Sabtu, 19 Januari 2013

CONTOH : proposal penelitian teknologi & formulasi sediaan padat

berikut niih tugas proposal pertama sayaa...  gag bagus-bagus juga siihhh... makluum pemulaa... tapi saya ngerjainnya SERIBURIUS loohhh -.-" 



RENCANA PENELITIAN
JUDUL PENELITIAN           : FORMULASI TABLET  EKSTRAK  POLIFENOL SEBAGAI ZAT AKTIF PADA BUAH MAHKOTA DEWA ( Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl. (Thymelaceae) ) SECARA GRANULASI BASAH DENGAN PVP ( POLIVINILPIROLIDON ) SEBAGAI  BAHAN PENGIKAT
NAMA MAHASISWA            : IRMA TRISTANTI
NOMOR MAHASISWA         : 091015***
PEMBIMBING UTAMA       :
PEMBIMBING PERTAMA  :

BAB I
PEND AHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) tanaman yang kabarnya berasal dari daratan Papua ini di Jawa Tengah dan Yogyakarta dijuluki makuto dewo, makuto rojo, atau makuto ratu. Orang Banten menyebutnya raja obat, karena khasiatnya bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Sementara, orang-orang dari etnik Cina menamainya pau yang artinya obat pusaka.
Penggunaan tanaman obat baik untuk menjaga kesehatan maupun untuk mengobati penyakit, pada saat sekarang ini semakin mengalami peningkatan. Pada umumnya penggunaan tanaman obat oleh masyarakat masih dalam bentuk sediaan yang tradisional, yaitu dengan cara direbus atau diseduh, sehingga dinilai kurang praktis dalam penggunaanya,.
 Salah satu upaya untuk mengembangkan tanaman obat agar menjadi sediaan yang lebih modern adalah membuatnya dalam bentuk sediaan tablet ekstrak, tablet adalah sediaan padat yang mengandung besar gula dan gom, memberikan kohesivitas dan kekerasan yang tinggi serta dapat melepaskan obatnya dengan lambat, keuntungan dibuat dalam bentuk sediaan tablet  ini adalah akan memudahkan dalam penggunaanya, memfokuskan zat aktif agar hanya  bereaksi pada tempat yang dimaksud dan memberikan efek lokal.

1.2  PERUMUSAN MASALAH
1.      Apakah ekstrak polifenol dari buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl. (Thymelaceae) )  bisa digunakan sebagai zat aktif dengan metode granulasi basah ?
2.      Apakah ekstrak  polifenol  dari buah mahkota dewa  (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl. (Thymelaceae) )  dapat diformulasikan menjadi tablet yang memenuhi syarat ?

1.3   TUJUAN PENELITIAN
1. Menggunakan ekstrak polifenol dari buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl. (Thymelaceae) sebagai zat aktif dengan metode granulasi basah.
2.  Membuat formulasi tablet dari ekstrak plifenol  tanaman mahkota dewa (  Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl. (Thymelaceae) ).


1.4 LANDASAN TEORI
Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa L.) adalah tanaman perdu dari suku Thymelaceae yang tumbuh subur pada dataran rendah hingga ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini mempunyai 1200 spesies yang tersebar dalam 67 genera. Penampilan tanaman ini sangat menarik, terutama saat buahnya mulai tua dengan warna merah marun, sehingga banyak dipelihara sebagai tanaman hias. Akhir-akhir ini tanaman mahkota dewa banyak digunakan sebagai obat tradisional,baik secara tunggal maupun dicampur dengan obat-obatan  tradisional lainnya.
Buah mahkota dewa berbentuk bulat dengan ukuran bervariasi mulai dari sebesar bola pingpong sampai sebesar buah apel, dengan ketebalan kulit antara 0,1 – 0,5 mm. Buah mahkota dewa ini biasanya digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dari mulai flu, rematik, paru-paru, sirosis hati sampai kanker. Di dalam kulit buah mahkota dewa terkandung senyawa alkaloid, saponin, dan flavonoid.
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol berperan dalam memberi warna pada suatu tumbuhan seperti warna daun saat musim gugur.Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa kelompok polifenol memiliki peran sebagai antioksidan yang baik untuk kesehatan. Antioksidan polifenol dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah dan kanker.
Polifenol di sini berfungsi sebagai anti-histamin (anti-alergi) Mahkota Dewa dipercaya dapat mencegah dan membantu proses penyembuhan berbagai macam penyakit antara lain : Tekanan darah tinggi, Meningkatkan vitalitas bagi penderita diabetes, Kanker (zat damnacanthal : menghambat pertumbuhan sel kanker), Asam urat, Lever, Alergi, Ginjal, Jantung, Berbagai macam penyakit kulit, Mengatasi ketergantungan obat , Rematik, Meningkatkan stamina dan ketahanan terhadap influenza, Insomnia dan lain-lain.
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dengan menyari simplisia menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk.
Berdasarkan atas sifatnya ekstrak dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
1). Ekstrak encer (Ekstractum tenue)
Sediaan ini memiliki konsistensi seperti madu dan dapat dituang.
2). Ekstrak kental (Extractum spissum)
Sediaan ini liat dalam keadaan dingin tidak dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30 %.
3). Ekstrak kering (Ekstractum siccum)
Sediaan ini memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan, melalui penguapan cairan pengekstraksi dan pengeringan sisanya akan terbentuk produk, yang sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5% (Voigt, 1984).

Metode Granulasi Basah ini paling banyak digunakan dalam produksi tablet, walaupun melalui proses yang panjang. Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk dengan suatu pengikat yang tergantung kelarutan dan komponen campuran. Untuk menentukan titik akhir adalah dengan menekan massa pada telapak tangan, bila remuk dengan tekanan sedang maka diteruskan pengayakan basah untuk mengubah massa lembab menjadi kasar. Dalam hal ini digunakan pengayak yang berlubang besar agar granul lebih berkonsolidasi, meningkatkan banyaknya tempat kontak partikel, dan meningkatkan luas permukaan sehingga memudahkan pengeringan. Proses pengeringan dimaksudkan untuk menghilangkan pelarut dan megurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum. Yang memegang peranan penting adalah ikatan antara partikel. Setelah pengeringan granul diayak kembali.
Mahkota dewa pada umumnya hanya digunakan sebagai obat tradisional terhadap beberapa jenis penyakit. Namun ada kalanya pembuatan obat tradisional ini tidaklah praktis. Oleh karena itu di sini saya mencoba memformulasikan senyawa polifenol dari buah mahkota dewa sebagai sediaan tablet dengan tujuan penngunaan yang praktis tanpa mengurangi khasiat asli dari obat tersebut.


BAB II
METODE PENELITIAN
2.1       ALAT DAN BAHAN
Alat – alat yang digunakan adalah batang pengaduk, cawan porselin, corong kaca, gelas ukur, gelas piala, glukometer, gunting bedah, kertas timbang, labu tentukur, lumpang & alu, pengaduk elektrik, Panci infus, spoit oral, termometer, timbangan analitik, Alat penguji Scheuniger, friabilatorRoche, Perlengkapan USP, panic-panci penyalut standart, , High Shear Granulator , Low Shear Granulator , Pengayakan Basah , pengayak kering, alat pencetakan tablet dengan tangan.
Bahan – bahan yang digunakan  adalah buah mahkota dewa, etanol, PVP, pati jagung, talk, magnesium stearat, manitol.

2.2              TAHAPAN PENELITIAN
RENCANA TAHAPAN PENELITIAN
No
Kegiatan
Minggu
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
1.       
Pemilihan dan penyiapan tanaman










2.       
Ekstraksi










3.       
Pembuatan tablet










4.       
Pengujian kualitas  tablet










5.
Laporan











Uraian Rencana Tahapan Penelitian :
2.2.1        Pemilihan dan Penyiapan Tanaman
Bagian tanaman yang dipilih adalah buah dari mahkota dewa. Buah diiris tipis, lalu dikeringkan tanpa terkena sinar matahari agar tidak merusak senyawa yang terkandung di dalam buah mahkota dewa. Biasa proses pengeringan ini memerlukan waktu sekitar 4-7 hari untuk suhu yang normal.

2.2.2        Ekstraksi
Polifenol yang akan di ekstraksi dari buah mahkota dewa, akan menggunakan etanol sebagai cairan pelarut. Serbuk mahkota dewa sebanyak 1 kg dimasukkan dalam bejana bermulut lebar, ditambah etanol 70 % sebanyak 7,5 L kemudian digojog, dan didiamkan selama 5 hari. Setelah lima hari maserat disaring dan dipekatkan dengan evaporator. Pelarut yang masih tertinggal diuapkan di atas penangas air sampai bebas dari pelarut.

2.2.3        Pembuatan Tablet
ZA + pengisi  ( polifenol + manitol )

    Mixing

Pengikat ( polivinilpirolidon )

Massa Granul

Ayak basah

 Keringkan
 


Ayak kering

Penghancur  +  pelicin ( pati  + talk )

   Tablet
Uraian zat-zat eksipien :
a.      Bahan pengisi (diluent)
Manitol merupakan gula alkohol isomer optik dari sorbitol. Mempunyai sifat alir yang jelek, membutuhkan lubrikan yang besar pada proses pengempaan. Termasuk dalam bahan pengisi kategori material organik golongan karbohidrat yang dapat juga berfungsi sebagai bahan pengikat bila ditambahkan dalam bentuk larutan pada granulasi basah. Biasa digunakan sebagai bahan pengisi tablet, terutama pada tablet hisap, bersifat larut dalam air, memberi rasa manis dan dingin bila dihisap. Biasa digunakan untuk formulasi tablet multivitamin, tidak higroskopis, rendah kalori dan nonkariogenik.

b.      Bahan pengikat (binder)
PVP merupakan polimerasi dari 1-vinilpirolidon-2-on. Bentuknya berupa serbuk putih atau putih kekuningan, berbau lemah atau tidak berbau dan higroskopis. PVP mudah larut dalam air, etanol (95%) dan dalam kloroform. Kelarutan tergantung dari bobot rata-rata dan larut dalam eter P (Anonim, 1979). Tablet ekstrak buah mahkota dewa dengan bahan pengikat PVP memiliki kualitas fisik yang baik dan memenuhi persyaratan Farmakope. Penggunaan PVP pada konsentrasi 0,5-2% pada pembuatan tablet ekstrak tanaman dapat menghasilkan tablet yang mempunyai kekerasan yang cukup, kerapuhan yang rendah dan waktu hancur yang lama.

c.       Bahan pelicin (lubricant)
Magnesium stearat mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari 8,5% MgO, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian berupa serbuk halus, putih, licin dan mudah melekat pada kulit, bau lemah khas. Kelarutannya praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan dalam eter P.

2.2.4        Pengujian Kualitas Tablet
Kualitas tablet tergantung dari pemenuhan tablet atas syarat-syarat yang telah di tentukan, yaitu :
a.       Keseragaman Ukuran
Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga kali ketebalan tablet.

b.      Keseragaman Bobot
Keseragaman Bobot ditetapkan sebagai berikut :
a.       Timbang 20 tablet dan dihitung bobot rata-ratanya.
b.      Jika ditimbang satu per satu , tidak boleh dari dua tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata  lebih dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B.
c.       Jika perlu, dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A dan B.

Bobot rata-rata tablet
Penyimpangan bobot rata-rata dalam 100%

<25 mg
26-150 mg
151-300 mg
>300 mg
A
B
15
10
7,5
5
30
20
15
10

c.       Waktu Hancur
Waktu hancur tablet tidak bersalut adalah tidak lebih dari 15 menit, sedangkan untuk tablet bersalut gula atau bersalut selaput adalah tidak lebih dari 60 menit. Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan melalui mulut , kecuali tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan dan beberapa jenis tablet lepas lambat. Untuk obat yang kelarutan dalam airnya terbatas , uji disolusi akan lebih berarti daripada waktu hancur.
d.      Kekerasan Tablet
Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui kekerasannya, agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet, dan waktu hancur tablet. Alat yang digunakan untuk pengukuran kekerasan tablet adalah hardness tester.

e.       Keregasan atau kerapuhan  Tablet
Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang.  Penentuan keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet akan dilapis ( coating ). Alat yang digunakan disebut friability tester.
Caranya :
·         Bersihkan 20 tablet dari debu , kemudian ditimbang (W1 gram).
·         Masukkan tablet ke dalam alat fariability tester untuk diuji.
·         Putar alat friability tester selama 4 menit.
·         Keluarkan tablet, bersihkan dari debu dan ditimbang kembali (W2 gram)
·         Kerapuhan tablet yang didapat =
Batas kerapuhan yang diperbolehkan maksimum 0,8%.

2.2.5        Laporan
 Laporan adalah data-data penelitian dari minggu pertama hingga minggu terakhir penelitian. Dan akan dijelaskan setelah penelitian selesai.
a.      Pengumpulan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis secara statistic dengan pengambilan data dari awal proses penelitian hingga pengujian tablet.

b.      Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian dilakukan setelah hasil pengujian tablet memenuhi syarat.
c.        Pengambilan Kesimpulan
Kesimpulan diambil berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan.




DAFTAR PUSTAKA

Banker, G.S and N.R. Anderson. 1994. Tablet. Dalam Teori dan Praktek Farmasi  Industri.
            Jilid II.(Lachman & Lieberman). Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Depkes RI1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
            Indonesia. Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
            Indonesia. Jakarta.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun cara modern menganalisis tumbuhan.
            Institud Teknologi Bandung Press. Bandung 

2 komentar:

Unknown mengatakan...

thank informasinya sanagt membantu...

triiztanti mengatakan...

terimakasiihh :b:
sering-sering berkunjung yaahhhh

Posting Komentar

Teman-teman yang baik hati,,
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir diblog sederhana ini.
Blog ini saya buat untuk memudahkan sobat sekalian dalam mencari tugas.
Data yang dikumpulkan dari tugas-tugas kampus yang saya miliki juga meminta ijin men"COPAS" tulisan milik oranglain tentu dengan menyertakan sumbernya.
Saya harap kalian dapat meninggalkan pesan, komentar, kritik, saran atau beberapa patah kata guna menghargai blog ini.
Jangan lupa di follow yahh... ^^
Terimakasih ^^