perdagangan dalam dan luar negeri, juga sebagai industry manufaktur farmasi, barulah saat itu nama “Byak Trans” digantikan menjadi “Three Pharm”. Saat ini perusahaan dipimpin oleh anak pertama dari pemilik perusahaan, Irma Tristanti.



Gambar.1 Logo ThreePharm Industri
Arti logo PT. Three Pharm:
1.      Warna hijau di dalam menggambarkan perdagangan cakupan dalam negeri.
2.      Warna hijau di luar menggambarkan perdagangan cakupan luar negeri. Jika digabung arti kedua warna hijau tersebut, menggambarkan  salah satu visi  kami yaitu, “Melindungi alam melalui alam”. Artinya kami berusaha menjaga alam, dengan meperkecil volume limbah yang dihasilkan, meskipun kami bukannlah Industri obat bahan alam. Hijau, ramah lingkungan, modern.
3.      Warna biru ditengah merupakan hubungan kerja sama diantara keduanya kami yang kami dasari dengan kepercayaan dan kenyamanan. Kepercayaan antara kami dan pelanggan (pelanggan). Kenyamanan yang timbul sehingga terjalinnya kerjasama secara kontinyu. Kami mengutamakan pelanggan sebagai mitra kerja
4.      Bentuk dari logo merupakan 3 lingkaran yang disusun dimana kami berharap kualitas perusahaan kami terus berkembang dan semakin maju.
5.       Angka 3 (tiga) merupakan nama perusahaan.
6.      Disamping angka 3 (tiga) terdapat gambar yang bisa diartikan dalam 2 hal:
a.       sebagai tangan yang sedang menangkap : perusahaan kami berusaha menarik perhatian pelanggan dengan terus berinovasi dalam pengembangan produk. Juga budaya berpikir out of the box, smart, dan kreatif untuk membangun produk unggulan
b.      Symbol 3 jari (1. Be Nature; 2. Behavior; 3. Believe)

Three Pharm (awalnya “Byak Trans”) didirikan dihadapan notaris berdasarkan akta tertanggal  3 April 1989 dan baru disahkan pada tanggal 31 Juli 1989. Adapun surat-surat yang telah dimiliki oleh perusahaan ini adalah:
1)   Surat Keterangan Domisili Perusahaan No.03/X/03-04/1989  dari Kelurahan Fandoi, Biak.
2)   Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dari pihak Kantor Pelayanan Pajak Kota Biak No. 5/8-11/PP/X/1989.
3)   Tanda Terdaftar Perusahaan dari Departemen Perindustrian Republik Indonesia dengan No. 0803071990 tanggal 8 November 1990.
4)   Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dari Departemen Perdagangan Republik Indonesia dengan No. 12.950/05-12/PP/1990 tanggal 5 Desember 1990.

Three Pharm Industrie, juga telah terdaftar di BPEN (Badan Pengembangan Ekspor Nasional) sebagai salah satu perusahaan pengekspor Sediaan Obat Jadi  sejak tahun 2003. Setiap tiga bulan pihak BPEN melakukan pengawasan dan pengambilan data kegiatan ekspor PT. Three Pharm Industri. Beberapa negara tujuan ekspor antara lain Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya.


B.       Lokasi, Bangunan, serta Sarana Penunjang
1.      Lokasi
Three Pharm Industries terletak di kota Biak, Papua. Terletak strategis di dekat pelabuhan. Menempati area seluas 60.000m2 dengan kawasan produksi seluas 40.000 m2.

2.      Fasilitas Pabrik
Dengan standar pabrik CPOB ( Standard pabrik Farmasi ), maka fasilitas yang ada di Three Pharm antara lain :
a.       Laboratorium meliputi :
-          Laboratorium Instrumentasi
-          Laboratorium Farmakologi
-          Laboratorium Formulasi
-          Laboratorium Farmakognosi
-          Laboratorium Stabilitas
-          Laboratorium Kimia,
yang dilengkapi peralatan HPLC (High Pressure Liquid Chromatography), GC ( Gas Chromatography ) dan TLC Scanner (Thin Layer Chromatography). Keseluruhan laboratorium tersebut dibangun di atas lahan seluas 1200 m².
b. Pengolahan air limbah
c. Perpustakaan
d. Klinik Holistik
C.    Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi Three Pharm Industries oleh Direktur utama yang membawahi Manajer Marketing, Manajer Keuangan, Manajer HRD, Manajer QA, dan Manajer Perencanaan. Manajer Perencanaan membawahi Manajer Produksi, Manajer Teknisi, Manajer PPIC, Manajer QC, dan Manajer R&D.
Gambar 2. Struktur Organisasi

Secara garis besar masing-masing bagian dapat dijelaskan seperti berikut :
1.  Manajer Produksi, bertugas:
a)      Merencana pelaksanaan proses produksi
b)      Mengkoordinir masalah pengaturan tenaga di bagian produksi
c)      Bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan produksi
d)     Membuat laporan pertanggungjawaban terhadap pimpinan produksi
e)      Bekerjasama dengan unit lain dalam rangka melaksanakan kegiatan  produksi
2. Manajer Product Planning Inventory Control (PPIC), bertanggung jawab untuk merencanakan, mengatur dan mengontrol semua proses produksi.
3. Manajer Quality Assurance (QA), bertanggung jawab dalam menjamin mutu produk. Tugas dari Manajer QA :
a)      Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pemeriksaan yang berlangsung dibagian produksi dan di laboratorium mikrobiologi.
b)   Menganalisa hasil pemeriksaan yang berlangsung di bagian produksi dan dilaboratorium mikrobiologi.
c)      Membuat laporan hasil Analisa kepada Manajer laboratorium.
d)     Melakukan Pengawasan internal di bagian produksi.
4. Manajer Research and Development (R & D), bertanggung jawab dalam hal penelitian dan pengembangan produk. Tugas dari Manajer R & D antara lain :
a)      Sebagai koordinator dan bertanggung jawab penuh terhadap seluruh kegiatanpenelitian dan pengembangan jamu dan obat yang berlangsung di perusahaan.
b)     Memeriksa semua laporan-laporan yang diterima dari laboratorium untuk dibuat dan disampaikan kepada pimpinan (Direktur dan Konsultan).
c)      Mengadakan hubungan dengan konsultan, instansi pemerintahan, institusi dan pihak luar yang berhubungan dengan R & D.
5.   Manajer Lingkungan, yang bertanggung jawab mengelola departemen lingkungan dalam mengendalikan lingkungan dan pengolahan limbah. Tugas dan tanggungjawabnya adalah sebagai berikut :
a)      Mengatur dan bertanggung jawab penuh terhadap masalah proses limbah produksi baik limbah cair maupun limbah padat.
b)      Melakukan evaluasi dan estimasi terhadap proses yang berlangsung dan melakukan langkah-langkah pengembangan yang lebih baik dan ekonomis.
c)      Melakukan pengoperasian pendistribusian sistem utilitas yang menjadi sarana pendukung proses limbah seperti pengaturan air, steam, tekanan udara, coolingtower dan lain sebagainya.
 6. Manajer Teknik, bertanggung jawab untuk memimpin departemen teknik yang        berkaitan dengan kerusakan dan perbaikan listrik, mesin dan kelengkapannya.
7. Manajer Budidaya Pertanian, bertanggung jawab dalam pembudidayaan dan pelestarian tanaman obat selain itu juga bertanggung jawab untuk melakukan berbagai macam penelitian dan percobaan tanaman.
8. Manajer Umum, bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan yang mendukung produksi seperti penyediaan tenaga kerja, menyediakan sarana dan prasarana, juga bertanggung jawab untuk mengkoordinasi kegiatan manajerial.
9.  Manajer Keuangan, bertanggung jawab dalam merinci dan memberikan laporan keuangan yang sifatnya khusus.
10. Manajer Akuntansi, bertanggung jawab untuk perician dan pemberian laporan keuangan yang sifatnya umum.
11. Manajer Pembelian, bertanggung jawab terhadap pembelian barang-barang untuk kepentingan produksi.



II.    FORMULA
Formula Tablet Salut Film Rifampisin
A.    Rancangan Formula
Tiap 1 tablet (500mg) mengandung:
-          Rifampisin                   300 mg (Bahan Aktif)
-          Amylum manihot        10%     (Penghancur)
-          Talk                             5%       (Glidan)
-          Polivinil pirolidon       10%     (Pengikat)
-          Mg Stearat                  1%       (Antiadheren)
-          Laktosa       ad            100%   (Pengisi)
B.     Master Formula
-          Nama produk              :           Rifafil®  Tablet
-          Jumlah produk                        :           100.000 tablet  (@300mg dalam 500mg)
-          Tanggal formulasi       :           3 April 2014
-          Tanggal produksi        :           21 April 2014
-          No Reg                        :           DKL 1233409919 A1
-          No. Batch                    :           K04212014
Tabel.1. Master Formula Rifafil® Tablet
Rifafil® Tablet
No.
Kode Bahan
Nama Bahan
Fungsi Bahan
Jumlah
Tiap Tablet
Tiap Batch
1
RF-01
Rifampisin
Bahan Aktif
300mg
30.000 kg
2
RF-01
Amylum manihot
Penghancur
50mg
5000kg
3
RF-03
Talk
Glidan
25mg
2500kg
4
RF-04
Polivinil pirolidon
Pengikat
50mg
5000kg
5
RF-05
Mg. Stearat
Antiadheren
5mg
500kg
6
RF-06
Laktosa
Pengisi
70mg
7000kg

C.    Perhitungan Bahan
1.      Komposisi tiap tablet (500mg)
-          Rifampisin                               = 300mg
-          Amylum manihot                    =  
-          Talk                                         = 
-          Polivinil pirolidon                   =
-          Mg Stearat                              =
-          Laktoa                                     = 500mg – 430m = 70mg
2.      Komposisi tiap batch :
-          Rifampisin               
Tiap tablet mengandung 300 mg
100.000 × 300mg = 15.000.000 mg = 15.000 Kg
-          Amylum manihot 
Tiap batch : 100.000 × 50mg = 2.500.000 mg = 2500Kg
-          Talk                            
Tiap batch : 100.000 × 25mg = 1.250.000 mg = 1250Kg
-          Polivinil pirolidon                           
Tiap batch : 100.000 × 50mg = 2.500.000 mg = 2500Kg
-          Mg Stearat                 
Tiap batch : 100.000 × 5mg = 250.000 mg = 250Kg
-          Laktosa      
Tiap batch : 100.000 × 70mg = 3.500.000 mg = 3500Kg
D.    Kemasan
Tiap batch = 100.000 tablet
1 strip        = 10 tablet
1 dos         = 2 strip
1 batch      = 5000 dos
E.     Alasan Pembuatan Sediaan
Tujuan pembuatan tablet salut film pada sediaan rifampisin untuk menutupi  rasa dan bau  khas yang dapat mengganggu konsumen.
F.     Alasan Penggunaan Eksipien
Kompatibilitas rifampicin dipelajari dengan, ekstrusi bantuan laktosa 200mesh; disintegrants dan super disintegrants pengikat polivinil pirolidon-(PVP K-90) Campuran bahan memiliki sifat alir yang baik, efek lubrikan yang baik, kompresibilitas yang baik

III. FLOW MATERIAL TABLET SALUT FILM RIFAMPISIN
A.    Flow Material
Salah satu kegiatan yang berperan penting dan harus diperhatikan dalam suatu industri farmasi yaitu flow material yang merupakan semua pergerakan bahan baku atau alur yang dilewati sampai menjadi produk jadi atau jalannya produksi mulai dari pengadaan bahan baku, pembelian, perencanaan produksi, produksi, pengemasan, penyimpanan hingga obat jadi yang siap didistribusikan (Priyambodo, 2007).
Flow material adalah alur pembuatan obat, mulai dari proses pembelian bahan baku, proses produksi menjadi produk antara, produk jadi yang siap dipasarkan. Flow Material Management meliputi pembelian/ purchasing, transportasi, inventory Stock, pergudangan/warehousing dan distribusi (BPOM,2006).
Aliran materi dalam suatu industri berlangsung secara berurutan menurut proses produksi suatu sediaan. Setiap tahap yang dilalui oleh bahan selalu dikontrol dan diawasi secara ketat sehingga obat yang dihasilkan selalu bermutu tinggi. Pekerjaan ini dilakukan oleh bagian khusus yang terdapat dalam industri, yaitu quality control (QC) (Fatmawaty, 2010).

B.     Tablet Salut Film
a.      Tablet
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet bersalut selaput (film coating) adalah tablet yang dilapisi lapisan selaput tipis dengan zat penyalut yang dikenakan atau disemprotkan pada tablet. Sebagai zat penyalut digunakan Na CMC, Asetatftalat selulosa, Hidroksi etil selulosa dengan bermacam-macam perbandingan dalam campuran PEG dan Polivinilpirolidon dalam pelarut alkohol atau terdispersi dalam Isopropanol dengan tambahan Span dan Tween
b.      Metode Pmebuatan Tablet
Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan tekanan baja, tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran.
Tablet adalah sediaan kompak yang dibuat secara kempa cetak, dalam tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengikat, zat pelicin, zat penghancur atau zat lain yang cocok.
c.       Ketentuan-ketentuan Tablet
Syarat-syarat tablet menurut Farmakope Indonesia edisi IV adalah sebagai berikut:
1. Keseragaman ukuran.
2. Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga  kali tablet.
3. Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan.
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot jika zat aktif merupakan bagian terbesar dari tablet yang cukup mewakili keseragaman kandungan. Keseragaman bobot bukan merupakan indikasi yang cukup dari keseragaman kandungan jika tablet bersalut gula. Oleh karena itu, umumnya Farmakope mensyaratkan tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji keseragaman kandungan yang pengujiannya dilakukan pada tiap tablet.
4. Waktu hancur
Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan per oral, kecuali tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan. Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang ditetapkan pada masing-masing monografi. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna
5.  Disolusi
Disolusi adalah suatu proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat kedalam larutan suatu media. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang terlarut dan memberikan efek terapi didalam tubuh. Kecepatan absorbsi obat tergantung pada cara pemberian yang dikehendaki dan juga harus dipertimbangkan frekuensi pemberian obat.

6. Penetapan kadar zat aktif
Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah kadar zat aktif yang terkandung didalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-masing monografi. Bila zat aktif obat tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak akan memberikan efek terapi dan juga tidak layak untuk dikonsumsi.
C.    Rifampisin
Rifampisin adalah turunan semisintetik dari Rifamisin B, suatu antibiotika yang diturunkan dari Streptomyces meditarranei. Sebagai Anti Infeksi Mekanisme kerjanya menghambat sintesis RNA bakteri dengan mengikat subunit beta dari DNA-dependent RNA polymerase, menghambat transkripsi RNA.

Gambar.3 Struktur Rifampisin
a.      Nama Generik
Rifampisin
b.      Nama Kimia
5,6,9,17,19,21-hexahydroxy-23-methoxy-2,4,12,16,18,20,22-heptamethyl-8-[N-(4-methyl-1-piperazinyl)formimidoyl]-2,7-(epoxypentadeca [1,11,13]trienimino)naphtho[2,1-b]furan-1,11(2H)-dione21-acetate
c.       Struktur Kimia
C43H58N4O12
d.      Sifat Fisikokimia
Rifampisin merupakan serbuk kristal merah-coklat dan sangat sedikit larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol. Obat ini mempunyai pKa 7,9;Larut dalam kloroform, DMSO, etil asetat, metanol, tetrahidrofuran.;Dalam perdagangan, rifampisin tersedia dalam bentuk serbuk steril untuk injeksi mengandung Natrium formaldehid, sulfoksilat, natrium hidroksida yang ditambahkan untuk mengatur pH.;Dalam perdagangan sediaan oral rifampin tersedia sebagai obat tunggal, dalam bentuk kombinasi tetap dengan isoniazid, serta dalam kombinasi tetap dengan isoniasid dan pirazinamid.
e.       Farmakologi
Durasi : < 24 jam;Absorbsi : Oral : diabsorpsi dengan baik; makanan dapat mengakibatkan penundaan absorpsi (delay) atau sedikit menurunkan kadar puncak ;Distribusi : sangat lipofilik , dapat menembus sawar darah otak (bood-brain barrier) dengan baik ;Difusi relatif dari darah ke dalam cairan serebrospinal : adekuat dengan atau tanpa inflamasi ;CSF : inflamasi meninges : 25%;Metabolisme : Hepatik; melalui resirkulasi enterohepatik ;Ikatan protein : 80% ;T ½  eliminasi : 3-4 jam; waktu tersebut akan memanjang pada gagal hepar; gagal ginjal terminal : 1,8-11 jam.;Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: oral : 2-4 jam;Ekskresi : Feses (60% - 65%) dan urin (~ 30%) sebagai obat yang tidak berubah
f.       Stabilitas Penyimpanan
Serbuk rifampisin berwarna merah kecoklatan.;Vial yang utuh harus disimpan pada suhu kamar dan dihindarkan dari cahaya dan panas yang berlebihan. Rekonstitusi serbuk untuk injeksi dengan SWFI; untuk injeksi larutkan dalam sejumlah volume yg tepat dengan cairan yang kompatibel (contoh : 100 ml D5W).;Vial yang telah direkontitusi stabil selama 24 jam pada suhu kamar.Stabilitas parenteral admixture pada penyimpanan suhu kamar (250C) adalah 4 jam untuk pelarut D5W dan 24 jam untuk pelarut NS
g.      Kontra Indikasi
Hipersensitivitas terhadap rifampisin atau komponen lain yang terdapat dalam sediaan; penggunaan bersama amprenavir, saquinafir/rotonavir (kemungkinan dengan proease inhibitor), jaundice (penyakit kuning)
h.      Efek Samping
Gangguan saluran cerna seperti anoreksia, mual, muntah, diare (dilaporkan terjadi kolitis karena penggunaan antibiotika); sakit kepala, drowsiness; gejala berikut terjadi terutama pada terapi intermitten termasuk gelala ;mirip influenza ( dengan chills, demam, dizziness, nyeri tulang), gejala pada respirasi (termasuk sesak nafas), kolaps dan shock, anemia hemolitik, gagal ginjal akut, dan trombositopenia purpura; gangguan fungsi liver, jaundice(penyakit kuning); ;flushing, urtikaria dan rash; efek samping lain dilaporkan : edema, muscular weakness dan myopathy, dermatitis exfoliative, toxic epidermal necrolysis, reaksi pemphigoid, leucopenia, eosinophilia, gangguan menstruasi; urin, saliva dan sekresi ;tubuh yang lain berwarna orange-merah; tromboflebitis dilaporkan pada penggunaan secara infus pada periode yang lama.
i.         Interaksi Makanan
Makanan menurunkan absorbsi; konsentrasi rifampin dapat diturunkan jika digunakan bersama dengan makanan;Hindari ethanol (dapat meningkatkan resiko hepatotoksisitas);St. John’s wort dapat menurunkan kadar rifampisin
j.        Interaksi Obat
Efek Cytochrome P450 : substrat CYP2A6, 2C8/9, 3A4 (major) ; Induksi CYP1A2 (kuat) ,2A6 (kuat), 2B6 (kuat), 2 C8/9(kuat), 2C19 (kuat), 3A4 (kuat).;Meningkatkan efek/toksisitas : Rifampisin dapat meningkatkan efek terapeutik clopidogrel, penggunaan bersama dengan isoniazid pyrazinamide;atau protease inhibitor (amprenavir saquinavir/ritonavir) dapat meningkatkan resiko hepatotoksisitas; antibiotika makrolida dapat meningkatkan kadar/toksisitas rifampin.;Menurunkan efek : Rifampisin dapat menurunkan efek/kadar obat-obat berikut: asetaminofen, alfentanil, amiodaron,angiotensin II receptor blocker (irbesartan dan losartan), 5-HT3 antagonis, antifungi imidazol,;aprepitant, barbiturat, benzodiazepin (dimetabolisme melalui oksidasi), beta blocker, buspiron, calsium channel blocker, kloramfenikol, kortikosteroid, siklosporin; substrat CYP1A2, 2A6, 2B6, 2C8/9, 2C19 DAN 3A4 ;(contoh : aminofilin, amiodaron, bupropion, fluoksetin, fluvoksamin, ifosfamid, methsuksimid, mirtazapin, nateglinid, pioglitazon, promethazin, inhibitor pompa proton, ropinirol, rosiglitazon, selegilin, sertralin, teofilin, venlafaxin dan zafirlukast; ;dapson, disopiramid, kontrasepsi estrogen dan progestin, feksofenadin, flukonazol, asam fusidat, HMG-CoA reductase inhibitor, metadon, morfin, fenitoin, propafenon, inhibitor protease, quinidin, repaglinid, ;inhibitor reverse transkriptase (non-nucleoside), sulfonilurea, takrolimus, tamoksifen, terbinafin, tocainide, antidepresan trisiklik, warfarin,zaleplon, zidovudin, zolpidem. Efek rifampisin diturunkan oleh inducer CYP2A6, 2C8/9, ;dan 3A4 (seperti : aminoglutethimide, barbiturat, karbamazepin, nafcillin, nevirapin dan fenitoin)

IV. PERENCANAAN DAN PENGADAAN BAHAN BAKU
Komponen  terbesar dalam pembiayaan produksi pada industri manufaktur farmasi adalah biaya pengadaan barang, termasuk di dalamnya adalah pengadaan awal (starting material;bahan baku) yang terdiri dari bahan aktif, bahan pembantu, bahan pengemas.
Yang berperan dalam perencanaan dan pengadaan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk keperluan produksi yaitu  Perencanaan, Produksi dan Pengendalian Investasi (PPPI)., berdasarkan forecast marketing dan mempertimbangkan kapasitas produksi. Bagian PPIC bertugas menghubungkan antara bagian produksi dengan bagian marketing. Pengadaan dilakukan berdasarkan pemesanan dari bagian produksi dan marketing, setelah itu bagian PPIC membuat nota pemesanan bahan dimana pengadaan bahan ini harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari manajer.
Salah satu faktor penting dalam perencanaan dan pengadaan bahan yaitu pemilihan supplier, dasar pertimbangan dalam pemilihan supplier, diantaranya sebagai berikut :
a.       Kualitas bahan yang dipesan. Hal ini dapat diketahui dari Certificate Of Analysis (COA) yang disertakan pada pembelian dan sample.
b.      Kontinuitas atau kesanggupan supplier dalam menyuplai barang secara berkelanjutan.
c.       Delivery time (yaitu waktu dari supplier mengirim barang sampai ke tempat tujuan)
d.      Layanan purna jual, sepertinya adanya tanggapan atas keluhan yang diajukan perusahaan
e.       Kemudahan dalam melakukan pembayaran

V. BAHAN BAKU
A.    Material
Material adalah semua bahan awal (BB) baik zat aktif, zat tambahan, reagensia, pelarut bahan pembantu proses produksi antara bahan pengemas dan bahan penandaan (label).
B.     Bahan Baku
Bahan baku merupakan  semua bahan yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang  berubah maupun tidak berubah yang digunakan dalam pengelolaan obat.



Tabel.2 Daftar Suplier Bahan Baku
No.
Kode Bahan
Nama Bahan
Pemasok
Negara
1
RF-01
Rifampisin
Mumbay Industrial
India
2.
RF-01
Amylum manihot
Mumbay Industrial
India
3.
RF-03
Talk
Mumbay Industrial
India
4.
RF-04
Polivinil pirolidon
Mumbay Industrial
India
5.
RF-05
Mg. Stearat
Mumbay Industrial
India
6.
RF-06
Laktosa
Mumbay Industrial
India
7.
BP-01
Bahan Pengemas (Strip)
Mumbay Industrial
India
8.
BP-02
Bahan Pengemas (Box)
Mumbay Industrial
India
9.
BP-03
Bahan Pengemas (Master Box)
Mumbay Industrial
India


Gambar 4. Bagan Pengadaan dan Pemeriksaan Bahan Baku


Hal-hal yang harus diperhatikan :
1.        Pengambilan sampel bahan baku dilakukan secara acak pada bagian atas, tengah, dan bawah dari wadah. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan alat thief sampler.
2.        Pengambilan sampel dilakukan secara acak untuk setiap batch dengan rumus √n+1. Untuk bahan yang identitasnya kurang jelas, wadah kotor, pabrik pembuat berbeda dari biasanya, atau bahan berasal dari supplier yang baru maka sampling dilakukan terhadap semua wadah dalam batch.
3.        Pengambilan contoh baru dilakukan dalam ruang sampling dengan tepat untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Hal-hal yang perlu  diperhatikan  adalah sebagai berikut :
a)      Sebelum sampling dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah segel/ditutup wadah masih utuh.
b)      Alat sampling harus bersih.
c)      Selesai sampling wadah segara ditutup rapat dan diberi penandaan.
Setiap melakukan pengujian bahan baku dilengkapi dengan catatan pengujian (testing order) atau catatan hasil pengujian yang ditandatangani oleh Quality Control (QC) manager dan disetujui oleh Quality Assurance (QA). Bahan baku yang telah lulus seleksi diberi label “diluluskan” yang berwarna hijau, dan jika tidak sesuai dengan spesifikasi diberi label merah “ditolak.
Selain itu bagian analisa mengeluarkan lembar “disposisi QC” yang menerangkan status bahan baku. Disposisi ini dibuat rangkap 2 dimana tembusannya diserahkan ke bagian Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan (PPPP) untuk perencanaan produksi dan bagian keuangan untuk pembayaran.
Pemeriksaan  mutu bahan kemas, selain pemeriksaan mutu   bahan baku perlu dilakukan pemeriksaan mutu bahan kemas. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menjamin bahwa bahan kemas yang digunakan benar-benar sesuai spesifikasi yang ditentukan. Tujuan yang ingin dicapai adalah bahan pengemas tersebut dapat melindungi sediaan obat.
Pengujian terhadap bahan kemas meliputi label, brosur, wadah karton, alumuinium foil, botol dan tutup botol. Pengawasan dilakukan terhadap penampilan fisik wadah, kesesuaian bahan dan hasil cetakan dengan spesifikasi yang telah ditentukan (warna, penandaan, desain dan bentuk). Sistem pemberian label bahan kemas sama dengan pada bahan baku.
Jika pemeriksaan bahan kemas telah selesai dilakukan maka bagian analisa akan mengeluarkan  lembar “disposisi QC” yang berisi hasil pemeriksaan untuk disampaikan ke bagian keuangan untuk pembayaran dan ke bagian PPPP untuk perecanaan produksi. Apabila bahan kemas tidak memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan, maka dikembalikan ke supplier dengan dokumen nota retur barang.
Semua bahan yang diterima harus mempunyai catatan yang lengkap yaitu:
-       Nama bahan awal.
-       Nama produsen bahan awal.
-       Nama pemasok.
-       Tanggal penerimaan.
-       Jumlah bahan awal.
-       Nomor bets.
-       Nama penerima.
-       Tanggal kedaluwarsa (bila ada).
-       Nomor faktur.
-       Lokasi penempatan di gudang.
Wadah dari bahan awal yang sudah dilakukan pengambilan contoh, harus diberi penandaan yang berisi antara lain: tanggal pengambilan dan pelaksana pengambilan contoh.


VI. GUDANG PENYIMPANAN BAHAN BAKU
Proses penyimpanan dilakukan digudang penyimpanan. Persediaan bahan baku dengan sistem FIFO , masuk pertama keluar pertama. Hal ini dilakukan guna tidak adanya bahan baku yang menumpuk atau tersimpan terlalu lama yang berakibat pada rusaknya bahan baku. Dalam ruang penyimpanan bahan baku harus memenuhi syarat :
a)      Bahan masuk benar
b)      Bahan baku harus bersih
c)      Bahan baku harus disimpan dalam bentuk kering
Selain itu adapun tata laksana gudang penyimpanan, yaitu kebersihan gudang harus terjaga dan kelembaban serendah mungkin atau dapat dipastikan kering. Selain untuk penyimpanan gudang juga berfungsi untuk melindungi bahan dari pengaruh luar dan melindungi obat dari kerusakan. PT. Indofarma Tbk memiliki gudang khusus untuk menyimpan bahan aktif dalam pembuatan sediaan beta laktam yang terletak pada gedung tiga sedangkan untuk bahan tambahannya diletakkan pada gudang umum. Gudang bahan kemas dan produk jadi terletak pada satu gedung.
Terdapat tiga area pada masing-masing gudang bahan baku, bahan kemas dan produk jadi yaitu:
a.         Quarantine Area, yaitu area tempat penyimpanan dengan status karantina dimana barang baru diterima dari supplier dan di karantina sambil menunggu hasil analisa dari bagian QC. Barang dalam status ini diberi label berwarna kuning.
b.        Release Area, yaitu area tempat penyimpanan dengan status release adalah barang sudah dianalisa oleh QC dan diberi label Passed berwarna hijau.
c.         Rejected Area, yaitu area tempat peyimpanan dengan status reject adalah barang yang sudah dianalisa oleh QC dan hasilnya tidak memenuhi spesifikasi sehingga ditolak. Barang dalam status ini diberi label Rejected yang berwarna merah.

VII.    ALUR PROSES PRODUKSI
A.    Sebelum proses produksi
Adapun hal-hal yang harus dipenuhi sebelum proses produksi, antara lain :
1.      Personalia
Setiap orang yang terlibat dalam proses pembuatan hendaklah menerapkan prinsip higiene perorangan yang meliputi :
1.            Kesehatan
Setiap orang tidak diperkenankan bekerja atau berada di   daerah produksi bila :          
     Mempunyai luka terbuka, bercak-bercak gatal, bisul atau penyakit kulit
      Mengidap penyakit infeksi pada saluran pernapasan bagian atas, pilek, batuk, alergi serbuk. Karyawan yang mengidap penyakit tersebut hendaklah melapor kepada atasannya.
      Mendapat pemeriksaaan kesehatan secara berkala.
      Sesudah sembuh dari penyakit menular hendaklah diadakan pemeriksaan kesehatan yang sesuai untuk menentukan kelayakan bekerja. Pengawasan hendaklah tanggap terhadap gejala penyakit menular pada karyawan yang bekerja di Bagian produksi,
2.     Kebersihan Perorangan                                                                                             
                          Tiap orang hendaklah melaksanakan kebiasaan kebersihan perorangan seperti :
·      Mandi secara teratur
·      Cuci tangan secara teratur antara lain segera sesudah buang air kecil maupun buang air besar.
·      Rambut hendaklah dipotong pendek dan dipelihara agar senantiasa bersih dan rapi. Dilarang menyisir disemua ruangan kecuali di ruang ganti pakaian.
·      Dilarang memakai perhiasan yang cenderung jatuh masuk ke dalam produk, misalnya anting, kalung, dan perhiasan lain
·      Kosmetik hendaklah sesedikit mungkin.
·      Dilarang memakai bulu mata palsu dan berbagai bahan pembantu kecantikan yang dapat jatuh ke dalam produk.
·      Dilarang berkuku panjang.
3.     Kebiasaan higienis
·         Dilarang mengunyah, makan dan minum di ruangan pengolahan, pengemasan, gudang dan laboratorium
·         Dilarang merokok di ruangan produksi, gudang dan laboratorium.
·         Tanda “DILARANG MEROKOK” hendaklah dipasang di pintu masuk berbagai tempat penting.
·         Dilarang meludah di sembarang tempat terutama di ruang produksi, laboratorium, gudang dll
·         Kebersihan dan keteraturan ruang kerja hendaklah senantiasa dipelihara. Ruangan hendaklah segera dibersihkan sebelum mulai dengan pekerjaan jenis lain
·         Lemari pakaian hendaklah dipelihara agar senantiasa bersih dan rapi.
4.   Pakaian bersih
Pakaian bersih digunakan baik untuk melindungi pelaksana produksi terhadap produk maupun produk terhadap orang. Termasuk dalam hal ini adalah pakaian dalam dan sepatu yang bersih.
·     Tiap orang yang berada di daerah produksi harus mengenakan pakaian pelindung yang bersih yang khusus disediakan untuk keperluan tersebut.
·     Pakaian kerja bersih dan pelindung lain seperti topi, sarung tangan, pelindung kumis dan janggut, sarung lengan hendaklah dikenakan sesuai petunjuk.
·     Bila menangani bahan berbahaya atau nudah menguap hendaklah mengenakan pakaian dan pelindung tambahan yang sesuai seperti tutup kepala, masker pelindung terhadap debu, kaca mata pelindung.
·     Pakaian kerja tidak boleh digunakan di luar lingkungan pabrik.
·     Pakaian kerja harus senantiasa bersih.
·     Pakaian kerja hendaklah dikenakan secara tepat, kancing dikencangkan sebagaimana mestinya. Kerusakan pada pakaian kerja harus segera diperbaiki.
·     Tutup kepala hendaklah digunakan hingga rambut tertutup dengan baik. Kumis dan / atau janggut hendaklah ditutup seluruhnya.
·     Pakaian kerja hendaklah tidak berkantong di atas pinggang, karena barang-barang yang ada di dalamnya dapat terjatuh ke dalam produk pada waktu pengolahan.
5.  Masker
 Masker yang digunakan pada produksi salep mata harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
·      Mampu menyaring partikel secara maksimal
·      Bebas tirat/serat
·      Dicuci dan disterilkan sebelum digunakan
·      Dikenakan pada saat bekerja dengan bahan berdebu dan pada saat menangani produk yang terbuka
6. Sarung Tangan
     Sarung tangan yang digunakan pada produksi salep mata harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
·        Terbuat dari vinil/lateks, dapat menyaring partikel secara maksimal
·         Bebas bedak/serbuk
·        Sterilkan sebelum digunakan/gunakan yang tersedia di pasaran dalam kondisi steril
·        Didesinfeksi secara berkala paling tidak setiap jam. Misal : dengan etilalkohol 70%
·         Diganti segera bila rusak atau terkontaminasi
·         Dikenakan pada saat menangani produk yang terbuka
7. Alas Kaki 
Alas kaki yang digunakan personil dalam produksi salep mata memenuhi ketentuan sebagai berikut :      
·         Sepatu kerja biasa
·         Mampu menyaring partikel secara maksimal
·         Bebas tirat/serat
·         Dicuci dan disterilkan sebelum digunakan
8. Pelindung rambut
· Dapat menyaring partikel secara maksimal
· Bebas serat
· Ganti 2 -3 kali seminggu
9. Baju kerja
·         Terbuat dari kain yang ditenun dengan multi-filament terusan yang dapat menyaring bakteri dan partikulat udara secara maks.
·         Bebas tirat/serat
·         Lengan panjang, dicuci dan disterilkan sebelum digunakan
·         Penggantian baju dan sarung kaki steril dilakukan di ruang ganti pakaian steril
·         Diganti setiap hari dan apabila terlihat kotor

2.      Ruang Produksi
Pada proses produksi, ada beberapa parameter yang harus diperhatikan karena berpengaruh terhadap mutu akhir produk. Beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah suhu, kelembaban, tekanan udara serta jumlah partikel. Dalam mengendalikan jumlah partikel, perlu pengaturan ruang produksi terhadap jumlah partikel, dimana disesuaikan dengan kondisi proses produksi yang dipersyaratkan.
Ruang produksi untuk pembuatan obat tablet Metronidazole di kelas E yang dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.
Tabel 3. Rekomendasi Jumlah Partikel dalam Ruangan Produksi Kelas E - G
Kelas
Non operasional
Keterangan
Jumlah maksimum partikel / m3 yang diperbolehkan untuk kelas setara atau lebih tinggi dari
0,5 µm
5 µm

E
3.500.000
20.000
Jumlah mikroba ditetapkan oleh masing-masing indstri farmasi, misal : ruang pengolahan dan pengemasan primer

F
Tidak ditetapkan
Tidak ditetapkan
Ruang pengemasan sekunder yang tidak berhubungan langsung dengan area luar, untuk memasuki ruang ini disarankan melewati suatu ruang penyangga atau ruang lain.
G
Tidak ditetapkan
Tidak ditetapkan
Ruang penyimpanan (gudang)

Untuk menentukan cemaran mikroba dalam suatu ruangan dapat melalui media expose, air sample, dan contact plate. Mikroba (bakteri dan jamur) dalam suatu ruangan yang tidak terkendali dapat mencemari produk yang diolah dalam ruangan tersebut. Berikut ini syarat jumlah mikroba dalam ruangan produksi.
Tabel 4. Syarat jumlah mikroba dalaam ruang produksi kelas A-D
Kelas
Batas yang disarankan untuk cemaran mikroba
Operasional
Sampel udara cfu/m3
Cemaran dapar (dia 90 m) cfu/4am
Cemaran kontak (dia 55mm) cfu/plate
Sarung tangan  5 jari cfu/sarung tangan
A
< 1
< 1
< 1
< 1
B
10
5
5
5
C
100
50
25
-
D
200
100
50
-

Perancangan bangunan dan tata letak ruang produksi mempunyai persyaratan-persyaratan tertentu untuk tiap-tiap ruangan. Tekanan udara pada ruang produksi juga telah diatur sesuai dengan CPOB, dimana tekanan udara pada ruang produksi lebih positif dibanding koridor.
Kegiatan produksi tablet  dan pengemasan  primer dilakukan kelas E  dengan jumlah cemaran partikel (non-patogen) ukuran diameter ≥ 0,5μm maximum 3.500.000/m3 partikel dan ukuran diameter ≥ 5 μm maksimum 20.000/m3, jumlah cemaran mikroba operasional tidak ditetapkan, kelembaban relative (RH) Max 70 %, tekanan udara 10-15 Pa, suplai udara menggunakan medium filter dengan efisiensi saringan udara 95%., suhu 20-27oC, dan pertukaran udara 5-20 kali/ jam. Sedangkan produk yang telah dikemas primer dan akan diberi kemasan sekunder dilakukan di kelas F.
3.      Air Handing Unit (AHU)
AHU bertujuan mengatur jumlah partikel, temperatur dan kelembapan udara yang masuk keruang produksi. Udara yang masuk dari ruang produksi adalah udara yang tersirkulasi dimana tahapannya sebagai berikut :
a)Udara segar masuk melalui lubang udara (grill) dan saringan udara yang terdiri dari prefilter dan efisiensi 35%, medium filter 95 %.
b)      Setelah melalui saringan udara, udara akan melewati refrigerator unit (AC) untuk mengatur suhu dan kelembapan udara (maksimal 70%).
c)Setelah itu udara akan melewati blower yang akan mendistribusikan udara tersebut menuju ke ruang produksi melalui ducting.
d)     Udara yang telah terpakai dalam ruang produksi yang mengandung debu-debu dan partikel hasil proses produksi akan bertukaran dengan udara bersih. Udara bersih akan masuk ke ruang Produksi dan udara kotor akan keluar dari ruang produksi.
e)Udara kotor akan keluar melalui dust kolektor 80 % dari udara tersebut akan masuk kembali dalam sirkulasi udara sedangkan 15-20 % akan digantikan dengan udara segar. Udara segar dan udara yang berasal dari ruang produksi akan disirkulasi selanjutnya melalui tahapan-tahapan yang sama.
4.      Water System (Air untuk Produksi)
Air merupakan salah satu komponen penting dalam proses produksi. Sumber air dari air tanah atau air artesis (Deepwell) yang kemudian di olah menjadi berbagai jenis air. Urutan proses pengolahan air terdiri dari Pre treatment dan Water treatment.
Oleh karena itu dibuat water treatment atau water sistem yang mekanisme kerjanya yaitu  raw water diperoleh dari PDAM, sumur dangkal, dan sumur dalam. Purified water terdiri dari multi media filter, carbon filter, water sosftener, heat exchanger, mikro filter, ultrafiltration (Reverse Osmosis/RO) dan elektrodionitation. Air yang digunakan pada PT. Indofarma Tbk adalah purified water.
5.      Peralatan
Sebelum proses produksi bagian QC harus memeriksa sanitasi dan hygiene ruangan dan peralatan serta mesin sudah terkualifikasi. Setelah semua hasil pemeriksaan memenuhi persyaratan maka peralatan, mesin, dan ruangan diberi label “CLEANED” yang artinya siap untuk digunakan dalam proses produksi.
Quality Control bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan terhadap mesin, peralatan, dan ruangan sebelum dan sesudah proses produksi. Peralatan dibersihkan bagian luar maupun bagian dalam sesuai prosedur  yang telah ditetapkan, serta dijaga dan disimpan dalam kondisi bersih setelah digunakan. Sebelum digunakan, kebersihannya diperiksa lagi untuk memastikan bahwa seluruh produk atau bahan dari batch sebelumnya telah dihilangkan. Untuk memastikan bahwa mesin atau peralatan sudah bersih maka dilakukan metode apus (swab sampling methode) atau pembilasan akhir.
Setelah bahan baku, personalia, ruangan dan peralatan telah memenuhi persyaratan, dan QC sudah memberi label “Release” untuk bahan baku dan label “bersih” untuk peralatan dan ruangan, maka bagian departemen produksi bekerja sama dengan QC untuk melakukan proses produksi.










B.     Produksi Tablet Salut Film Rifampisin (Rifafil®)
1.     

IPC
 
Produksi Tablet Rifampisin dengan Metode Kempa Langsung
 












Gambar.6. Diagram Alir Pembuatan tablet Salut Film Rifampisin dengan Metode Kempa Langsung
a.Penimbangan
·   Bahan baku yang masuk ke ruang penimbangan adalah bahan yangn digunakan hanya untuk produk Rifafil. Hal ini untuk mencegah terjadinya mix up.
·   Penimbangan dilakukan di ruang Laminar Air Flow dalam keadaan bersih dan dilakukan oleh 2 orang. Ruang LAF harus dinyalakan terlebih dahulu selama 30 menit sebelum dilakukan penimbangan, hal ini bertujuan conditioning, sehingga kondisi dalam LAF sesuai persyaratan.
·   Sebelum penimbangan, petugas harus memeriksa status kalibrasi dari timbangan yang akan digunakan.
·   Dahulukan menimbang bahan tambahan, sedangkan bahan aktif ditimbang terakhir, untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.
·   Supervisor akan memeriksa kembali kesesuaian penimbangan dengan batch record.
·   Sisa bahan disegel kembali kemudian diserahkan ke gudang
b.Pengayakan
      Setelah proses penimbangan, kemudian dilakukan pengayakan untuk menyegaramkan ukuran dan bentuk granul, luas permukaan serta kerapatan granul.
c. Pencampuran Akhir
Bahan-bahan yang telah melalui prses pengayakan dikumpulkan di stuatu drum stainless steel yang diberi label transit berisi nama produk, no. batch, nama material yang ada dalam drum, serta tujuan tahap produksi lalu diletakkan pada staging area. Selanjutkan akan dicampur.
d.Pencetakan
Pencetakan menggunakan msein Korsch. Sebelum pencetakan dimulai, mesin cetak tablet harus dalam keadaan sudah terakualifikasi dan ruang tempat pencetakan harus dalam keadaan bersih. Dilakukan set up mesin sebelum proses pencetakan dimulai. Selama proses pencetakan, pelaksana produksi melakukan pemeriksaan bobot tablet setiap 15 menit dan pemeriksaan kekersan tablet tiap 1 jam. Hasil cetak kemudian dikarantina untuk menunggu hasil pemeriksaan dari laboratorium pengujian meliputi berat, kekerasan, keseragaman kandungan dan disolusi.
2.      Metode Salut Film
Proses pembuatan tablet salut dikerjakan secara bertahap yaitu sealing, subcoating, coloring dan polishing. Penyalutan mengguanak mesin Acella Cota.
a.        TAHAP 1 : SEALING
Tahap ini bertujuan untuk menutup tablet inti dan pengaruh air yang dipakai untuk proses penyalutan. Bahn yag digunakan : shellac bebas arsen dan cellulose acetat phtalat.
b.      TAHAP 2 : SUBCOATINC.
Fungsinya adalah untuk menutup bagian tepi tablet sehingga tablet tidak bcrsudut Selain itu dapat pula berguna untuk mcningkatkan ikatan antara sealcoat dengan sugarcoat. Bahan subcoating terdiri dari : subcoating solution dan subcoating powder
c.       TAHAP 3 : SMOOTHING
Tahap ini bertujuan untuk melicinkan permukaan tablet yang telah selesai disubcoat. Balian yang dipakai sirup gula.
d.      TAHAP 4: COLORING
Tahap ini bertujuaji memberi wama tablet salut sesuai warna yang dikehendaki. Pewarnaan dapat dilakukan dcngan berbagai cara, antara lain dengan mcnggunakan satu macam kadar zal warna, Caranya adalah dengan menambahkan terleblh dahulu larutan pewarna dengan kadar rendah lalu naik dengan kadar tcrtenlu uniuk kcmndlan kcmbali ditambahkan larutan dengan kadar yang rendah.
Macam warna yang digunakan dihagi dalam dua golongan: yang larut dan yang tidak larut air. Pewarnaan dengan zat warna yang tidak larut dalam air akan lebih cepat daripada apabila digunakan zat wama yang larut.
e.       TAHAP 5 : FINISHING
Bertujuan untuk membuat permukaan tablet salut menjadi licin setelah selesai pewarnaan.
f.       TAHAP 6: POLISHING
Tahap ini adalah tahap yang terakhir, dengan tujuan untuk menjadikan permukaan tablet salut menjadi mengkilap dan indah. Bahan yang dipakai : cera carnauba atau PEG dalam pelarut klorofrom.
Beberapa problem yang sering muncul selama proses penyalutan tablet terjadi pada tahap :
-          Sealing
Bahwa penambahan seal coal tidak boleh terlalu banyak tahu juga terlalu sedikit. Apabila jumlah seal coal terlalu sedikit akan berpengaruh pada stabilitas bahan aktif. Akan telapi penambahan berlebihan akan berakibat menghambat hancurnya tablet dan memperlama kecepatan pelarutan tablet,
Selain itu apabila selama proses sealing dilakukan penambahan talk (dengan maksud untuk mencegah perlekatan tablet) dapat berdampak menjadikan permukaan tablet menjadi kasar.
-          Subcoating
Masalah yang sering numcul adalah pennukaan tablet menjadi kasar. Hal ini disebabkan karena:
1)      Penambahan serbuk coating yang berlebihan
2)      Penambahan larutan subcoating terlalu sedikit, atau
3)      Pengeringan suspense subcoaling terlalu cepat. Akibatnya kristalisasi gula berlangsung cepat dan tcrbentuk Kristal gula yang kasar dipermukaan tablet.
-          Coloring
Merupakan tahap yang kritis karena kesalahan sedikit selama proses aan berdampak warna tablet tidak merata dan tablet salut kelihatan tidak balk.


VIII. IN PROCESSING CONTROL
Sampel yang telah dipisahkan kemudian akan diuji :
A.    Keseragaman Bobot
a)   Diambil 20 butir tablet
b)      Ditimbang satu per satu
c)      Dihitung bobot rata-rata tablet
B.     Uji keseragaman ukuran
a)      Diambil 10 tablet
b)      Hitung diameter dan ketebalan dari masing-masing tablet dengan menggunakan jangka sorong
C.    Uji Kekerasan
a)      Diambil 5 tablet
b)      Tablet diletakkan ditengah dan tegak lurus dengan plan penekan hardness tester
D.    Uji Waktu hancur
a)      Diambil 6 tablet
b)      Diambil kira-kira 1,5 L air,panaskan pada suhu 37C selama 15 menit
c)      Dimasukkan masing-masing tablet pada alat disintegrator
d)     Dimasukkan pada air yang telah dipanaskan
e)      Amati dan catat waktu sampai semua tablet pada tabung disintegrator terlarut sempurna
E. Uji kerapuhan
a)      Ditimbang 20 tablet bersama-sama masukkan dalam alat friabilator
b)      Tunngu samapai 100 putaran, Atur skala pada skala 0 setelah itu putar pelan-pelan sampai tabletpecah
c)      Diambil tablet, kemudian ditimbang
d)     Hitung kerapuhan tablet

IX. QUALITY CONTROL PADA PRODUK JADI
Produk yang telah jadi kemudian akan dilakukan pengujian akhir. Selama pengujian berlangsung, sampel harus dimasukkan ke ruang karantina dahulu. Jika telah “LULUS” olleh bagian QC direlease oleh QO, barulah produk tersebut dapat diteruskan ke ruang pengemasan.
Untuk penanganan pertinggal, disimpan sampel dari setiap batch, kemudian dikarantina dalam kondisi suhu ruangan. Pengambilan sampel pertinggal tiap batch dengan perincian yaitu untuk kemasan strip sebanyak 20 buah. Tujuan penanganan pertinggal adalah untuk memantau apakah suatu batch obat memenuhi persyaratan mutunya selama waktu peredaran yang telah ditentukan.

X. PENGEMASAN
Bagian pengemasan Industri Three Pharm terbagi menjadi 2 unit yaitu:
A.    Pengemasan Primer
Penegmasan primer meliputi stripping, blistering dan botol. Tablet Rifampisin menggunakan strip. Jumlah sampel yang diambil sesuai dengan row mesin stripping, bila mesin memiliki 4 row (satu kali stripping menghasilkan 4 strip) maka yang diuji 4 strip. Untuk menjamin mutu hasil pengemasan maka selalu dilakukan IPC. IPC untuk pengemasan primer meliputi pemeriksaan isi setiap kemasan (volume control), daya lekat strip atau blister yang tidak terisi tablet.
B.     Pengemasan Sekunder
1.      Pengemasan sekunder dan tersier dilakukan dalam ruangan F yang meliputi:
2.      Coding : pemberian nomor batc daan expired date pada etiket dan dos
3.      Pemberian brosus/insert
4.      Memasukkan hasil pengemasan primer ke dalam box (dus)  dan master box (karton).
Ssupervisor IPC Pengemasan akan melaukan pemeriksaan secara manual dan diperiksa selama proses pengemasan sekunder. Hal-hal yang diperiksa meliput pemeriksaan penandaan (Np. Batch, Expired Date, Nama Obat), kebenaran jumlah/isi dus, leaflet atau brosur dan estetika.

XI. GUDANG
A.    Gudang Karantina
Barnag yang telah siap kemudian akan dikirim ke gudang karantina guna menunggu hasil pengujian (final inspections) oleh bagian QC meliputi:
1.      Penyiapan Label    : kebenaran label, hasil cetakan/printing No.Batch, Manufacturing Datedan Expired Datee
2.      Pelipatan Insert     : kebenaran insert, insert cacat/rusak, kerapian lipatan.
3.      Printing Box dan Master Box       : kebenaran dus dan karton, kebenaran penandaan No. Batch, Expired Date dan Manufacturing Date.
4.      Pengepakan : Kebenaran isi, kebenaran box dan master box, kebenaran insert.
Setelah pengemasan selesai juga dilakukan penimbangan master box sesuai dengan bobot yang ditentukan. Master box yang sudah ditimbang ditempatkan diruang karantina.
B.     Gudang Obat Jadi
Master box yang telah disetujui bagian QC kemudian akan segera dipindahkan ke gudang obat jadi.

XII.    DISTRIBUSI
Produk siap diproduksikan kepada PBF, distributor dan pelanggan.



DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2001, Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan POM, Jakarta.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2006, Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Fatmawaty, Aisyah. 2010. Farmasi Industri, Universitas Hasanuddin, Makasaar
http://www.informasiobat.com/rifampisin diakses tanggal 8 Mei 2014
Lachman, dkk., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Jilid II, UI Press, Jakarta.

Priyambodo, Bambang. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Global pustaka Utama. Yogyakarta.

0 komentar:

Posting Komentar

Teman-teman yang baik hati,,
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir diblog sederhana ini.
Blog ini saya buat untuk memudahkan sobat sekalian dalam mencari tugas.
Data yang dikumpulkan dari tugas-tugas kampus yang saya miliki juga meminta ijin men"COPAS" tulisan milik oranglain tentu dengan menyertakan sumbernya.
Saya harap kalian dapat meninggalkan pesan, komentar, kritik, saran atau beberapa patah kata guna menghargai blog ini.
Jangan lupa di follow yahh... ^^
Terimakasih ^^