PT. Three Pharm Industries
Rifafil® Tablet Salut Film
I.
LATAR BELAKANG PERUSAHAAN
A. Sejarah
Perusahaan
PT. Three Pharm Industri berdiri pada tanggal 31 Juli
1989, yang bergerak dalam bidang perdagangan dalam negeri. Semula namanya adalah “Byak Trans”. Kemudian seiring berjalannya waktu industry
perdagangan Three Pharm meluaskan cakupan perusahaan hingga ke luar negeri.
Dengan melihat peluang pasar dalam bidang kesehatan sangatlah besar, pada tahun
2000 ThreePharm Industri memperluas bidang usahanya selain perdagangan dalam
dan luar negeri, juga sebagai industry manufaktur farmasi, barulah saat itu
nama “Byak Trans” digantikan menjadi
“Three Pharm”. Saat ini perusahaan dipimpin oleh anak pertama dari pemilik
perusahaan, Irma Tristanti.
Gambar.1 Logo ThreePharm Industri
1. Warna hijau di dalam menggambarkan perdagangan cakupan
dalam negeri.
2. Warna hijau di luar menggambarkan perdagangan cakupan
luar negeri. Jika digabung arti kedua warna hijau tersebut, menggambarkan salah satu visi kami yaitu, “Melindungi alam melalui alam”.
Artinya kami berusaha menjaga alam, dengan meperkecil volume limbah yang
dihasilkan, meskipun kami bukannlah Industri obat bahan alam.
Hijau, ramah lingkungan, modern.
3. Warna biru ditengah merupakan hubungan kerja sama
diantara keduanya kami yang kami dasari dengan kepercayaan dan kenyamanan.
Kepercayaan antara kami dan pelanggan (pelanggan). Kenyamanan yang timbul
sehingga terjalinnya kerjasama secara kontinyu. Kami mengutamakan pelanggan sebagai mitra kerja
4. Bentuk dari logo merupakan 3 lingkaran yang disusun
dimana kami berharap kualitas perusahaan kami terus berkembang dan semakin
maju.
5. Angka 3 (tiga)
merupakan nama perusahaan.
6. Disamping angka 3 (tiga) terdapat gambar yang bisa
diartikan dalam 2 hal:
a. sebagai tangan yang sedang menangkap : perusahaan kami
berusaha menarik perhatian pelanggan dengan terus berinovasi dalam pengembangan
produk. Juga budaya berpikir out of the box, smart, dan kreatif untuk membangun
produk unggulan
b. Symbol 3 jari (1. Be Nature; 2. Behavior; 3. Believe)
Three Pharm (awalnya “Byak Trans”) didirikan
dihadapan notaris berdasarkan akta tertanggal
3 April 1989 dan baru
disahkan pada tanggal 31
Juli 1989. Adapun surat-surat
yang telah dimiliki oleh perusahaan ini
adalah:
1) Surat
Keterangan Domisili Perusahaan No.03/X/03-04/1989 dari Kelurahan Fandoi, Biak.
2) Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) dari pihak Kantor Pelayanan Pajak Kota Biak No. 5/8-11/PP/X/1989.
3) Tanda
Terdaftar Perusahaan dari Departemen Perindustrian Republik Indonesia dengan
No. 0803071990 tanggal 8 November 1990.
4) Surat
Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dari Departemen Perdagangan Republik Indonesia
dengan No. 12.950/05-12/PP/1990 tanggal 5 Desember 1990.
Three Pharm Industrie, juga telah terdaftar di
BPEN (Badan Pengembangan Ekspor Nasional) sebagai salah satu perusahaan
pengekspor Sediaan Obat Jadi sejak tahun 2003. Setiap tiga bulan pihak BPEN melakukan
pengawasan dan pengambilan data kegiatan ekspor PT. Three
Pharm Industri. Beberapa negara tujuan ekspor antara lain Singapura, Brunei
Darussalam, Malaysia, dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya.
B. Lokasi, Bangunan, serta Sarana Penunjang
1. Lokasi
Three Pharm Industries terletak di kota Biak, Papua. Terletak strategis di
dekat pelabuhan. Menempati area seluas 60.000m2 dengan kawasan produksi seluas 40.000 m2.
2.
Fasilitas
Pabrik
Dengan standar pabrik CPOB ( Standard
pabrik Farmasi ), maka fasilitas yang ada di Three Pharm antara lain :
a. Laboratorium
meliputi :
-
Laboratorium
Instrumentasi
-
Laboratorium
Farmakologi
-
Laboratorium Formulasi
-
Laboratorium
Farmakognosi
-
Laboratorium Stabilitas
-
Laboratorium Kimia,
yang dilengkapi
peralatan HPLC (High Pressure Liquid Chromatography), GC ( Gas Chromatography )
dan TLC Scanner (Thin Layer Chromatography). Keseluruhan laboratorium tersebut
dibangun di atas lahan seluas 1200 m².
b. Pengolahan
air limbah
c. Perpustakaan
d. Klinik
Holistik
C.
Struktur Organisasi
Adapun struktur organisasi Three Pharm Industries oleh Direktur utama yang membawahi Manajer Marketing, Manajer
Keuangan, Manajer HRD, Manajer QA, dan Manajer Perencanaan. Manajer Perencanaan
membawahi Manajer Produksi, Manajer Teknisi, Manajer PPIC, Manajer QC, dan
Manajer R&D.
Gambar 2.
Struktur Organisasi
Secara garis besar
masing-masing bagian dapat dijelaskan seperti berikut :
1. Manajer Produksi, bertugas:
a)
Merencana pelaksanaan proses produksi
b)
Mengkoordinir masalah pengaturan tenaga di
bagian produksi
c)
Bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan
produksi
d) Membuat laporan
pertanggungjawaban terhadap pimpinan produksi
e)
Bekerjasama dengan unit lain dalam rangka
melaksanakan kegiatan produksi
2.
Manajer Product
Planning Inventory Control (PPIC), bertanggung jawab untuk
merencanakan, mengatur dan mengontrol semua proses produksi.
3. Manajer Quality
Assurance (QA), bertanggung jawab dalam menjamin mutu produk. Tugas dari
Manajer QA :
a)
Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan
pemeriksaan yang berlangsung dibagian produksi dan di laboratorium
mikrobiologi.
b) Menganalisa hasil
pemeriksaan yang berlangsung di bagian produksi dan dilaboratorium
mikrobiologi.
c)
Membuat laporan hasil Analisa kepada Manajer
laboratorium.
d) Melakukan Pengawasan
internal di bagian produksi.
4. Manajer Research and Development (R
& D), bertanggung jawab dalam hal penelitian dan pengembangan produk. Tugas
dari Manajer R & D antara lain :
a)
Sebagai koordinator dan bertanggung jawab penuh
terhadap seluruh kegiatanpenelitian dan pengembangan jamu dan obat yang
berlangsung di perusahaan.
b) Memeriksa semua
laporan-laporan yang diterima dari laboratorium untuk dibuat dan disampaikan
kepada pimpinan (Direktur dan Konsultan).
c)
Mengadakan hubungan dengan konsultan, instansi
pemerintahan, institusi dan pihak luar yang berhubungan dengan R & D.
5. Manajer Lingkungan, yang bertanggung jawab
mengelola departemen lingkungan dalam mengendalikan lingkungan dan pengolahan
limbah. Tugas dan tanggungjawabnya adalah sebagai berikut :
a)
Mengatur dan bertanggung jawab penuh terhadap
masalah proses limbah produksi baik limbah cair maupun limbah padat.
b)
Melakukan evaluasi dan estimasi terhadap proses
yang berlangsung dan melakukan langkah-langkah pengembangan yang lebih baik dan
ekonomis.
c)
Melakukan pengoperasian pendistribusian sistem
utilitas yang menjadi sarana pendukung proses limbah seperti pengaturan air, steam,
tekanan udara, coolingtower dan
lain sebagainya.
6. Manajer Teknik, bertanggung jawab untuk
memimpin departemen teknik yang
berkaitan dengan kerusakan dan perbaikan listrik, mesin dan
kelengkapannya.
7. Manajer Budidaya
Pertanian, bertanggung jawab dalam pembudidayaan dan pelestarian tanaman obat
selain itu juga bertanggung jawab untuk melakukan berbagai macam penelitian dan
percobaan tanaman.
8. Manajer Umum,
bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan yang mendukung produksi seperti
penyediaan tenaga kerja, menyediakan sarana dan prasarana, juga bertanggung
jawab untuk mengkoordinasi kegiatan manajerial.
9. Manajer Keuangan, bertanggung jawab dalam
merinci dan memberikan laporan keuangan yang sifatnya khusus.
10. Manajer Akuntansi,
bertanggung jawab untuk perician dan pemberian laporan keuangan yang sifatnya
umum.
11. Manajer Pembelian, bertanggung jawab
terhadap pembelian barang-barang untuk kepentingan produksi.
II. FORMULA
Formula
Tablet Salut Film Rifampisin
A.
Rancangan Formula
Tiap 1 tablet (500mg) mengandung:
-
Rifampisin 300 mg (Bahan
Aktif)
-
Amylum
manihot 10%
(Penghancur)
-
Talk
5% (Glidan)
-
Polivinil pirolidon
10% (Pengikat)
-
Mg Stearat
1% (Antiadheren)
-
Laktosa
ad
100% (Pengisi)
B. Master Formula
-
Nama produk : Rifafil® Tablet
-
Jumlah produk : 100.000
tablet (@300mg dalam 500mg)
-
Tanggal formulasi : 3
April 2014
-
Tanggal produksi : 21 April 2014
-
No Reg : DKL 1233409919 A1
-
No. Batch : K04212014
Tabel.1. Master Formula Rifafil® Tablet
Rifafil® Tablet
|
|||||
No.
|
Kode
Bahan
|
Nama
Bahan
|
Fungsi
Bahan
|
Jumlah
|
|
Tiap
Tablet
|
Tiap
Batch
|
||||
1
|
RF-01
|
Rifampisin
|
Bahan
Aktif
|
300mg
|
30.000
kg
|
2
|
RF-01
|
Amylum
manihot
|
Penghancur
|
50mg
|
5000kg
|
3
|
RF-03
|
Talk
|
Glidan
|
25mg
|
2500kg
|
4
|
RF-04
|
Polivinil
pirolidon
|
Pengikat
|
50mg
|
5000kg
|
5
|
RF-05
|
Mg.
Stearat
|
Antiadheren
|
5mg
|
500kg
|
6
|
RF-06
|
Laktosa
|
Pengisi
|
70mg
|
7000kg
|
C.
Perhitungan Bahan
1.
Komposisi tiap tablet
(500mg)
-
Rifampisin = 300mg
-
Amylum
manihot =
-
Talk =
-
Polivinil pirolidon =
-
Mg Stearat =
-
Laktoa = 500mg – 430m =
70mg
2.
Komposisi tiap batch :
-
Rifampisin
Tiap tablet mengandung 300 mg
100.000 × 300mg = 15.000.000 mg = 15.000 Kg
-
Amylum
manihot
Tiap batch :
100.000 × 50mg = 2.500.000 mg = 2500Kg
-
Talk
Tiap batch : 100.000 × 25mg = 1.250.000 mg = 1250Kg
-
Polivinil pirolidon
Tiap batch : 100.000 × 50mg = 2.500.000 mg = 2500Kg
-
Mg
Stearat
Tiap batch : 100.000 × 5mg = 250.000 mg = 250Kg
-
Laktosa
Tiap batch : 100.000 × 70mg = 3.500.000 mg = 3500Kg
D.
Kemasan
Tiap batch = 100.000 tablet
1 strip =
10 tablet
1 dos =
2 strip
1 batch =
5000 dos
E.
Alasan Pembuatan Sediaan
Tujuan pembuatan tablet salut film pada
sediaan rifampisin untuk menutupi rasa
dan bau khas yang dapat mengganggu
konsumen.
F.
Alasan Penggunaan Eksipien
Kompatibilitas
rifampicin dipelajari dengan, ekstrusi bantuan laktosa 200mesh; disintegrants
dan super disintegrants pengikat polivinil pirolidon-(PVP K-90) Campuran bahan
memiliki sifat alir yang baik, efek lubrikan yang baik, kompresibilitas yang
baik
III. FLOW MATERIAL TABLET SALUT
FILM RIFAMPISIN
A. Flow Material
Salah
satu kegiatan yang berperan penting dan harus diperhatikan dalam suatu industri
farmasi yaitu flow material yang
merupakan semua pergerakan bahan baku atau alur yang dilewati sampai menjadi
produk jadi atau jalannya produksi mulai dari pengadaan bahan baku, pembelian,
perencanaan produksi, produksi, pengemasan, penyimpanan hingga obat jadi yang
siap didistribusikan (Priyambodo, 2007).
Flow
material adalah alur pembuatan obat, mulai dari proses pembelian bahan baku,
proses produksi menjadi produk antara, produk jadi yang siap dipasarkan. Flow Material Management meliputi
pembelian/ purchasing, transportasi,
inventory
Stock, pergudangan/warehousing
dan distribusi (BPOM,2006).
Aliran
materi dalam suatu industri berlangsung secara berurutan menurut proses
produksi suatu sediaan. Setiap tahap yang dilalui oleh bahan selalu dikontrol
dan diawasi secara ketat sehingga obat yang dihasilkan selalu bermutu tinggi.
Pekerjaan ini dilakukan oleh bagian khusus yang terdapat dalam industri, yaitu quality control (QC) (Fatmawaty, 2010).
B. Tablet Salut Film
a. Tablet
Tablet adalah sediaan
padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet bersalut selaput (film coating) adalah
tablet yang dilapisi lapisan selaput tipis dengan zat penyalut yang dikenakan
atau disemprotkan pada tablet. Sebagai zat penyalut digunakan Na CMC,
Asetatftalat selulosa, Hidroksi etil selulosa dengan bermacam-macam
perbandingan dalam campuran PEG dan Polivinilpirolidon dalam pelarut alkohol
atau terdispersi dalam Isopropanol dengan tambahan Span dan Tween
b. Metode Pmebuatan Tablet
Berdasarkan
metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa.
Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk
sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan
tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan tekanan baja, tablet dapat
dibuat dalam berbagai ukuran.
Tablet
adalah sediaan kompak yang dibuat secara kempa cetak, dalam tabung pipih atau
sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau
lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat
berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengikat, zat pelicin, zat penghancur atau
zat lain yang cocok.
c.
Ketentuan-ketentuan Tablet
Syarat-syarat
tablet menurut Farmakope Indonesia edisi IV adalah sebagai berikut:
1. Keseragaman ukuran.
2. Diameter tablet tidak
lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga kali tablet.
3. Keseragaman bobot dan
keseragaman kandungan.
Tablet harus memenuhi uji
keseragaman bobot jika zat aktif merupakan bagian terbesar dari tablet yang
cukup mewakili keseragaman kandungan. Keseragaman bobot bukan merupakan
indikasi yang cukup dari keseragaman kandungan jika tablet bersalut gula. Oleh
karena itu, umumnya Farmakope mensyaratkan tablet bersalut dan tablet yang
mengandung zat aktif 50 mg atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50%
bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji keseragaman kandungan yang
pengujiannya dilakukan pada tiap tablet.
4. Waktu hancur
Waktu hancur penting
dilakukan jika tablet diberikan per oral, kecuali tablet yang harus
dikunyah sebelum ditelan. Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas
waktu hancur yang ditetapkan pada masing-masing monografi. Uji waktu hancur
tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna
5. Disolusi
Disolusi adalah suatu
proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat kedalam larutan suatu media.
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya zat aktif yang terlarut dan
memberikan efek terapi didalam tubuh. Kecepatan absorbsi obat tergantung pada cara
pemberian yang dikehendaki dan juga harus dipertimbangkan frekuensi pemberian
obat.
6. Penetapan kadar zat
aktif
Penetapan
kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui apakah kadar zat aktif yang
terkandung didalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada etiket dan
memenuhi syarat seperti yang tertera pada masing-masing monografi. Bila zat
aktif obat tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak akan memberikan efek
terapi dan juga tidak layak untuk dikonsumsi.
C. Rifampisin
Rifampisin adalah turunan semisintetik dari Rifamisin B, suatu
antibiotika yang diturunkan dari Streptomyces meditarranei. Sebagai Anti
Infeksi Mekanisme kerjanya menghambat sintesis RNA bakteri dengan mengikat
subunit beta dari DNA-dependent RNA polymerase, menghambat transkripsi RNA.
Gambar.3 Struktur Rifampisin
a.
Nama Generik
Rifampisin
b. Nama Kimia
5,6,9,17,19,21-hexahydroxy-23-methoxy-2,4,12,16,18,20,22-heptamethyl-8-[N-(4-methyl-1-piperazinyl)formimidoyl]-2,7-(epoxypentadeca
[1,11,13]trienimino)naphtho[2,1-b]furan-1,11(2H)-dione21-acetate
c. Struktur Kimia
C43H58N4O12
d.
Sifat Fisikokimia
Rifampisin merupakan serbuk
kristal merah-coklat dan sangat sedikit larut dalam air dan sedikit larut dalam
alkohol. Obat ini mempunyai pKa 7,9;Larut dalam kloroform, DMSO, etil asetat,
metanol, tetrahidrofuran.;Dalam perdagangan, rifampisin tersedia dalam bentuk
serbuk steril untuk injeksi mengandung Natrium formaldehid, sulfoksilat,
natrium hidroksida yang ditambahkan untuk mengatur pH.;Dalam perdagangan
sediaan oral rifampin tersedia sebagai obat tunggal, dalam bentuk kombinasi
tetap dengan isoniazid, serta dalam kombinasi tetap dengan isoniasid dan
pirazinamid.
e.
Farmakologi
Durasi :
< 24 jam;Absorbsi : Oral : diabsorpsi dengan baik; makanan dapat
mengakibatkan penundaan absorpsi (delay) atau sedikit menurunkan kadar puncak
;Distribusi : sangat lipofilik , dapat menembus sawar darah otak (bood-brain
barrier) dengan baik ;Difusi relatif dari darah ke dalam cairan serebrospinal :
adekuat dengan atau tanpa inflamasi ;CSF : inflamasi meninges : 25%;Metabolisme
: Hepatik; melalui resirkulasi enterohepatik ;Ikatan protein : 80% ;T ½ eliminasi : 3-4 jam; waktu tersebut akan
memanjang pada gagal hepar; gagal ginjal terminal : 1,8-11 jam.;Waktu untuk mencapai
kadar puncak, serum: oral : 2-4 jam;Ekskresi : Feses (60% - 65%) dan urin (~
30%) sebagai obat yang tidak berubah
f.
Stabilitas Penyimpanan
Serbuk rifampisin berwarna
merah kecoklatan.;Vial yang utuh harus disimpan pada suhu kamar dan dihindarkan
dari cahaya dan panas yang berlebihan. Rekonstitusi serbuk untuk injeksi dengan
SWFI; untuk injeksi larutkan dalam sejumlah volume yg tepat dengan cairan yang
kompatibel (contoh : 100 ml D5W).;Vial yang telah direkontitusi stabil selama
24 jam pada suhu kamar.Stabilitas parenteral admixture pada penyimpanan suhu
kamar (250C) adalah 4 jam untuk pelarut D5W dan 24 jam untuk pelarut
NS
g.
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas terhadap rifampisin atau komponen lain yang terdapat
dalam sediaan; penggunaan bersama amprenavir, saquinafir/rotonavir (kemungkinan
dengan proease inhibitor), jaundice (penyakit kuning)
h. Efek Samping
Gangguan saluran cerna
seperti anoreksia, mual, muntah, diare (dilaporkan terjadi kolitis karena
penggunaan antibiotika); sakit kepala, drowsiness; gejala berikut terjadi
terutama pada terapi intermitten termasuk gelala ;mirip influenza ( dengan
chills, demam, dizziness, nyeri tulang), gejala pada respirasi (termasuk sesak
nafas), kolaps dan shock, anemia hemolitik, gagal ginjal akut, dan trombositopenia
purpura; gangguan fungsi liver, jaundice(penyakit kuning); ;flushing, urtikaria
dan rash; efek samping lain dilaporkan : edema, muscular weakness dan myopathy,
dermatitis exfoliative, toxic epidermal necrolysis, reaksi pemphigoid,
leucopenia, eosinophilia, gangguan menstruasi; urin, saliva dan sekresi ;tubuh
yang lain berwarna orange-merah; tromboflebitis dilaporkan pada penggunaan
secara infus pada periode yang lama.
i.
Interaksi Makanan
Makanan
menurunkan absorbsi; konsentrasi rifampin dapat diturunkan jika digunakan
bersama dengan makanan;Hindari ethanol (dapat meningkatkan resiko
hepatotoksisitas);St. John’s wort dapat menurunkan kadar rifampisin
j.
Interaksi Obat
Efek Cytochrome P450 :
substrat CYP2A6, 2C8/9, 3A4 (major) ; Induksi CYP1A2 (kuat) ,2A6 (kuat), 2B6
(kuat), 2 C8/9(kuat), 2C19 (kuat), 3A4 (kuat).;Meningkatkan efek/toksisitas :
Rifampisin dapat meningkatkan efek terapeutik clopidogrel, penggunaan bersama
dengan isoniazid pyrazinamide;atau protease inhibitor (amprenavir
saquinavir/ritonavir) dapat meningkatkan resiko hepatotoksisitas; antibiotika
makrolida dapat meningkatkan kadar/toksisitas rifampin.;Menurunkan efek :
Rifampisin dapat menurunkan efek/kadar obat-obat berikut: asetaminofen,
alfentanil, amiodaron,angiotensin II receptor blocker (irbesartan dan
losartan), 5-HT3 antagonis, antifungi imidazol,;aprepitant, barbiturat,
benzodiazepin (dimetabolisme melalui oksidasi), beta blocker, buspiron, calsium
channel blocker, kloramfenikol, kortikosteroid, siklosporin; substrat CYP1A2,
2A6, 2B6, 2C8/9, 2C19 DAN 3A4 ;(contoh : aminofilin, amiodaron, bupropion,
fluoksetin, fluvoksamin, ifosfamid, methsuksimid, mirtazapin, nateglinid,
pioglitazon, promethazin, inhibitor pompa proton, ropinirol, rosiglitazon,
selegilin, sertralin, teofilin, venlafaxin dan zafirlukast; ;dapson,
disopiramid, kontrasepsi estrogen dan progestin, feksofenadin, flukonazol, asam
fusidat, HMG-CoA reductase inhibitor, metadon, morfin, fenitoin, propafenon,
inhibitor protease, quinidin, repaglinid, ;inhibitor reverse transkriptase (non-nucleoside),
sulfonilurea, takrolimus, tamoksifen, terbinafin, tocainide, antidepresan
trisiklik, warfarin,zaleplon, zidovudin, zolpidem. Efek rifampisin diturunkan
oleh inducer CYP2A6, 2C8/9, ;dan 3A4 (seperti : aminoglutethimide, barbiturat,
karbamazepin, nafcillin, nevirapin dan fenitoin)
IV.
PERENCANAAN DAN PENGADAAN BAHAN BAKU
Komponen terbesar dalam pembiayaan produksi pada industri manufaktur farmasi adalah biaya pengadaan barang, termasuk di dalamnya adalah
pengadaan awal (starting material;bahan baku) yang terdiri dari
bahan aktif, bahan pembantu, bahan pengemas.
Yang berperan dalam
perencanaan dan pengadaan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk keperluan produksi
yaitu Perencanaan, Produksi dan
Pengendalian Investasi (PPPI)., berdasarkan forecast marketing dan
mempertimbangkan kapasitas produksi. Bagian PPIC bertugas menghubungkan antara
bagian produksi dengan bagian marketing. Pengadaan dilakukan berdasarkan
pemesanan dari bagian produksi dan marketing, setelah itu bagian PPIC membuat
nota pemesanan bahan dimana pengadaan bahan ini harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari manajer.
Salah satu faktor penting
dalam perencanaan dan pengadaan bahan yaitu pemilihan supplier, dasar
pertimbangan dalam pemilihan supplier, diantaranya sebagai berikut :
a. Kualitas bahan yang dipesan. Hal ini dapat diketahui dari Certificate Of Analysis (COA) yang
disertakan pada pembelian dan sample.
b.
Kontinuitas
atau kesanggupan supplier dalam menyuplai barang secara berkelanjutan.
c.
Delivery
time (yaitu waktu dari supplier mengirim barang sampai ke tempat tujuan)
d.
Layanan
purna jual, sepertinya adanya tanggapan atas keluhan yang diajukan perusahaan
e. Kemudahan dalam melakukan pembayaran
V. BAHAN BAKU
A. Material
Material adalah semua bahan awal (BB) baik
zat aktif, zat tambahan, reagensia, pelarut bahan pembantu proses produksi
antara bahan pengemas dan bahan penandaan (label).
B. Bahan Baku
Bahan baku
merupakan semua bahan
yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang
berubah maupun tidak berubah yang digunakan dalam pengelolaan obat.
Tabel.2
Daftar Suplier Bahan Baku
No.
|
Kode Bahan
|
Nama Bahan
|
Pemasok
|
Negara
|
1
|
RF-01
|
Rifampisin
|
Mumbay Industrial
|
India
|
2.
|
RF-01
|
Amylum
manihot
|
Mumbay Industrial
|
India
|
3.
|
RF-03
|
Talk
|
Mumbay Industrial
|
India
|
4.
|
RF-04
|
Polivinil
pirolidon
|
Mumbay Industrial
|
India
|
5.
|
RF-05
|
Mg.
Stearat
|
Mumbay Industrial
|
India
|
6.
|
RF-06
|
Laktosa
|
Mumbay Industrial
|
India
|
7.
|
BP-01
|
Bahan Pengemas (Strip)
|
Mumbay Industrial
|
India
|
8.
|
BP-02
|
Bahan Pengemas (Box)
|
Mumbay Industrial
|
India
|
9.
|
BP-03
|
Bahan Pengemas (Master Box)
|
Mumbay Industrial
|
India
|
Gambar 4. Bagan Pengadaan dan Pemeriksaan
Bahan Baku
Hal-hal yang harus
diperhatikan :
1.
Pengambilan
sampel bahan baku dilakukan secara acak pada bagian atas, tengah, dan bawah
dari wadah. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan alat thief sampler.
2.
Pengambilan
sampel dilakukan secara acak untuk setiap batch dengan rumus √n+1. Untuk bahan
yang identitasnya kurang jelas, wadah kotor, pabrik pembuat berbeda dari
biasanya, atau bahan berasal dari supplier yang baru maka sampling dilakukan
terhadap semua wadah dalam batch.
3.
Pengambilan
contoh baru dilakukan dalam ruang sampling dengan tepat untuk mencegah
terjadinya kontaminasi. Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut
:
a)
Sebelum
sampling dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah segel/ditutup wadah masih
utuh.
b)
Alat
sampling harus bersih.
c)
Selesai
sampling wadah segara ditutup rapat dan diberi penandaan.
Setiap melakukan pengujian bahan baku dilengkapi dengan
catatan pengujian (testing order)
atau catatan hasil pengujian yang ditandatangani oleh Quality Control (QC) manager
dan disetujui oleh Quality Assurance (QA).
Bahan baku yang telah lulus seleksi diberi label “diluluskan” yang berwarna
hijau, dan jika tidak sesuai dengan spesifikasi diberi label merah “ditolak.
Selain itu bagian analisa mengeluarkan lembar “disposisi
QC” yang menerangkan status bahan baku. Disposisi ini dibuat rangkap 2 dimana
tembusannya diserahkan ke bagian Perencanaan Produksi
dan Pengendalian Persediaan (PPPP)
untuk perencanaan produksi dan bagian keuangan untuk pembayaran.
Pemeriksaan mutu
bahan kemas, selain pemeriksaan mutu
bahan baku perlu dilakukan pemeriksaan mutu bahan kemas. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk menjamin bahwa bahan kemas yang digunakan benar-benar sesuai
spesifikasi yang ditentukan. Tujuan yang ingin dicapai adalah bahan pengemas
tersebut dapat melindungi sediaan obat.
Pengujian terhadap bahan kemas meliputi label, brosur,
wadah karton, alumuinium foil, botol dan tutup botol. Pengawasan dilakukan
terhadap penampilan fisik wadah, kesesuaian bahan dan hasil cetakan dengan
spesifikasi yang telah ditentukan (warna, penandaan, desain dan bentuk). Sistem
pemberian label bahan kemas sama dengan pada bahan baku.
Jika pemeriksaan bahan kemas telah selesai dilakukan maka
bagian analisa akan mengeluarkan lembar
“disposisi QC” yang berisi hasil pemeriksaan untuk disampaikan ke bagian
keuangan untuk pembayaran dan ke bagian PPPP untuk perecanaan produksi. Apabila bahan kemas tidak memenuhi
spesifikasi yang dipersyaratkan, maka dikembalikan ke supplier dengan dokumen
nota retur barang.
Semua
bahan yang diterima harus mempunyai catatan yang lengkap yaitu:
- Nama
bahan awal.
- Nama
produsen bahan awal.
- Nama
pemasok.
- Tanggal
penerimaan.
- Jumlah
bahan awal.
- Nomor
bets.
- Nama
penerima.
- Tanggal
kedaluwarsa (bila ada).
- Nomor
faktur.
- Lokasi
penempatan di gudang.
Wadah
dari bahan awal yang sudah dilakukan pengambilan contoh, harus diberi penandaan
yang berisi antara lain: tanggal pengambilan dan pelaksana pengambilan contoh.
VI. GUDANG
PENYIMPANAN BAHAN BAKU
Proses
penyimpanan dilakukan digudang penyimpanan. Persediaan bahan baku dengan sistem
FIFO , masuk pertama keluar pertama. Hal ini dilakukan guna tidak adanya bahan
baku yang menumpuk atau tersimpan terlalu lama yang berakibat pada rusaknya
bahan baku. Dalam ruang penyimpanan bahan baku harus memenuhi syarat :
a) Bahan
masuk benar
b) Bahan
baku harus bersih
c) Bahan
baku harus disimpan dalam bentuk kering
Selain
itu adapun tata laksana gudang penyimpanan, yaitu kebersihan gudang harus
terjaga dan kelembaban serendah mungkin atau dapat dipastikan kering. Selain untuk
penyimpanan gudang juga berfungsi untuk melindungi bahan dari pengaruh luar dan
melindungi obat dari kerusakan. PT. Indofarma Tbk memiliki gudang khusus untuk
menyimpan bahan aktif dalam pembuatan sediaan beta laktam yang terletak pada
gedung tiga sedangkan untuk bahan tambahannya diletakkan pada gudang umum.
Gudang bahan kemas dan produk jadi terletak pada satu gedung.
Terdapat
tiga area pada masing-masing gudang bahan baku, bahan kemas dan produk jadi
yaitu:
a.
Quarantine Area,
yaitu area tempat penyimpanan dengan status karantina dimana barang baru
diterima dari supplier dan di karantina sambil menunggu hasil analisa
dari bagian QC. Barang dalam status ini diberi label berwarna kuning.
b.
Release Area,
yaitu area tempat penyimpanan dengan status release adalah barang sudah
dianalisa oleh QC dan diberi label Passed berwarna hijau.
c.
Rejected Area,
yaitu area tempat peyimpanan dengan status reject adalah barang yang
sudah dianalisa oleh QC dan hasilnya tidak memenuhi spesifikasi sehingga
ditolak. Barang dalam status ini diberi label Rejected yang berwarna
merah.
VII. ALUR PROSES PRODUKSI
A.
Sebelum proses produksi
Adapun hal-hal
yang harus dipenuhi sebelum proses produksi, antara lain :
1. Personalia
Setiap
orang yang terlibat dalam proses pembuatan hendaklah menerapkan prinsip higiene
perorangan yang meliputi :
1.
Kesehatan
Setiap orang tidak diperkenankan bekerja atau
berada di daerah produksi bila :
•
Mempunyai luka terbuka, bercak-bercak gatal, bisul atau penyakit kulit
• Mengidap penyakit infeksi pada saluran
pernapasan bagian atas, pilek, batuk, alergi serbuk. Karyawan yang mengidap penyakit tersebut hendaklah melapor kepada
atasannya.
•
Mendapat pemeriksaaan kesehatan secara berkala.
•
Sesudah sembuh dari penyakit menular hendaklah diadakan pemeriksaan
kesehatan yang sesuai untuk menentukan kelayakan bekerja. Pengawasan hendaklah
tanggap terhadap gejala penyakit menular pada karyawan yang bekerja di Bagian
produksi,
2. Kebersihan
Perorangan
Tiap orang hendaklah
melaksanakan kebiasaan kebersihan perorangan seperti :
· Mandi secara teratur
·
Cuci tangan secara teratur antara lain segera sesudah buang air kecil
maupun buang air besar.
· Rambut hendaklah dipotong pendek dan
dipelihara agar senantiasa bersih dan rapi. Dilarang menyisir disemua ruangan kecuali di ruang ganti pakaian.
·
Dilarang memakai perhiasan yang cenderung jatuh masuk ke dalam produk,
misalnya anting, kalung, dan perhiasan lain
· Kosmetik hendaklah sesedikit mungkin.
·
Dilarang memakai bulu mata palsu dan berbagai bahan pembantu kecantikan
yang dapat jatuh ke dalam produk.
· Dilarang berkuku panjang.
3. Kebiasaan higienis
·
Dilarang mengunyah, makan dan minum di ruangan pengolahan, pengemasan,
gudang dan laboratorium
·
Dilarang merokok di ruangan produksi, gudang dan laboratorium.
·
Tanda “DILARANG MEROKOK”
hendaklah dipasang di pintu masuk berbagai tempat penting.
·
Dilarang meludah di sembarang tempat terutama di ruang produksi,
laboratorium, gudang dll
·
Kebersihan dan keteraturan ruang kerja hendaklah senantiasa dipelihara. Ruangan hendaklah segera dibersihkan sebelum mulai dengan
pekerjaan jenis lain
·
Lemari pakaian hendaklah dipelihara agar senantiasa bersih dan rapi.
4. Pakaian bersih
Pakaian bersih digunakan baik untuk melindungi pelaksana produksi terhadap
produk maupun produk terhadap orang. Termasuk dalam hal ini adalah pakaian
dalam dan sepatu yang bersih.
·
Tiap orang yang berada di daerah produksi harus mengenakan pakaian
pelindung yang bersih yang khusus disediakan untuk keperluan tersebut.
·
Pakaian kerja bersih dan pelindung lain seperti topi, sarung tangan,
pelindung kumis dan janggut, sarung lengan hendaklah dikenakan sesuai petunjuk.
·
Bila menangani bahan berbahaya atau nudah menguap hendaklah mengenakan
pakaian dan pelindung tambahan yang sesuai seperti tutup kepala, masker
pelindung terhadap debu, kaca mata pelindung.
·
Pakaian kerja tidak boleh digunakan di luar lingkungan pabrik.
·
Pakaian kerja harus senantiasa bersih.
·
Pakaian kerja hendaklah dikenakan secara tepat, kancing dikencangkan
sebagaimana mestinya. Kerusakan pada pakaian kerja harus segera diperbaiki.
· Tutup kepala hendaklah digunakan hingga
rambut tertutup dengan baik. Kumis dan /
atau janggut hendaklah ditutup seluruhnya.
·
Pakaian kerja hendaklah tidak berkantong di atas pinggang, karena
barang-barang yang ada di dalamnya dapat terjatuh ke dalam produk pada waktu
pengolahan.
5. Masker
Masker yang digunakan pada produksi salep mata harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
· Mampu menyaring partikel secara maksimal
· Bebas tirat/serat
· Dicuci dan disterilkan sebelum digunakan
· Dikenakan pada saat bekerja dengan bahan
berdebu dan pada saat menangani produk yang terbuka
6. Sarung Tangan
Sarung tangan yang digunakan pada
produksi salep mata harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
·
Terbuat dari vinil/lateks, dapat menyaring partikel
secara maksimal
·
Bebas
bedak/serbuk
·
Sterilkan sebelum digunakan/gunakan yang tersedia di
pasaran dalam kondisi steril
·
Didesinfeksi secara berkala paling tidak setiap jam. Misal : dengan etilalkohol 70%
|
·
Diganti segera bila rusak atau terkontaminasi
·
Dikenakan
pada saat menangani produk yang terbuka
7. Alas Kaki
Alas kaki yang digunakan personil dalam produksi salep mata memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
·
Sepatu
kerja biasa
·
Mampu
menyaring partikel secara maksimal
·
Bebas
tirat/serat
·
Dicuci dan
disterilkan sebelum digunakan
8. Pelindung rambut
· Dapat menyaring partikel secara maksimal
· Bebas serat
· Ganti 2 -3 kali seminggu
9. Baju kerja
·
Terbuat
dari kain yang ditenun dengan multi-filament terusan yang dapat menyaring
bakteri dan partikulat udara secara maks.
·
Bebas
tirat/serat
·
Lengan
panjang, dicuci dan disterilkan sebelum digunakan
·
Penggantian baju dan sarung kaki steril dilakukan di ruang ganti pakaian
steril
·
Diganti setiap hari dan apabila terlihat kotor
2. Ruang
Produksi
Pada proses produksi,
ada beberapa parameter yang harus diperhatikan karena berpengaruh terhadap mutu
akhir produk. Beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah suhu, kelembaban,
tekanan udara serta jumlah partikel. Dalam mengendalikan jumlah partikel, perlu
pengaturan ruang produksi terhadap jumlah partikel, dimana disesuaikan dengan
kondisi proses produksi yang dipersyaratkan.
Ruang produksi untuk
pembuatan obat tablet Metronidazole di kelas E yang dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.
Tabel 3.
Rekomendasi Jumlah Partikel dalam Ruangan Produksi Kelas E - G
Kelas
|
Non
operasional
|
Keterangan
|
|
Jumlah
maksimum partikel / m3 yang diperbolehkan untuk kelas setara atau
lebih tinggi dari
|
|||
0,5 µm
|
5 µm
|
||
E
|
3.500.000
|
20.000
|
Jumlah mikroba ditetapkan oleh masing-masing
indstri farmasi, misal : ruang pengolahan dan pengemasan primer
|
F
|
Tidak
ditetapkan
|
Tidak
ditetapkan
|
Ruang
pengemasan sekunder yang tidak berhubungan langsung dengan area luar, untuk
memasuki ruang ini disarankan melewati suatu ruang penyangga atau ruang lain.
|
G
|
Tidak
ditetapkan
|
Tidak
ditetapkan
|
Ruang
penyimpanan (gudang)
|
Untuk menentukan cemaran mikroba dalam
suatu ruangan dapat melalui media expose, air
sample, dan contact plate. Mikroba (bakteri dan jamur) dalam suatu ruangan yang
tidak terkendali dapat mencemari produk yang diolah dalam ruangan tersebut.
Berikut ini syarat jumlah mikroba dalam ruangan produksi.
Tabel 4. Syarat jumlah mikroba
dalaam ruang produksi kelas A-D
Kelas
|
Batas
yang disarankan untuk cemaran mikroba
|
Operasional
|
||
Sampel udara
cfu/m3
|
Cemaran dapar
(dia 90 m) cfu/4am
|
Cemaran kontak
(dia 55mm) cfu/plate
|
Sarung
tangan 5 jari cfu/sarung tangan
|
|
A
|
< 1
|
< 1
|
< 1
|
< 1
|
B
|
10
|
5
|
5
|
5
|
C
|
100
|
50
|
25
|
-
|
D
|
200
|
100
|
50
|
-
|
Perancangan bangunan dan tata letak
ruang produksi mempunyai persyaratan-persyaratan tertentu untuk tiap-tiap
ruangan. Tekanan udara pada ruang produksi juga telah diatur sesuai dengan
CPOB, dimana tekanan udara pada ruang produksi lebih positif dibanding koridor.
Kegiatan
produksi tablet dan pengemasan primer dilakukan kelas E dengan jumlah cemaran partikel (non-patogen)
ukuran diameter ≥ 0,5μm maximum 3.500.000/m3 partikel dan ukuran
diameter ≥ 5 μm maksimum 20.000/m3, jumlah cemaran mikroba
operasional tidak ditetapkan, kelembaban relative (RH) Max 70 %, tekanan udara
10-15 Pa, suplai udara menggunakan medium filter dengan efisiensi saringan
udara 95%., suhu 20-27oC, dan pertukaran udara 5-20 kali/ jam. Sedangkan produk yang telah
dikemas primer dan akan diberi kemasan sekunder dilakukan di kelas F.
3.
Air
Handing Unit (AHU)
AHU
bertujuan mengatur jumlah partikel, temperatur dan kelembapan udara yang masuk
keruang produksi. Udara yang masuk dari ruang produksi adalah udara yang
tersirkulasi dimana tahapannya sebagai berikut :
a)Udara segar masuk melalui lubang udara (grill) dan
saringan udara yang terdiri dari prefilter dan efisiensi 35%, medium filter 95
%.
b)
Setelah
melalui saringan udara, udara akan melewati refrigerator unit (AC) untuk
mengatur suhu dan kelembapan udara (maksimal 70%).
c)Setelah itu udara akan melewati blower yang akan
mendistribusikan udara tersebut menuju ke ruang produksi melalui ducting.
d)
Udara
yang telah terpakai dalam ruang produksi yang mengandung debu-debu dan partikel
hasil proses produksi akan bertukaran dengan udara bersih. Udara bersih akan
masuk ke ruang Produksi dan udara kotor akan keluar dari ruang produksi.
e)Udara kotor akan keluar melalui dust kolektor 80 % dari
udara tersebut akan masuk kembali dalam sirkulasi udara sedangkan 15-20 % akan
digantikan dengan udara segar. Udara segar dan udara yang berasal dari ruang
produksi akan disirkulasi selanjutnya melalui tahapan-tahapan yang sama.
4.
Water
System (Air untuk Produksi)
Air merupakan salah satu komponen
penting dalam proses produksi. Sumber air dari air tanah atau air artesis
(Deepwell) yang kemudian di olah menjadi berbagai jenis air. Urutan proses
pengolahan air terdiri dari Pre treatment
dan Water treatment.
Oleh karena itu dibuat water treatment
atau water sistem yang mekanisme kerjanya yaitu
raw water diperoleh dari PDAM, sumur dangkal, dan sumur dalam. Purified
water terdiri dari multi media filter, carbon filter, water sosftener, heat
exchanger, mikro filter, ultrafiltration (Reverse Osmosis/RO) dan
elektrodionitation. Air yang digunakan pada PT. Indofarma Tbk adalah purified water.
5. Peralatan
Sebelum proses produksi bagian QC harus
memeriksa sanitasi dan hygiene ruangan dan peralatan serta mesin sudah terkualifikasi.
Setelah semua hasil pemeriksaan memenuhi persyaratan maka peralatan, mesin, dan
ruangan diberi label “CLEANED” yang artinya siap untuk digunakan dalam proses
produksi.
Quality Control
bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan terhadap mesin, peralatan, dan
ruangan sebelum dan sesudah proses produksi. Peralatan dibersihkan bagian luar
maupun bagian dalam sesuai prosedur yang
telah ditetapkan, serta dijaga dan disimpan dalam kondisi bersih setelah digunakan.
Sebelum digunakan, kebersihannya diperiksa lagi untuk memastikan bahwa seluruh
produk atau bahan dari batch sebelumnya telah dihilangkan. Untuk memastikan bahwa mesin atau peralatan sudah bersih
maka dilakukan metode apus (swab sampling
methode) atau pembilasan akhir.
Setelah bahan baku, personalia, ruangan
dan peralatan telah memenuhi persyaratan, dan QC sudah memberi label “Release”
untuk bahan baku dan label “bersih” untuk peralatan dan ruangan, maka bagian
departemen produksi bekerja sama dengan QC untuk melakukan proses produksi.
B.
Produksi
Tablet Salut Film Rifampisin (Rifafil®)
1.
|
Produksi Tablet Rifampisin dengan Metode Kempa
Langsung
Gambar.6. Diagram Alir Pembuatan tablet Salut Film
Rifampisin dengan Metode Kempa Langsung
a.Penimbangan
· Bahan
baku yang masuk ke ruang penimbangan adalah bahan yangn digunakan hanya untuk
produk Rifafil. Hal ini untuk mencegah terjadinya mix up.
· Penimbangan
dilakukan di ruang Laminar Air Flow dalam keadaan bersih dan dilakukan oleh 2
orang. Ruang LAF harus dinyalakan terlebih dahulu selama 30 menit sebelum
dilakukan penimbangan, hal ini bertujuan conditioning, sehingga kondisi dalam
LAF sesuai persyaratan.
· Sebelum
penimbangan, petugas harus memeriksa status kalibrasi dari timbangan yang akan
digunakan.
· Dahulukan
menimbang bahan tambahan, sedangkan bahan aktif ditimbang terakhir, untuk
mencegah terjadinya kontaminasi silang.
· Supervisor
akan memeriksa kembali kesesuaian penimbangan dengan batch record.
· Sisa
bahan disegel kembali kemudian diserahkan ke gudang
b.Pengayakan
Setelah
proses penimbangan, kemudian dilakukan pengayakan untuk menyegaramkan ukuran
dan bentuk granul, luas permukaan serta kerapatan granul.
c. Pencampuran Akhir
Bahan-bahan yang telah melalui prses pengayakan
dikumpulkan di stuatu drum stainless steel yang diberi label transit berisi
nama produk, no. batch, nama material yang ada dalam drum, serta tujuan tahap
produksi lalu diletakkan pada staging area. Selanjutkan akan dicampur.
d.Pencetakan
Pencetakan
menggunakan msein Korsch. Sebelum pencetakan dimulai, mesin cetak tablet harus
dalam keadaan sudah terakualifikasi dan ruang tempat pencetakan harus dalam
keadaan bersih. Dilakukan set up mesin sebelum proses pencetakan dimulai.
Selama proses pencetakan, pelaksana produksi melakukan pemeriksaan bobot tablet
setiap 15 menit dan pemeriksaan kekersan tablet tiap 1 jam. Hasil cetak
kemudian dikarantina untuk menunggu hasil pemeriksaan dari laboratorium
pengujian meliputi berat, kekerasan, keseragaman kandungan dan disolusi.
2. Metode
Salut Film
Proses
pembuatan tablet salut dikerjakan secara bertahap yaitu sealing, subcoating,
coloring dan polishing. Penyalutan mengguanak mesin Acella Cota.
a. TAHAP 1 : SEALING
Tahap ini
bertujuan untuk menutup tablet inti dan pengaruh air yang dipakai untuk proses
penyalutan. Bahn yag digunakan : shellac bebas arsen dan cellulose acetat
phtalat.
b. TAHAP 2 : SUBCOATINC.
Fungsinya
adalah untuk menutup bagian tepi tablet sehingga tablet tidak bcrsudut Selain
itu dapat pula berguna untuk mcningkatkan ikatan antara sealcoat dengan sugarcoat.
Bahan subcoating terdiri dari : subcoating solution dan subcoating
powder
c. TAHAP 3 : SMOOTHING
Tahap ini bertujuan
untuk melicinkan permukaan tablet yang telah selesai disubcoat. Balian yang
dipakai sirup gula.
d. TAHAP 4: COLORING
Tahap ini
bertujuaji memberi wama tablet salut sesuai warna yang dikehendaki. Pewarnaan
dapat dilakukan dcngan berbagai cara, antara lain dengan mcnggunakan satu macam
kadar zal warna, Caranya adalah dengan menambahkan terleblh dahulu larutan
pewarna dengan kadar rendah lalu naik dengan kadar tcrtenlu uniuk kcmndlan
kcmbali ditambahkan larutan dengan kadar yang rendah.
Macam warna
yang digunakan dihagi dalam dua golongan: yang larut dan yang tidak larut air.
Pewarnaan dengan zat warna yang tidak larut dalam air akan lebih cepat daripada
apabila digunakan zat wama yang larut.
e. TAHAP 5 : FINISHING
Bertujuan
untuk membuat permukaan tablet salut menjadi licin setelah selesai pewarnaan.
f. TAHAP 6: POLISHING
Tahap ini
adalah tahap yang terakhir, dengan tujuan untuk menjadikan permukaan tablet
salut menjadi mengkilap dan indah. Bahan yang dipakai : cera carnauba atau PEG
dalam pelarut klorofrom.
Beberapa
problem yang sering muncul selama proses penyalutan tablet terjadi pada tahap :
-
Sealing
Bahwa
penambahan seal coal tidak boleh terlalu banyak tahu juga terlalu sedikit.
Apabila jumlah seal coal terlalu sedikit akan berpengaruh pada stabilitas bahan
aktif. Akan telapi penambahan berlebihan akan berakibat menghambat hancurnya
tablet dan memperlama kecepatan pelarutan tablet,
Selain itu
apabila selama proses sealing dilakukan penambahan talk (dengan maksud untuk
mencegah perlekatan tablet) dapat berdampak menjadikan permukaan tablet menjadi
kasar.
-
Subcoating
Masalah yang
sering numcul adalah pennukaan tablet menjadi kasar. Hal ini disebabkan karena:
1) Penambahan serbuk coating yang
berlebihan
2) Penambahan larutan subcoating
terlalu sedikit, atau
3) Pengeringan suspense subcoaling
terlalu cepat. Akibatnya kristalisasi gula berlangsung cepat dan tcrbentuk
Kristal gula yang kasar dipermukaan tablet.
-
Coloring
Merupakan
tahap yang kritis karena kesalahan sedikit selama proses aan berdampak warna
tablet tidak merata dan tablet salut kelihatan tidak balk.
VIII. IN PROCESSING CONTROL
Sampel yang telah dipisahkan kemudian akan
diuji :
A. Keseragaman Bobot
a) Diambil 20 butir tablet
b) Ditimbang satu per satu
c) Dihitung bobot rata-rata tablet
B. Uji keseragaman ukuran
a) Diambil 10 tablet
b) Hitung diameter dan ketebalan dari masing-masing
tablet dengan menggunakan jangka sorong
C. Uji Kekerasan
a) Diambil 5 tablet
b) Tablet diletakkan ditengah dan tegak lurus dengan
plan penekan hardness tester
D. Uji Waktu hancur
a) Diambil 6 tablet
b) Diambil kira-kira 1,5 L air,panaskan pada suhu 370 C
selama 15 menit
c) Dimasukkan masing-masing tablet pada alat
disintegrator
d) Dimasukkan pada air yang telah dipanaskan
e) Amati dan catat waktu sampai semua tablet pada
tabung disintegrator terlarut sempurna
E. Uji kerapuhan
a) Ditimbang 20 tablet bersama-sama masukkan dalam
alat friabilator
b) Tunngu samapai 100 putaran, Atur skala pada skala 0
setelah itu putar pelan-pelan sampai tabletpecah
c) Diambil tablet, kemudian ditimbang
d) Hitung kerapuhan tablet
IX. QUALITY CONTROL PADA PRODUK
JADI
Produk
yang telah jadi kemudian akan dilakukan pengujian akhir. Selama pengujian
berlangsung, sampel harus dimasukkan ke ruang karantina dahulu. Jika telah
“LULUS” olleh bagian QC direlease oleh QO, barulah produk tersebut dapat
diteruskan ke ruang pengemasan.
Untuk
penanganan pertinggal, disimpan sampel dari setiap batch, kemudian dikarantina
dalam kondisi suhu ruangan. Pengambilan sampel pertinggal tiap batch dengan
perincian yaitu untuk kemasan strip sebanyak 20 buah. Tujuan penanganan
pertinggal adalah untuk memantau apakah suatu batch obat memenuhi persyaratan
mutunya selama waktu peredaran yang telah ditentukan.
X. PENGEMASAN
Bagian pengemasan Industri Three Pharm terbagi menjadi 2 unit yaitu:
A. Pengemasan Primer
Penegmasan primer meliputi stripping,
blistering dan botol. Tablet Rifampisin menggunakan strip. Jumlah sampel yang
diambil sesuai dengan row mesin stripping, bila mesin memiliki 4 row (satu kali
stripping menghasilkan 4 strip) maka yang diuji 4 strip. Untuk menjamin mutu
hasil pengemasan maka selalu dilakukan IPC. IPC untuk pengemasan primer
meliputi pemeriksaan isi setiap kemasan (volume control), daya lekat strip atau
blister yang tidak terisi tablet.
B. Pengemasan Sekunder
1.
Pengemasan sekunder dan
tersier dilakukan dalam ruangan F yang meliputi:
2.
Coding : pemberian nomor
batc daan expired date pada etiket dan dos
3.
Pemberian brosus/insert
4.
Memasukkan hasil pengemasan
primer ke dalam box (dus) dan master box
(karton).
Ssupervisor IPC Pengemasan akan melaukan
pemeriksaan secara manual dan diperiksa selama proses pengemasan sekunder.
Hal-hal yang diperiksa meliput pemeriksaan penandaan (Np. Batch, Expired Date,
Nama Obat), kebenaran jumlah/isi dus, leaflet atau brosur dan estetika.
XI. GUDANG
A. Gudang Karantina
Barnag yang telah siap kemudian akan dikirim
ke gudang karantina guna menunggu hasil pengujian (final inspections) oleh bagian QC meliputi:
1.
Penyiapan Label : kebenaran label, hasil cetakan/printing
No.Batch, Manufacturing Datedan Expired Datee
2.
Pelipatan Insert : kebenaran insert, insert cacat/rusak,
kerapian lipatan.
3.
Printing Box dan Master Box : kebenaran dus dan karton, kebenaran
penandaan No. Batch, Expired Date dan Manufacturing Date.
4.
Pengepakan : Kebenaran isi,
kebenaran box dan master box, kebenaran insert.
Setelah
pengemasan selesai juga dilakukan penimbangan master box sesuai dengan bobot
yang ditentukan. Master box yang sudah ditimbang ditempatkan diruang karantina.
B. Gudang Obat Jadi
Master box yang telah disetujui bagian QC
kemudian akan segera dipindahkan ke gudang obat jadi.
XII. DISTRIBUSI
Produk siap diproduksikan kepada PBF,
distributor dan pelanggan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawasan
Obat dan Makanan, 2001, Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat
yang Baik, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Badan POM, Jakarta.
Badan Pengawasan
Obat dan Makanan, 2006, Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Fatmawaty, Aisyah. 2010. Farmasi
Industri, Universitas Hasanuddin, Makasaar
http://ntaundaimena.blogspot.com/2013/06/farmasetika-tablet-salut.html?m=1 diakses tanggal 8 Mei 2014.
Lachman, dkk., 1994, Teori dan
Praktek Farmasi Industri, Jilid II, UI Press, Jakarta.
Priyambodo, Bambang. 2007. Manajemen
Farmasi Industri. Global pustaka Utama. Yogyakarta.
0 komentar:
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g:
:h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p:
Posting Komentar
Teman-teman yang baik hati,,
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir diblog sederhana ini.
Blog ini saya buat untuk memudahkan sobat sekalian dalam mencari tugas.
Data yang dikumpulkan dari tugas-tugas kampus yang saya miliki juga meminta ijin men"COPAS" tulisan milik oranglain tentu dengan menyertakan sumbernya.
Saya harap kalian dapat meninggalkan pesan, komentar, kritik, saran atau beberapa patah kata guna menghargai blog ini.
Jangan lupa di follow yahh... ^^
Terimakasih ^^